FOMC 5

"Kamu tahu 'kan bahwa presdir kita itu kejam? Dia paling tidak suka ada yang memakai lift pribadi miliknya. Kalian ingat, dengan kejadian satu bulan yang lalu, saat lift karyawan rusak? Kita harus menggunakan tangga agar naik ke lantai atas dan tidak ada satu pun yang boleh menggunakan lift pribadi milik presdir," ucap salah satu karyawati, yang bertag nama Indri di bajunya. Indri adalah karyawati yang memulai gosip ini.

"Dan aku ingat betul, ada salah satu karyawan yang tidak sengaja menggunakan lift pribadi milik presdir, dan langsung dipecat hari itu juga," timpal Sarah memperjelas keadaan waktu itu.

"Lantas siapakah wanita cantik tadi? Kok, dia bisa dijemput langsung oleh pak Arya? Terus, dapat menaiki lift pribadi milik presdir pula?" tanya Indri.

"Memang benar apa yang dikatakan Sinta. Pasti wanita itu adalah orang penting, makanya dia bisa naik begitu mudahnya di lift itu. Dulu aku sempat dengar gosip, Seingatku presdir kita itu anti terhadap wanita, dan tidak suka jika ada wanita yang masuk keruangan pribadi miliknya," sahut Sarah.

"Dengar-dengar nih yah, pak Presdir sudah bertunangan. Tapi, sampai sekarang aku tidak pernah melihat wanita yang berada di samping presdir kecuali wanita tadi, dan dia juga tidak dilarang masuk ke lift pribadi milik Presdir," ujar Indri.

"Apa jangan-jangan ... wanita tadi adalah tunangan presdir?" timpal Sinta.

"Siapapun Wanita itu, pasti sangatlah istimewa. Pertama datang ke kantor saja,sudah langsung dijemput oleh pak Arya. Ini kejadian langkah yang pernah kulihat selama aku kerja di sini." ujar Sarah.

"Sstt! Kalian tidak takut jika kita ketahuan bergosip di sini? Lebih baik kita lanjut bekerja. Jangan sampai pak Azka mengetahuinya dan memecat kita," jelas salah satu karyawati yang bertag Rani di bajunya.

Mereka semua lebih memilih diam dan melanjutkan pekerjaan mereka. Benar apa yang dikatakan oleh Rani salah satu teman mereka. Lebih baik bekerja dari pada bergosip, karena mereka masih membutuhkan pekerjaan ini dan tidak ingin dipecat.

Kini Amel dan Arya sudah berada di depan ruangan pribadi milik Azka. Mereka mendengar suara amarah di dalam sana, sedang berbicara dengan seseorang yang sedang ketakutan.

"Berani-beraninya Anda mengkhianati saya!" ucap Azka tersulut emosi.

"Am--Ampun T--Tuan. Sa--Saya juga ... juga ter--terpaksa!" Terdengar jelas suara pria itu bergetar ketakutan memohon pengampunan.

Arya mempersilahkan Amel masuk duluan ke dalam ruangan. Awalnya Amel ragu untuk masuk. tetapi, dia mencoba memberanikan diri, tanpa harus bertanya lagi pada Arya.

Saat Amel memasuki ruangan pribadi milik Azka. Amel dikejutkan dengan tendangan kuat yang diberikan oleh Azka untuk orang yang ada di depannya.

Kriet ...

Bruukk!!

Bunyi pintu terbuka dan tendangan hampir bersamaan.

Amel membuka pintu sebelum Azka menendang seseorang. Tendangan Azka kuat membuat orang di depannya terpental jauh sampai di depan Amel.

Sontak membuat Amel kaget dan membelalakkan matanya. Amel mematung memperhatikan seseorang yang berada di bawahnya dan belum melihat siapa pria yang menendang orang tersebut.

Setelah Amel masuk Arya pun ikut masuk. Arya sudah tidak heran lagi dengan pemandangan yang ada di depannya, karena setiap ada pengkhianat, tuannya akan selalu bertindak kejam dan tidak berbelas kasih pada orang tersebut. Amel masih diam mematung dan masih setia dengan posisinya. Azka memberi isyarat pada Arya.

Arya yang mendapat isyarat dari Azka sontak langsung mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Azka. Ia langsung bergegas menyeret pengkhianat itu keluar dari ruangan. Kini tinggal Amel dan Azka yang berada di ruangan itu.

"Ehem," Suara deheman Azka membuat Amel tersadar dari keterkejutannya. Amel pun tidak berani melihat orang yang ada di depannya.

Bosnya galak bener lagi! Aku sampai merinding dibuatnya. Pantas saja saat melewati ruangan parah karyawan tadi, tidak ada satu pun yang berbicara, semua serius dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka hanya menatapku heran. Perusahaan besar ini seperti rumah hantu bagiku, batin Amel.

"Ada keperluan apa sampai kamu datang ke ruangan saya?" tanya Azka datar, pura-pura tidak tahu.Suara Azka membuyarkan lamunan Amel.

Dia yang memanggil,malah dia juga yang bertanya, batin Amel kesal.

"Kok diam?" tanya Azka datar.

"Ma--Maaf Pak," jawab Amel gugup.

"Terus?"

"Sa--Saya ke sini untuk menandatangani kontrak pekerjaan Pak," ucap Amel masih saja menunduk.

"Kalau bicara itu yang sopan," ucap Azka dingin.

Emang kamu siapa? Heh, kamu pikir aku tidak berani menatap wajahmu yang kejam itu. Aku tidak selemah itu. Amel mengerutu dalam hati.

Amel lalu memberanikan diri mendongak menatap orang itu. Cukup lama Amel menatap pria di depannya.

Deg!!!

Jantung Amel serasa mau copot melihat orang yang berdiri tak jauh di depannya. Pengen sekali dia melompat dari gedung tinggi itu.

Apa aku tidak salah lihat? Dia begitu mirip dengan pria sewaan waktu itu? Tapi, tidak mungkin pria itu berada di sini dan menjadi Bosku 'kan? Atau dia beneran lagi, dia pria sewaan waktu itu? Kalau bener gimana nih, aku tidak mau dia mengetahui kalau aku melahirkan anak-anaknya dan merebutnya dariku. Semoga saja dia tidak mengingat kejadian waktu itu, bisa mati aku, jika telah menyinggung orang besar seperti dia, batin Amel panjang lebar. Berbagai pertanyaan keluar dari benaknya.

Pria itu pun mulai mendekati Amel. "Apakah wajah saya setampan itu? Sampai kamu tidak bisa berpaling dari wajah saya?" ucap Azka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Amel.

Seketika Amel sadar dari lamunannya, ia diam terpaku merasa gugup melihat Azka yang sangat dekat dengan dirinya. Telapak tangannya pun sudah muncul keringat. Azka sedikit menundukkan kepalanya agar sejajar dengan Amel.

Nih, orang percaya dirinya kebangetan, kuakui sih wajahnya memang tampan. Tapi ... hais ya sudahlah, batin Amel.

"Apa yang sedang kamu fikirkan? Apakah kita pernah bertemu?" tanya Azka datar mengintimidasi.

"T--Tidak Pak. Ini kali pertama kita bertemu." ucap Amel sedikit gugup dan canggung. Amel mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum membalas tatapan intimidasi Azka.

Cih, rupanya pura-pura tidak ingat padaku, batin Azka mendecih.

"Kalau begitu kemarilah dan tandatangani kontrak," ucap Azka berjalan menuju meja kerja, mengambil dokumen yang harus Amel tandatangani.

Tanpa banyak bicara Amel pun menandatangani kontrak kerja. Meski hatinya sedikit ragu, tetapi saat mengingat senyuman bocah-bocah kecilnya di rumah ia membuang semua keraguannya itu. Melihat Amel sudah menandatangani kontrak. Azka sedikit mengangkat sudut bibirnya ke atas tanpa dilihat oleh Amel.

"Kapan saya sudah mulai bekerja, Pak?" tanya Amel mulai berani.

"Hari ini juga boleh. Besok juga boleh," ucap Azka datar.

Dasar pria aneh! batin Amel.

"Kamu, mulai sekarang bekerja sebagai sekretaris pribadi saya," sambungnya lagi.

"Baik Pak."

"Tugasmu menuliskan jadwal sehari-hari saya dan menemani saya saat sedang rapat," jelas Azka datar.

"Baik Pak."

"Hari ini kamu sudah bisa pulang. Besoknya datang dan mulai bekerja. Ingat saya paling tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu," tegas Azka lagi.

Bosnya saja sudah seperti Bongkahan Es tebal di bagian kutub selatan. Tidak heran juga, jika Asisten pribadinya itu seperti Kulkas, batin Amel mengumpat.

"Kenapa kamu diam? Atau kamu sedang mengumpat saya?" tanya Azka datar, asal menebak.

"Eh. Ti--Tidak kok Pak," ucap Amel tersenyum paksa, melambaikan tangannya berulang-ulang.

Kok dia bisa tahu aku mengumpatnya, batin Amel. "Sebaiknya harus cepat-cepat keluar dari tempat ini."

"Jika sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Saya permisi undur diri, Pak." Amel pamit pada Azka.

Kali ini aku membiarkanmu pergi. Ke depannya tidak akan lagi, batin Azka.

Azka melihat Amel keluar begitu saja. Amel menutup pintunya dengan pelan, sesampainya di depan pintu ruangan Azka. Amel mengatur nafas dan mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Hufff ...

"Hampir saja aku mati kehabisan nafas, dadaku serasa sesak, badanku panas dingin, dibuatnya. Untunglah aku dapat menahan diri saat berada di dalam ruangan itu. Kalau tidak, mungkin aku sudah membeku, udah gitu wajahnya itu menyebalkan, kejam pula lagi," gerutu Amel pelan, yang masih berada di depan pintu ruangan Azka.

Amel tidak menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikan apa yang dia lakukan barusan. Siapa lagi kalau bukan Arya.

Arya yang sudah selesai membereskan pekerjaannya, memilih menunggu di depan ruangan milik Azka dan tidak berani menganggu pembicaraan Azka dan Amel.

Arya memutuskan untuk masuk saat Amel sudah keluar. Tidak disangka dia melihat Amel keluar terburu-buru dari ruangan Azka dan mendengar dengan jelas apa yang Amel gumamkan.

"Ehem," deheman itu sontak membuat Amel kaget dan melihat siapa orang yang mengagetkannya.

"Eh. Pa--Pak Arya. Saya pamit dulu Pak," ucap Amel tersenyum canggung.

Pak Arya tidak mendengar apa yang aku ucapkan tadi 'kan? Bisa gawat kalau Asisten Kulkas ini melaporkanku ke Bos dinginnya. Mending aku cepat-cepat pergi dari sini, batin Amel berlalu pergi munuju lift.

Bersambung❣

Terpopuler

Comments

Gebby Syalsa Billa

Gebby Syalsa Billa

aku suka cerita kakak, baru ini baca novel tulisannya rapi, ceritanya gak berbelet dan gak panjang, gak garing ceritanya kakak, tetep terus menulis kakak😍😍😍

2022-10-14

0

mom arzy

mom arzy

bagus ceritanya bahasanya juga bagus aku penasaran... lanjut bacaaa....

2022-10-13

0

Eni Ernawati

Eni Ernawati

😂😂😂bikin ngakak si amel nie

2022-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 Pengumuman!
2 Visual Tokoh
3 FOMC 1
4 FOMC 2
5 FOMC 3
6 FOMC 4
7 FOMC 5
8 FOMC 6
9 FOMC 7
10 FOMC 8
11 FOMC 9
12 FOMC 10
13 FOMC 11
14 FOMC 12
15 FOMC 13
16 FOMC 14
17 FOMC 15
18 FOMC 16
19 FOMC 17
20 FOMC 18
21 FOMC part 19
22 FOMC part 20
23 FOMC part 21
24 FOMC part 22
25 FOMC part 23
26 FOMC part 24
27 FOMC part 25
28 FOMC part 26
29 FOMC part 27
30 FOMC part 28
31 FOMC part 29
32 FOMC part 30
33 FOMC part 31
34 FOMC part 32
35 FOMC part 33
36 FOMC part 34
37 FOMC part 35
38 FOMC part 36
39 FOMC 37
40 FOMC 38
41 FOMC 39
42 FOMC 40
43 FOMC 41
44 FOMC 42
45 FOMC 43
46 FOMC 44
47 FOMC 45
48 POV AUTHOR
49 FOMC 46
50 FOMC 47
51 FOMC 48
52 FOMC 49
53 FOMC 50
54 FOMC 51
55 FOMC 52
56 FOMC 53
57 POV AUTHOR
58 FOMC 54
59 FOMC 55
60 FOMC 56
61 FOMC 57
62 FOMC 58
63 FOMC 59
64 FOMC 60
65 FOMC 61
66 FOMC 62
67 FOMC 63
68 FOMC 64
69 FOMC 65
70 FOMC 66
71 FOMC 67
72 FOMC 68
73 FOMC 69
74 POV AUTHOR
75 FOMC 70
76 FOMC 71
77 FOMC 72
78 FOMC 73
79 FOMC 74
80 FOMC 75
81 FOMC 76
82 FOMC 77
83 FOMC 78
84 FOMC 79
85 FOMC 80
86 FOMC 81
87 FOMC 82
88 FOMC 83
89 FOMC 84
90 FOMC 85
91 FOMC 86
92 FOMC 87
93 FOMC 88
94 FOMC 89
95 FOMC 90
96 FOMC 91
97 FOMC 92
98 FOMC 93
99 FOMC 94
100 POV AUTHOR
101 FOMC 95
102 FOMC 96
103 FOMC 97
104 FOMC 98
105 FOMC 99
106 FOMC 100
107 FOMC 101
108 FOMC 102
109 FOMC 103
110 FOMC 104
111 FOMC 105
112 FOMC 106
113 FOMC 107
114 FOMC 108
115 FOMC 109
116 FOMC 110
117 FOMC 111
118 Promosi ( Jangan di Skip)
119 FOMC 112
120 FOMC 113
121 FOMC 114
122 FOMC 115
123 FOMC 116
124 FOMC 117
125 FOMC 118
126 FOMC 119
127 FOMC 120
128 FOMC 121
129 FOMC 122
130 FOMC 123
131 FOMC 124
132 FOMC 125
133 FOMC 126
134 FOMC 127
135 FOMC 128
136 FOMC 129
137 FOMC 130
138 131. Rumah Sakit.
139 FOMC 132
140 FOMC 133
141 FOMC 134
142 FOMC 135
143 FOMC 136
144 FOMC 137
145 FOMC 138
146 FOMC 139
147 FOMC 140
148 FOMC 141
149 FOMC 142
150 FOMC 143
151 FOMC 144
152 FOMC 145
153 FOMC 146
154 FOMC 147
155 FOMC 148
156 FOMC 149
157 FOMC 150
158 FOMC 151
159 FOMC 152
160 Epilog
161 Author Menyapa!
162 Novel terbaru Author!!!
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Pengumuman!
2
Visual Tokoh
3
FOMC 1
4
FOMC 2
5
FOMC 3
6
FOMC 4
7
FOMC 5
8
FOMC 6
9
FOMC 7
10
FOMC 8
11
FOMC 9
12
FOMC 10
13
FOMC 11
14
FOMC 12
15
FOMC 13
16
FOMC 14
17
FOMC 15
18
FOMC 16
19
FOMC 17
20
FOMC 18
21
FOMC part 19
22
FOMC part 20
23
FOMC part 21
24
FOMC part 22
25
FOMC part 23
26
FOMC part 24
27
FOMC part 25
28
FOMC part 26
29
FOMC part 27
30
FOMC part 28
31
FOMC part 29
32
FOMC part 30
33
FOMC part 31
34
FOMC part 32
35
FOMC part 33
36
FOMC part 34
37
FOMC part 35
38
FOMC part 36
39
FOMC 37
40
FOMC 38
41
FOMC 39
42
FOMC 40
43
FOMC 41
44
FOMC 42
45
FOMC 43
46
FOMC 44
47
FOMC 45
48
POV AUTHOR
49
FOMC 46
50
FOMC 47
51
FOMC 48
52
FOMC 49
53
FOMC 50
54
FOMC 51
55
FOMC 52
56
FOMC 53
57
POV AUTHOR
58
FOMC 54
59
FOMC 55
60
FOMC 56
61
FOMC 57
62
FOMC 58
63
FOMC 59
64
FOMC 60
65
FOMC 61
66
FOMC 62
67
FOMC 63
68
FOMC 64
69
FOMC 65
70
FOMC 66
71
FOMC 67
72
FOMC 68
73
FOMC 69
74
POV AUTHOR
75
FOMC 70
76
FOMC 71
77
FOMC 72
78
FOMC 73
79
FOMC 74
80
FOMC 75
81
FOMC 76
82
FOMC 77
83
FOMC 78
84
FOMC 79
85
FOMC 80
86
FOMC 81
87
FOMC 82
88
FOMC 83
89
FOMC 84
90
FOMC 85
91
FOMC 86
92
FOMC 87
93
FOMC 88
94
FOMC 89
95
FOMC 90
96
FOMC 91
97
FOMC 92
98
FOMC 93
99
FOMC 94
100
POV AUTHOR
101
FOMC 95
102
FOMC 96
103
FOMC 97
104
FOMC 98
105
FOMC 99
106
FOMC 100
107
FOMC 101
108
FOMC 102
109
FOMC 103
110
FOMC 104
111
FOMC 105
112
FOMC 106
113
FOMC 107
114
FOMC 108
115
FOMC 109
116
FOMC 110
117
FOMC 111
118
Promosi ( Jangan di Skip)
119
FOMC 112
120
FOMC 113
121
FOMC 114
122
FOMC 115
123
FOMC 116
124
FOMC 117
125
FOMC 118
126
FOMC 119
127
FOMC 120
128
FOMC 121
129
FOMC 122
130
FOMC 123
131
FOMC 124
132
FOMC 125
133
FOMC 126
134
FOMC 127
135
FOMC 128
136
FOMC 129
137
FOMC 130
138
131. Rumah Sakit.
139
FOMC 132
140
FOMC 133
141
FOMC 134
142
FOMC 135
143
FOMC 136
144
FOMC 137
145
FOMC 138
146
FOMC 139
147
FOMC 140
148
FOMC 141
149
FOMC 142
150
FOMC 143
151
FOMC 144
152
FOMC 145
153
FOMC 146
154
FOMC 147
155
FOMC 148
156
FOMC 149
157
FOMC 150
158
FOMC 151
159
FOMC 152
160
Epilog
161
Author Menyapa!
162
Novel terbaru Author!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!