Akira dan Ghina terbang menjauh. "Sepertinya yang aku lakukan hanya membuatnya marah", keluh Akira sambil masih melayang di udara. "Apa sebaiknya kita segel lagi?", tanya Akira kepada Ghina yang berada di sebelahnya.. Ia sebenarnya masih bertanya-tanya dan menunggu cara apa yang akan diberikan Ghina untuk melenyapkan monster tersebut. Tapi Ghina sedari tadi hanya diam saja. "Ghina?", Akira ingin meminta saran dari Ghina.
Duaaarrrrr…. Akira dan Ghina mendongak ke arah suara ledakan. Ternyata itu suara kapal induk alien yang meledak. "Tidak mungkin… Bofu.. Meylin…", Akira terkejut. Ia tidak merasakan aura Bofu dan Meylin di kapal itu. Ia sangat shock sekali. Begitu pula Ghina. Ia mulai menangis.
Tapi kemudian tba-tiba Ghina memeluk Akira, "maaf Akira….", ujarnya lirih dengan air mata berlinang. Kemudian ia mendorong Akira yang sedang melayang di udara itu sekuat tenaga sampai Akira terdorong lumayan jauh. Akira masih bingung dengan tindakan Ghina, sampai terlihat cahaya dari meriam uranus yang ditembakan kembali ke arah monster. Tapi sebelum cahaya itu mengenai monster raksasa tersebut, Ghina melompat le jalur cahaya itu. "Ancient Sacrifice Spell : Soul Bond!", teriak Ghina dan yang terjadi selanjutnya begitu cepat.
Flashback : kamar orangtua Ghina sebelum perang.
Ghina sedang berbincang dengan Siege.
"Siege.. Adakah cara agar kami bisa mengalahkan monster raksasa itu?", kata Ghina. "Tentu saja ada", kata Siege. "Salah satunya adalah dengan Sihir Korosi. Hanya saja untuk monster sebesar itu pasti butuh waktu lama sampai benar-benar terkorosi seluruhnya", kata Siege lagi. "Kalau cara cepat?", tanya Ghina. "Untuk monster sebesar itu, kemungkinan dibutuhkan 10 penyihir setara Clasifian", kataSiege. "Itu tidak mungkin!", seru Ghina. "Hanya ada 1 orang setara Clasifian disini yaitu Akira. Lalu siapa 9 orang lainnya? Anggaplah aku bisa sedikit menyamainya, kurang 8 orang lagi".
"Kenyataannya monster raksasa itu sangat kuat, bahkan bisa dibilang kebal terhadap sihir tingkat rendah. Hanya sihir yang benar-benar berskala besar yang ada kemungkinan untuk menghancurkannya", kata Siege. "Itu jugalah salah satu alasan mengapa 300 tahun yang lalu Clasifian dan Simon hanya bisa menyegelnya, tapi…", Siege tak meneruskan ucapannya. "Tapi apa Siege?", tanya Ghina sedikit mendesak. Siege memandang mata Ghina lekat-lekat.
"Kau tahu kan, aku adalah roh pelindung keluarga Atraides. Sebagai roh yang selalu mendampingi keturunan Atraides, aku tahu semua pengetahuan yang mereka miliki", kata Siege. "Sebenarnya Simon pun saat itu bisa saja mengalahkan monster raksasa itu. Hanya saja saat itu kondisinya tidak memungkinkan". Siege berhenti sejenak. "Yaitu dengan sihir Soul Bond", ucap Siege pada akhirnya.
"Soul Bond? Ikatan jiwa?", tanya Ghina. "Benar. Soul Bond adalah sihir untuk mengikat jiwa kita dengan makhluk hidup lain. Akibat dari jiwa yang terikat, jika salah satu dari kalian mati, maka keduanya akan mati. Ini memang sihir pengorbanan. Jika ingin monster itu mati, maka kau yang merapal mantra soul bond harus dibunuh agar monster itu juga ikutan mati", kata Siege. "Hanya saja saat melakukan soul bond, kau tidak akan bisa bergerak sama sekali. Sehingga yang membunuhmu haruslah orang lain. Simon tahu, Clasifian tidak akan mungkin membunuhnya meski demi mengalahkan monster raksasa. Karena itulah ia memutuskan untuk menyegelnya saja", kata Siege. "Dan saat ini pun sepertinya sama saja, Akira atau teman-temanmu pasti tidak akan mau membunuhmu. Jadi, lupakan saja cara ini", kata Siege lagi. Ghina tiba-tiba mendapat penglihatan tentang dirinya dan tembakan meriam uranus. "Tidak. Sepertinya kali ini aku bisa menggunakan sihir itu", kata Ghina. Siege yang juga bisa melihat ramalan Ghina berkata "apakah kau yakin dan sudah siap dengan konsekuensinya, Ghina?", tanya Siege. Air mata Ghina mulai berlinang. "Ya. Jika itu memang diperlukan, aku akan melakukannya…", jawab Ghina.
***
Akira bergeming melihat monster itu yang kini terkapar mati. Ghina sudah tidak terlihat lagi, lenyap terkena meriam uranus. Tetapi karena Ghina sudah melakukan soul bond dengan monster raksasa, tentu saja monster itu pun ikut mati. Perlahan Akira melayang turun hingga jatuh terduduk di tanah.. "Bofu.. Meylin.. dan sekarang Ghina…..", tubuh Akira bergetar. Ia tak menyangka akhirnya seperti ini. Sudah tidak terbayangkan betapa sedih dan marahnya Akira. Ia sedih kehilangan teman-temannya. Ia marah pada dirinya yang tidak bisa melakukan apa-apa padahal sudah memiliki kekuatan besar yang diberikan Clasifian padanya. Perlahan air mata mulai membasahi pipinya. Ia menangis sesenggukan. Terlihat di angkasa masih ada beberapa pesawat ufo milik alien. Akira benar-benar geram. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "datanglah awan hitam sumber petaka", awan gelap mulai bermunculan di langit. Pasukan tempur ayah Akira yang melihatnya langsung segera mundur. Semetara pesawat-pesawat ufo sudah mulai terjebak oleh badai buatan Akira. "Datanglah wahai bencana! Datanglah penghancur sumber ketakutan dan kematian! Hurricane Mariaaa!!!", teriak Akira. Dalam sekejap wilayah itu tersapu badai terburuk sepanjang sejarah. Ufo itu terbang tidak karuan tertiup angin badai, ada yang saling bertabrakan, ada yang terjun bebas ke bumi dan meledak. Pusaran angin kencang mulai terbentuk di langit.
Tiba-tiba seseorang menabrak tubuh Akira hingga terjatuh. Orang tersebut mencengkram kerah baju Akira dan berteriak "hentikan bodoh! Kau mau menghancurkan kota ini??", tanya orang itu dengan marah. "Bofu…?", ucap Akira lirih. Ternyata orang itu adalah Bofu. "Kau selamat, bro?", kata Akira lagi. Melihat Bofu di hadapannya dan juga Meylin yang berlari menyusulnya di belakang membuat Akira tenang. "Syukurlah.. ", kata Akira. Badan Akira mendadak lemas, dan kekuatan sihirnya berangsur-angsur menurun. Perlahan badai itu mereda. Akira merasa matanya begitu berat dan lelah sekali, kemudian Akira tak sadarkan diri.
"Untunglah, jika dibiarkan, kota ini akan porak poranda", Kata ayah Bofu yang tak jauh dari situ. Ia menghampiri mereka. "Sepertinya Akira kelelahan", katanya.
"Ayah…!", kata Bofu. "Ayo kita kembali ke rumah Akira. Biar orangtuanya yang merawat anak itu", kata ayah Bofu. Lalu ayah Bofu mengambil sebuah remote dari sakunya, dan dengan remote itu, ia memanggil mobilnya secara otomatis untuk menjemput mereka. Merekapun bergegas menaruh Akira di kursi belakang, dan berangkat menuju rumah Akira. Di perjalanan, "Kalian darimana saja?", tanya ayah Bofu. "Begini ceritanya….", Bofu mulai menjelaskan apa yang terjadi sejak ia dan Meylin masuk ke kapal induk hingga akhirnya ia terpaksa meledakkan kapal itu dengan menghancurkan inti nuklir kapal tersebut.
"Bofu, cepat! Aku tidak bisa menahan jurus ini lebih lama lagi!", teriak Meylin. "Baiklah. Maafkan aku Meylin. Bofu cannon, tembaakk..!!!!". Duaaarrrrr!!! Inti nuklir itu pun meledak dan dengan cepat api ledakannya menyebar. Bofu dan Meylin hanya bisa menutup mata pasrah.
Tapi, Bofu tidak merasakan panas atau sakit sama sekali. Ia kemudian membuka matanya, lalu kebingungan, karena sekarang ia ada di dalam sebuah kamar. Apa yang terjadi barusan hanya mimpi? Batinnya. Tapi, ia juga tidak tahu, kamar siapa ini. Sedangkan di sampingnya ada Meylin yang masih memejamkan matanya. "Meylin. Buka matamu! Kita ada dimana ini? Apa kita sudah mati? Surgakah ini? Kok berantakan dan aga bau apek ya?", kata Bofu. "Sembarangan!!", terdengar suara di belakang Bofu. Bofu menoleh ke belakang. Meylin yang sedari tadi memejamkan matanya pun ikut menoleh ke belakang dan membuka matanya. "Elviiinnn…?", koor Meylin dan Bofu.
"Ya bodoh. Ini kamarku. Seenaknya saja kau menjelek-jelekkan kamarku. Bukannya berterimakasih karena sudah kuselamatkan", ucap Elvin. "Menyelematkan? Kau yang menyelematkan kita berdua? Bagaimana caranya?", tanya Bofu bingung. "Baiklah, akan aku ceritakan", Elvin kemudian menjelaskan tentang dirinya yang seorang keturunan pengumpul informasi, dan juga alat bantu andalannya berupa teleporter. Ia ingin membantu sahabat-sahabatnya itu dalam perang, tapi bingung bagaimana caranya. Kemudian Elvin mengambil inisiatif untuk bertemu ayah Bofu yang seorang ilmuwan hebat. Ia menyerahkan teleporternya untuk diteliliti oleh ayah Bofu.
Ayah Bofu berhasil menggandakan teleporter itu, bahkan dengan sedikit modifikasi, ia memasukkan fungsi teleporter tersebut ke tangan robot Bofu dan katana milik Meyin. Ditambah ayah Bofu juga menyisipkan penyadap suara pula di kedua benda itu sehingga Elvin bisa mendengar apa yang terjadi disekitar mereka berdua selama perang tersebut.
"Saat kudengar kau akan meledakkan inti kapal induk, aku pun bersiap-siap. Begitu aku yakin kau sudah meledakkan inti nuklir kapal itu, aku segera mengaktifkan teleporter agar kalian berdua langsung berteleportasi kesini", terang Elvin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments