"Perkenalkan, namaku Zeta", kata yang laki-laki. "Dan aku Zita", sahut yang perempuan. "Itu hanya kode nama mereka, mereka tidak kembar", kata ayah Akira. Akira menganggukan kepalanya.
"Baiklah, ayah tinggal dulu. Ayah masih ada urusan", kata ayah Akira, lalu pergi meninggalkan mereka.
"Silakan dilanjut yah anak-anak. Mamah mau ke dapur dulu", kata ibu Akira, lalu ia pergi juga meninggalkan mereka.
Tinggallah Akira dan kawan-kawan serta Zeta dan Zita di ruangan itu.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang..?", tanya Meylin. "Kita butuh persiapan, tapi waktu kita cuma tiga hari".
"Yaa... Kita harus berlatih..", kata Bofu enteng. Ghina tepok jidat. "Latihan apa yang bisa kita lakukan dalam waktu 3 hari saja", kata Ghina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau kalian butuh bantuan, kami bisa menjadi lawan sparing kalian", Zeta memberi usul. Akira hanya manggut-manggut.
"Oh, iya, aku tahu cara latihan yang lebih baik", kata Bofu tiba-tiba. "Bagaimana kalau kita melawan.. minotaur?", ucapnya sambil tersenyum.
Semua yang ada di situ terbelalak. "Maksudnyaaa?", tanya Meylin bingung.
"Hehe.. Kalian ingat kan minotaur yang dikalahkan Akira? Akira mengalahkannya dengan cara membekukannya, sehingga minotaur itu masih utuh", ujar Bofu. "Ayahku membawanya, dan memodifikasinya, mengganti otak dan jantungnya dengan mesin. Sekarang minotaur itu sudah menjadi android. Kalau kalian mau, kita bisa menggunakannya untuk latihan".
Ghina dan yang lainnya saling berpandangan, sepertinya tidak ada ide yang lebih baik. Latihan melawan minotaur asli tentu akan sangat berguna untuk perang nanti, karena ada kemungkinan mereka akan bertemu minotaur lagi. Apalagi terakhir kali melawan minotaur, mereka sama sekali tidak bisa berkutik.
"Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan kalian akan latihan melawan minotaur", kata Akira. "Sedangkan aku, sepertinya aku akan latihan sendiri. Pengetahuan yang diberikan Clasifian sangat banyak, aku harus mempelajarinya lagi", kata Akira.
"Baiklah kalau begitu, tidak usah membuang waktu lagi. Ayo kita ke rumahku sekarang", kata Bofu mengajak Meylin dan Ghina. “Hati-hati yah, yang..”, kata Akira pada Ghina. “Iya. Aku akan berhati-hati. Kamu juga ya..”, balas Ghina.
Sementara itu, di tempat lain. "Mamah. Papah. Apa yang sebenarnya terjadi disini? Kenapa kalian sepertinya sudah tahu semuanya dan tidak terkejut dengan apa yang terjadi?", Elvin benar-benar tak tak mengerti dengan apa yang terjadi. Bayangan saat pulang sekolah kemarin benar-benar membuatnya trauma. Bagaimana tidak, ia sedang berjalan santai seperti biasa, tapi tiba-tiba pemandangan di depannya berubah mengerikan dalam sekejap. Bahkan teman-teman yang sedang berjalan bersamanya pun tewas semua di depan matanya akibat terkena ledakan. Mungkin bisa dibilang keberuntungan, atau keajaiban, ia bisa selamat, meski ia tak ingat apa yang terjadi. Karena tahu-tahu, ia sudah ada di kamarnya.
Ibu dan ayah Elvin saling berpandangan dengan khawatir. "Tenanglah nak...", kata ibu Elvin membuka suara. Elvin menatap ibunya. Ibunya mengehela nafas. "Ini akan menjadi cerita yang sangat panjang, nak", kata ibu Elvin.
Kemudian ibu Elvin pergi seperti mengambil sesuatu, kemudian kembali ke kamar Elvin. "Sebenarnya, rahasia ini hanya diceritakan kalau kau sudah menikah. Tapi, sepertinya itu sudah tidak perlu lagi. Di buku ini ada cerita tentang apa yang terjadi di desa ini di masa lalu", kata ibu Elvin sambil menyerahkan sebuah buku yang berukuran lumayan besar. Elvin menerimanya. Buku itu sedikit berdebu dan terlihat sangat lapuk. Tapi karena penasaran, Elvin segera membukanya dan membacanya...
- Legenda Clasifian -
Tahun 1752 M.
Di desa Betung, sihir dan orang-orang yang memiliki kekuatan spesial bukanlah hal yang aneh. Semua orang menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk membangun rumah dari batu, melubangi gunung, mengangkat batu-batuan besar, dan lain-lain. Tapi, hanya desa mereka saja yang memiliki kekuatan seperti itu, sehingga orang-orang dari desa Betung sering membantu desa-desa di sekitarnya. Desa Betung merupakan desa yang tersembunyi dari dunia luar.
Kemudian, ada satu anak jenius pada masanya di desa itu. Ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan api. Sebuah kemampuan yang cukup langka. Dengan kemampuannya, warga desa banyak terbantu untuk memasak, menghadapi musim dingin, dan lain-lain. Selain itu, ia juga mempelajari banyak hal dan suka dengan ilmu pengetahuan. Dialah, Clasifian.
Semakin dewasa, kekuatan Clasifian semakin kuat. Ia mengusir binatang buas di pinggir hutan sekitar desa, membuat desa tersebut aman dari gangguan binatang buas. Clasifian memiliki seorang sahabat yang begitu dekat. Dialah Simon Atraides.
Simon memiliki kekuatan hutan. Ia bisa menumbuhkan pohon, menyuburkan tanaman, membuat tumbuhan cepat berbunga dan berbuah, dan lain-lain.
Demikianlah, bahkan kemampuan mereka saling melengkapi satu sama lain. Api Clasifian akan semakin besar dengan bantuan kayu dari Simon. Sebaliknya, kayu yang terbakar bisa menjadi pupuk untuk tanaman Simon.
Clasifian senang memakai baju berwarna merah dan celana berwarna coklat muda. Ia membuat baju tersebut dengan sihirnya sendiri. Ia juga menggunakan tongkat sihir berukuran sedang untuk membantunya mengendalikan api. Sedangkan Simon senang menggunakan baju berwarna putih dengan celana berwarna biru tua. Ia juga membuat baju tersebut dengan sihirnya. Tongkat milik Simon berukuran lebih kecil dan ramping dan terbuat dari tangkai pohon tertua yang ada di hutan.
Kehidupan di desa tersebut sangat makmur dan damai. Hingga pada suatu hari, sebuah meteor besar jatuh dari langit.
Meteor itu jatuh di tengah hutan menimbulkan ledakan yang sangat besar. Tapi, kemudian dari arah meteor tersebut jatuh terdengar teriakan yang sangat mengerikan.
"Groowaaaaaaaa.....". Para penduduk desa terdiam menatap hutan. Tiba-tiba, tanah sedikit bergetar, pohon-pohon di hutan itu terlihat bergoyang dan sebagian terlihat tumbang, lalu muncullah sosok monster raksasa berwarna hitam pekat. Tingginya sekitar 200meter. Bentuknya mirip beruang raksasa, tapi kulitnya terbuat dari sisik yang mengkilat tatkala terkena sinar mentari.
"Groowaaaaaaaa.....", monster itu berteriak lagi, kemudian mengamuk. Ia menghancurkan hutan. Pohon-pohon dirusaknya, dicabut hingga ke akarnya, kemudian dilempar-lempar dengan mudahnya. Padahal pohon di hutan itu adalah pohon tua yang berukuran besar-besar. Sebagian pohon itu beratnya pasti sudah mencapai beberapa ton. Bum... bum... suara kaki sang monster saat melangkah, menandakan betapa beratnya monster tersebut.
Monster itu bergerak menuju desa yang berdampingan dengan hutan. Para penduduk desa panik. Mereka segera berlarian pergi meninggalkan desa.
Groowaaaaaaaa.....", lagi-lagi monster itu berteriak. Kemudian ia mengacak-acak desa tersebut. Untunglah seluruh penduduk desa telah berhasil kabur.
Saat itulah, Clasifian dan Simon datang untuk menghentikan monster tersebut. Mereka berdua tiba-tiba saja datang entah darimana sambil melayang di udara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments