Forgana dan Silvia

Forgana yang sedang bertarung dengan Akira merasa ada sesuatu yang janggal. Teropong ajaibnya seolah memberikan pertanda. Dengan kekuatannya, Forgana mulai memeriksa keadaan sambil tetap waspada dengan serangan Akira. "Terkutuk kalian! Ternyata rencana kalian adalah menyusup ke kapal induk!!!", teriak Forgana. "Apa?? Mengapa kita tidak menyadarinya, ibu?", tanya Silvia. "Mereka sudah merencanakan ini dengan rapi. Sebaiknya kita menyusul ke kapal induk, khawatir terjadi apa-apa", kata Forgana. "Ayo panggil iblis minotaur kita untuk menahan dua penyihir ini disini. Kita harus bergegas ke kapal induk!", kata Forgana lagi.

"Ayo ibu, biar aku yang memanggil mereka", kata Silvia. Silvia kemudian mundur beberapa langkah "Gate of demonic tauros!", teriak Silvia dengan lantang. Di belakang Silvia tiba-tiba muncul pintu gerbang besar yang kemudian terbuka, dan dari situ keluarlah banyak sekali minotaur-minotaur yang lebih besar dari minotaur biasa.

"Ayo kita bergegas!", Forgana dan Silvia segera terbang menuju kapal induk meninggalkan Akira dan Ghina.

"Akira, apa kita harus mengejar mereka?", tanya Ghina. "Tidak perlu, aku percaya Meylin dan Bofu bisa mengatasinya", ucap Akira yakin. Karena posisi kapal itu berada jauh di atas awan, Ghina tidak bisa melihatnya sekaligus tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan kapal itu. Ia harus bisa melihat objek yang akan diramalnya agar kemampuan ramalannya berfungsi. "Yang lebih penting sekarang, kita harus menghentikan minotaur-minotaur ini agar tidak merusak kota lebih parah lagi", kata Akira.

"Itu tidak perlu! Biar kami yang menangani mereka disini!", tiba-tiba Zeta dan Zita datang ke tempat Akira. "Kalian berdua, fokuslah menghentikan monster raksasa disana itu. Itu tugas utama kalian, kan? Pergilah sebelum monster itu membuat kerusakan lebih parah lagi", kata Zeta.

"Baiklah, aku percaya kalian bisa menghadapi para minotaur ini. Kalau begitu, kami pergi dulu", kata Akira. Tanpa membuang waktu, ia dan Ghina segera terbang menuju ke monster raksasa tersebut. Sementara Zeta dan Zita yang menghadapi minotaur itu tampak tenang-tenang saja, padahal minotaur itu lebih besar dan lebih kuat daripada minotaur yang sebelumnya. "Sepertinya sudah saatnya kita menggunakan senjata kita, ya Zeta", kata Zita. "Ya. Ayo kita bereskan mereka dalam sekejap", kata Zeta. Ia kemudian melepas liontin kalung sabitnya dan sabit itu seketika membesar menjadi sebilah scythe. "Tebasan Scythe Kematian", dengan sekali ayunan, setiap minotaur yang terkena sabetan Scythe Zeta langsung terbelah. Zita pun melepas liontin trisulanya dan liontin itu menjadi sebilah trisula asli. "Tusukan Tombak Laut Utara", dengan trisula tersebut, setiap minotaur yang tertusuk langsung terlempar ke belakang dengan luka yang besar dan dalam. Dengan serangan seperti itu, sepertinya hanya tinggal menunggu waktu saja sampai Zeta dan Zita menghabisi semua minotaur tersebut.

Kembali ke kapal induk.

"Apa maksud perkataanmu tadi itu Goyle?", kata Forgana dengan marah. "Hahaha.. Kan kau sudah mendengarnya barusan? Apa harus aku perjelas bahwa suamimu yang anak dari selir itu memang lebih berguna kalau dikutuk jadi monster? Hahaha", kata Goyle dengan kejam. "Terkutuk kau Goyle! Aku tidak akan memaafkanmu!!", geram Forgana. Meylin dan Bofu yang melihat itu saling berpandangan. "Apakah Akira dan Ghina kalah?", tanya Meylin. Bofu menggelengkan kepalanya. "Mereka baik-baik saja di bawah. Kedua alien wanita itu yang kabur ke sini", kata Bofu. Dengan mata sensornya ia bisa memastikan keadaan Akira dan Ghina di bawah sana.

Silvia dan Forgana sudah bersiap-siap ingin menyerang Goyle, tetapi… "Tenebrae Monstra", ucap Goyle. "Aaahhhhh…", Forgana dan Silvia tiba-tiba terjatuh dan mengerang-erang kesakitan. "Hahaha.. Rasakanlah oleh kalian berdua. Sekarang kalian sudah aku kutuk menjadi monster raksasa juga", kata Goyle.

Saat itulah "Catena kekkai!", ucap Meylin. Seketika Goyle tidak bisa bergerak. "Kau!!! Apa yang kau lakukan padaku!!!", teriak Goyle. "Kau lengah Goyle! Dalam perang jangan sekali-kali membelakangi musuhmu! Apa kau tahu itu?", ucap Meylin. Catena kekkai adalah jurus untuk mengikat lawan sekaligus membuat lawan tidak bisa bergerak, tapi konsekuensinya Meylin yang menggunakan jurus ini juga sama-sama tidak bisa bergerak selama jurus ini aktif. "Sekarang, Bofu! Aku tidak bisa menahan jurus ini lama-lama", kata Meylin. "Tapi… ", Bofu masih ragu. "Apa yang kalian rencanakan hey!!!", erang Goyle. "Bofu, kalau jenderal ini bebas, begitu pula dengan Forgana dan Silvia yang sebentar lagi akan menjadi monster, sudah tidak ada harapan lagi untuk bumi. Kita harus mengakhiri mereka disini!", kata Meylin tegas. "Baiklah kalau begitu. Sepertinya memang tidak ada jalan lain", kata Bofu sambil tersenyum sedih. "Aku akan selalu mencintaimu, Meylin-ku. Kuharap di kehidupan selanjutnya hubungan kita akan lebih baik dari ini", ucap Bofu lagi. Meylin hanya tersenyum getir sambil meneteskan air mata. Lidahnya sudah kelu untuk berkata-kata. Dengan memantapkan hati, Bofu mengarahkan tangannya ke inti nuklir di depannya. "Bofu cannon! Tembaaakk...!!!", "Hentikan…!!!!", Goyle masih saja berteriak.

"Duaarrrrrr…", ledakan besar pun terjadi di langit.

***

Flashback, sebelum mereka berangkat perang :

"Ghina. Aku khawatir", ucap Akira. "Tak peduli ini takdir atau bukan, jauh dalam lubuk hatiku, aku tidak ingin kau ikut bertempur. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu", ucap Akira lagi. Saat ini Akira dan Ghina sedang berduaan saja di belakang rumah Akira, tepatnya di pekarangan yang mirip seperti taman. Keduanya duduk di kursi yang kayu dengan posisi Akira sedang merangkul bahu Ghina, sementara Ghina bersandar di bahu Akira. "Ya. Kita bisa saja lari dari perang ini Akira. Tapi kau tahu sendiri kan? Kekuatan besar mengundang tanggung jawab yang besar", kata Ghina. "Aku juga tidak ingin hal buruk terjadi padamu, Kira. Aku sayang kamu. Tapi, hanya kita yang bisa menghentikan perang ini selain kita. Begini saja, kita janji, setelah perang ini usai, kita pergi ke pantai untuk liburan", kata Ghina sambil tersenyum. "Baiklah! Janji ya! Agar janji itu bisa terlaksana, kita berdua harus hidup dan menang!", kata Akira. "Tapi.. Aku masih belum menemukan cara untuk mengalahkan monster itu, meski sudah mendapat semua warisan sihir dan pengetahuan Clasifian. Bahkan Clasifian sendiri pun tidak tahu caranya", kata Akira. "Tenanglah Kira-ku sayang. Saat perang nanti, kau akan mengetahui sendiri caranya", kata Ghina sambil mebgedipkan mata. "Haahhh.. Penglihatan apa yang kau lihat? Ayo dong beritahu aku", kata Akira. "Hehehe.. Rahasia, nanti kau juga akan tahu", kata Ghina. "Hmm,, sudah berani main rahasia-rahasiaan nih yaa", kata Akira. Lalu mereka tertawa.

***

Kembali ke perang.

Akira dan Ghina kini berhadapan dengan monster raksasa. Ziinnggggggg!! Blaarrrrrr!!! Sebuah sinar dari langit menghantam si monster. "Itu uranus", kata Akira takjub. Baru kali ini ia melihat uranus secara langsung. "Graoooooo…", akibat tembakan uranus, monster itu mundur beberapa langkah, terlihat sedikit kulitnya gosong. "Uranus butuh waktu untuk menembakkan meriam itu lagi. Tapi, apakah itu cukup untuk mengalahkannya?", gumam Akira bimbang. Monster itu kembali bangkit dan berjalan maju lagi.

"Ah, sudahlah. Aku coba saja. Catatumbo Strike !!!"

(FYI di Venezuela memang terdapat sungai Catatumbo yang selalu disambar petir. Fenomena ini biasa disebut Petir Abadi Catatumbo, yang kemunculannya hampir setiap saat selama 260 malam dalam setahun, 10 jam per hari, dan sampai 280 kali per jam. Sungai ini bermuara di danau Maracaibo. Petir abadi ini adalah fenomena alam yang menakjubkan di dunia bahkan menjadi satu satunya di dunia. Fenomena alam petir ini bisa tampak hingga jarak ratusan kilometer.)

Monster raksasa itu pun diserang oleh sambaran petir berkali-kali. "Graaaaaaaa….", monster itu tampak kesakitan. Tapi monster itu begitu kuat. Meski sudah terkena sambaran petir berkali-kali, tidak tampak sedikitpun tanda-tanda ia akan tumbang.

"Polar Vortex! Tornado! Siklon! El Nino! La nina! Hail Rain!" Akira mengerahkan berbagai sihir cuacanya. Tapi sepertinya tidak mempan. Monster itu tahan panas dan dingin. Pun angin kencang tidak kuat untuk merubuhkan monster itu. Yang ada monster itu malah semakin marah. Monster itu membuka mulutnya dan mengeluarkan sinar yang langsung menghancurkan benda apapun yang di hadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!