Jane

Kali ini Akira berangkat sekolah lebih pagi. Berharap ia bisa bertemu Jane si gadis misterius untuk menyelidikinya. Ia sangat penasaran dengan Jane yang selalu menghilang tiba-tiba.

Dan benar saja, Jane terlihat di jalan kemarin yang dilewati Akira untuk pergi ke sekolah. Lagi-lagi Jane sedang memetik bunga. Akira bergegas menghampirinya.

"Hai, Jane", sapa Akira. "Oh, halo Kira. Selamat pagi", jawab Jane. "Pagi-pagi memetik bunga untuk apa Jane?", tanya Akira basa-basi. "Oh, ini untuk nenek. Ia senang sekali dengan bunga segar", jawab Jane. "Hooo.. Kalau.... aku mampir ke rumahmu, bolehkah?", tanya Akira. "Tentu saja. Nenek pasti senang mendapat tamu", jawab Jane. "Oh, begitu. Ngomong-ngomong rumahmu dimana?", tanya Akira.

"Kiraaa", belum sempat Jane menjawab, seseorang memanggil Akira dari belakang.

Akira menoleh, ternyata yang memanggil adalah Bofu. Bersama Elvin dan Meylin mereka sedang berjalan menuju ke arah Akira. Akira melambaikan tangannya, kemudian melihat ke arah Jane, tapi lagi-lagi Jane sudah menghilang.

"Sedang apa kau, Akira?", tanya Bofu. "Aku tadi sedang bersama seseorang. Tapi ia tiba-tiba menghilang. Apa kalian melihatnya?", tanya Akira. "Siapa? Tadi kami hanya melihat kau sendirian", kata Meylin. Akira terdiam, apa Jane hanya halusinasinya saja? Tapi melihat beberapa tangkai bunga yang terlihat baru saja dipetik, rasanya mustahil kalau Jane adalah ilusi. Apa Jane adalah roh? Tapi kalau Jane adalah roh Ghina, kenapa ia mengaku-aku sebagai Jane?

"Hoiii.. Malah melamun. Kalau tidak cepat, kita bisa terlambat lho", kata Elvin menyadarkan Akira. "Oh.. eh, iya, ayo kita berangkat", kata Akira. "Sepertinya menjadi penyihir hebat malah membuatnya linglung", kata Bofu, dan mereka pun tertawa.

Saat istirahat Akira mengumpulkan teman-temannya. "Ada apa Akira?", tanya Meylin. "Begini...", Akira menceritakan semua tentang Jane yang ditemuinya sejak kemarin.

"Begitulah. Maka dari itu sepulang sekolah ini, aku ingin mengajak kalian untuk mencari Jane", kata Akira.

Bofu, Meylin, dan Elvin saling pandang. "Kau yakin tak salah lihat, Akira?", tanya Elvin. "Aku juga tidak tahu. Karena itulah aku mengajak kalian untuk memastikan", jawab Akira. "Ya sudah, kalau begitu pulang sekolah nanti kita cari si Jane itu biar jelas semuanya", kata Bofu.

***

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Akira dan kawan-kawan bergegas keluar sekolah untuk mencari Jane di jalan yang biasa mereka lewati. Dan benar saja, Jane ada di situ. "Jane", sapa Akira. "Oh, halo Akira", kata Jane. Bofu, Meylin, dan Elvin yang melihatnya terbelalak. "Akira, dia bukan hantu kan?", bisik Meylin. Meski ia sendiri pun sudah tahu, mana ada hantu siang-siang. Lagipula kaki Jane masih menyentuh tanah kok. Tapi mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Jane benar-benar mirip dengan Ghina. "Kau tidak sekolah, Jane?", tanya Akira. Akira baru sadar kalau selama ini ia tidak pernah melihat Jane memakai seragam sekolah. "Tidak. Aku tidak ada biaya", kata Jane. "Tapi aku sudah cukup asalkan bisa bersama nenek. Tidak sekolah pun tidak apa-apa", kata Jane. Akira dan kawan-kawan menjadi bingung, karena sekolah saat ini sudah gratis. Jadi biaya untuk apa? Apa neneknya yang melarang Jane untuk sekolah?

"uumm, bagaimana kalau sekarang kami mampir ke rumahmu, Jane?", tanya Akira. Banyak hal yang ia tanyakan pada nenek Jane, seperti asal usul Jane dan juga kenapa Jane tidak sekolah.

"Boleh saja. Nenek pasti senang sekali", kata Jane. "Kebetulan aku sudah mau pulang. Ayo kita bersama-sama ke rumah nenek", kata Jane. Akira dan kawan-kawan kemudian mengikuti langkah Jane.

Rumah Jane ternyata masuk cukup dalam ke dalam gang. Dari situ masih masuk lagi, hampir ke pinggir hutan. Dan benar saja, rumah nenek Jane ternyata berada di perbatasan dengan hutan, tertutup pula oleh ilalang dan tanaman liar yang tinggi. Jika tidak mengikuti Jane, mereka tidak akan tahu bahwa disitu ada rumah.

Rumah nenek Jane terlihat mungil, sangat sederhana, temboknya setengah bilik, dan terlihat sudah sangat tua.

"Nah, kita sudah sampai", kata Jane. Lalu ia berlari menuju pintu rumah neneknya, meninggalkan Akira dan kawan-kawan di belakangnya.

"Neneekkkk... Aku pulaang...", teriak Jane. Tapi tidak ada jawaban. "Neneeeekkkk....", panggilnya sekali lagi. Tapi pintu rumah itu masih tertutup. Sedangkan Akira dan kawan-kawan sudah sampai dan berdiri di belakang Jane. Jane berbalik dan berkata, "maaf ya, tunggu sebentar... Nenek mungkin sedang melakukan sesuatu", kata Jane. Kemudian ia berbalik lagi dan memanggil lagi, "Neneekkkk... Aku pulaang...".

"Yaa.... yaa.... cucuku.... tunggu sebentar", akhirnya terdengar suara nenek Jane dari dalam rumah.

Tak lama pintu rumah itu pun terbuka. Dari dalam rumah keluar seorang nenek-nenek yang terlihat sudah sangat tua berjalan tertatih-tatih menghampiri Jane.

"Selamat datang cucuku. Waahh, kau membawa teman rupanya", kata nenek Jane sambil tersenyum kepada Akira dan kawan-kawan. "Selamat sore nek", sapa Akira.

"Ya, selamat sore, nak. Ayo, ayo masuk dulu. Duduk dulu. Kalian tentu lelah setelah seharian sekolah", kata nenek Akira.

"Ya, nek", Akira hendak melangkah masuk ke rumah nenek Akira, tapi belum sempat ia masuk, terdengar suara di belakangnya.

"Berhenti Akira! Jangan masuk kesana!".

Akira menoleh kebelakang. Ternyata itu Lindy, si anak baru di kelasnya yang melarang ia masuk ke rumah nenek. "Kenapa Lind?", tanya Akira bingung.

"Awaass!!", Akira tiba-tiba merasa ancaman dari belakangnya. Ia segera melompat tinggi dan mendarat di sebelah Lindy.

ketika ia melihat ke arah si nenek, tampak bayangan tangan-tangan hitam dari punggung si nenek.

Bofu, Meylin, Elvin, dan Jane yang berada di dekat si nenek terkejut melihat perubahan si nenek. Si nenek kemudian menyerang Bofu, Meylin, dan Elvin dengan tangan bayangannya. Karena terlalu dekat, mereka tidak sempat menghindar. "Aaaaaaa....", teriak mereka bersamaan saat bayangan tangan hitam itu berhasil menangkap mereka. Tangan bayangan itu mulai menyerap energi Bofu, Meylin, dan Elvin, sampai-sampai mereka terkulai lemas dan jatuh pingsan. "Huh! Energi apa ini?! Sedikit sekali!", Rutuk si nenek.

"Apa maksudnya ini? Siapa nenek itu sebenarnya?", tanya Akira sedikit cemas.

"Dia adalah penyihir jahat. Aku sudah lama mencarinya sampai kesini", kata Lindy.

Si nenek kemudian menangkap Jane dengan tangan bayangannya. Jane berseru tertahan. "Janeee!", teriak Akira. Sebelum Akira sempat berbuat apa-apa, dari tangan bayangan si nenek menyalurkan energi yang tadi diserapnya dari Bofu dan kawan-kawan ke Jane. Jane berteriak lagi, kemudian matanya berubah menjadi hitam pekat.

Si nenek melepaskan tangan bayangannya dari Jane. Begitu tangan bayangan itu lepas, Jane tiba-tiba terangkat melayang di udara.

"Jane...?", Akira bingung dengan perubahan yang terjadi pada Jane.

Jane mengangkat tangannya ke atas, dan dalam sekejap muncul awan supercell cumulonimbus di langit.

"Jane...?!", Akira semakin terkejut melihat Jane bisa mengendalikan cuaca, bahkan ia memanggil awan badai yang sangat besar.

(FYI : cumulonimbus adalah salah satu jenis awan. Bentuknya membumbung tinggi dan terlihat seperti awan yang sedang mendung. Hanya saja, warnanya lebih hitam dan ukurannya lebih besar. Disebut juga sebagai awan petir atau awan badai. Bahaya dari awan cumulonimbus adalah tekanan udaranya rendah, anginnya kencang, ada petir dan bisa terjadi angin ****** beliung di dalam awannya. Awan-awan cumulonimbus bisa membentuk suatu kumpulan dan menjadi lebih besar dan lebih berbahaya disebut supercell. )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!