Elvin terkejut. Ia tidak menyangka Akira adalah keturunan Clasifian. "Adakah yang bisa aku lakukan bu? Bagaimanapun, Akira adalah teman sekelasku. Aku ingin membantunya", kata Elvin. "Oya, aku baru ingat, lalu bagaimana aku bisa tiba-tiba ada di kamar ini? Padahal seingatku, aku sedang berjalan pulang sekolah bersama teman-teman. Baru beberapa langkah kami dari sekolah, tiba-tiba ufo itu menyerang, semua teman-temanku mati, tetapi aku tiba-tiba ada di sini", tanya Elvin.
"Itu karena papah menaruh teleporter di dalam tasmu", kata ayah Elvin. "Keluarga kita adalah intel di desa ini. Pencari informasi sejak dahulu. Sebagai pencari informasi, keluarga kita dibekali teleporter. Teleporter ini ada 2 macam, teleporter yang satu dibawa oleh pencari informasi, teleporter yang satunya disebut checkporter diletakkan di tempat yang aman. Jika teleporter diaktifkan, orang yang membawanya akan berteleportasi ke checkporter. Atau bisa juga seseorang mengaktifkan checkporter, maka pembawa teleporter akan terteleportasi ke checkporter", jelas ayah Elvin.
"Itulah yang terjadi pada dirimu nak. Papahmu menaruh teleporter di tasmu. Ketika serangan alien terjadi, mamah mengaktifkan checkporter sehingga engkau segera terpanggil ke sini, ke kamarmu", kata ibu Elvin. "Checkporter itu mamah taruh di kamar ini", lanjut ibu Elvin.
Elvin mengangguk-angguk mengerti.
"Papah, mamah, aku ingin membantu temanku", kata Elvin. Ayah dan ibu Elvin saling berpandangan. "Perang itu terlalu berbahaya nak. Apa yang mau kau lakukan pada perang itu?", tanya ibu Elvin. Elvin terdiam, ia juga tidak tahu apa yang bisa ia lakukan.
Tranggg.... Duaakkk... Traannggg... Di tempat lain, Bofu, Ghina, dan Meylin sedang latih tanding melawan minotaur di sebuah ruangan besar di laboratorium ayahnya Bofu. Sedangkan Zeta dan Zita, hanya memperhatikan mereka dari jauh. "Ayaahh.. Tak bisakah kau membuat cakarku ini lebih tajam dan keras lagi? Cakar lemah begini mana bisa menembus armor minotaur", erang Bofu. "Hahaha, kau mau aku melakukan percobaan lagi? Baiklah kalau itu yang kau minta, aku akan melakukan banyak percobaan padamu, hahahaa....", suara tawa ayah Bofu dari speaker yang ada di ruangan tersebut terdengar sedikit membuat bulu kuduk merinding. Seperti tawa iblis yang sedang gembira.
Sebenarnya tangan Bofu yang sekarang sudah merupakan upgrade dari yang sebelumnya. Kalau sebelumnya tangan robotnya hanyalah tangan biasa, sekarang tangannya bisa berubah bentuk menjadi lebih besar seperti berbentuk cakar beruang dan memiliki kuku tajam besar berjumlah tiga. Daya rusaknya tentu sudah sangat meningkat, hanya saja armor minotaur masih lebih keras sehingga ia bahkan samasekali tidak bisa menggoresnya sedikitpun.
Sedangkan Meylin sudah mengganti katananya dengan yang baru. Katana ini lebih kuat dari sebelumnya, sehingga tidak mudah patah meski beradu dengan armor minotaur, akan tetapi masih belum bisa menggores armor minotaur tersebut.
Sedangkan Ghina juga sekarang menggunakan pedang berwarna biru yang entah muncul darimana. Tetapi, karena belum punya dasar ilmu beladiri, ia terlihat kebingungan untuk menyerang minotaur tersebut.
"Stop! Berhenti sebentar", tiba-tiba Zeta menghentikan sparing tersebut. "Sepertinya dari sini, biar Ghina kami yang melatih. Dia belum punya dasar-dasar ilmu beladiri. Biar kami berdua yang melatihnya untuk hal itu", kata Zeta lagi.
Ghina terdiam. Ia memang samasekali tidak memiliki basic beladiri. "Baiklah, mungkin itu memang hal yang sebaiknya aku lakukan", kata Ghina. "Kita akan berkumpul lagi dalam 3 hari teman-teman", kata Ghina kepada Bofu dan Meylin. Bofu dan Meylin menggangguk. "Baiklah. Berhati-hatilah, Ghina", kata Bofu. "Semoga berhasil, Ghina", kata Meylin. Ghina tersenyum dan melambaikan tangannya, kemudian pergi menghampiri Zeta dan Zita. "Ayo", kata Zita. Kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Tinggallah Bofu dan Meylin. "Ayo kita mulai lagi", kata Bofu, lalu mereka melanjutkan latihan melawan minotaur.
Sementara itu, Akira sedang bermeditasi di kamarnya. Ia memasuki alam bawah sadarnya, dan bertemu dengan Clasifian. "Selamat datang Akira. Akhirnya kau bisa masuk kesini", kata Clasifian.
"Yah, kan ini juga berkat pengetahuan darimu juga", kata Akira sambil tersenyum. "Jadi, apa yang ingin kau ketahui?", tanya Clasifian.
"Siapa itu, Rove?", tanya Akira langsung ke intinya.
Akira sudah melihat kejadian yang terjadi 300 tahun yang lalu dari ingatan yang diberikan Clasifian sebelumnya. Tapi ia penasaran dengan yang namanya Rove. Clasifian menghela nafas, "Rove adalah salah seorang sahabatku. Ia memang tidak berasal dari bumi. Tapi ia orang yang baik", kata Clasifian. "Aku sudah mengenalnya jauh sebelum ia berubah menjadi monster. Ia sudah sering berkunjung ke bumi, bahkan kami sering belajar sihir bersama", kata Clasifian.
"Yang kutahu, ia sebenarnya adalah seorang pangeran dari kerajaan suatu planet di luar sana. Tapi, aku tidak pernah bertanya lebih jauh. Ia hanya sering datang ke bumi, kemudian kembali ke planetnya. Ia bilang, bumi itu sangat indah, dibandingkan dengan planetnya yang hampir sudah tidak ada tanaman", jelas Clasifian.
"Karena ia adalah seorang pangeran, ia memiliki energi yang besar. Aku mempelajarinya, bagaimana hanya menjadi seorang pangeran bisa memiliki energi yang cukup besar. Ternyata itu karena ‘warisan’. Dari dialah aku belajar cara untuk mewariskan energi, energi yang kemudian kuberikan kepadamu", kata Clasifian sambil tersenyum.
"Sebenarnya, aku curiga ia dikutuk oleh orang dari planetnya sendiri sehingga ia menyerang bumi, tapi aku tidak punya bukti. Apalagi setelah kejadian itu, tidak ada serangan alien lagi", lanjut Clasifian.
"Dan kalau kau ingin menanyakan bagaimana cara untuk mengalahkannya, jujur aku tidak tahu. Itu adalah hal yang harus kau cari tahu sendiri", kata Clasifian sambil tersenyum simpul.
Akira manggut-manggut. "Ya.. Ya.. Kini aku paham sekarang", kata Akira.
"Aku sudah memberikan semua yang kutahu, sekarang tinggal dirimu akan melakukan apa", kata Clasifian lagi. "Ya, terimakasih, kakek", kata Akira sambil tersenyum.
Di tempat lain, Ghina, Zeta dan Zita berada di kebun di belakang rumah Ghina. "Jadi, pertama apa yang harus aku lakukan?", tanya Ghina.
"Kalau kau ingin bertarung menggunakan pedang, kau harus mengetahui dasar-dasar berpedang", kata Zeta. "Ilmu pedang sebenarnya bukanlah ilmu yang bisa dipelajari dalam tiga hari. Tapi, itu untuk orang biasa", kata Zeta. “Tapi menariknya kau adalah seorang Fortuna yang bisa memprediksi gerakan lawan”, lanjut Zeta.
"Baiklah, pertama, kau harus bisa merasakan bahwa pedang bukanlah senjata, tetapi perpanjangan dari tanganmu", kata Zita. "Dengan waktu yang sebentar, akan sulit untuk melatih tenaga yang cukup. Tapi kita bisa melatih yang lain. Kita akan melatih kecepatanmu. Dan kita akan menggunakan pedang yang sangat tajam untuk menutupi kekurangan dari kekuatanmu". Lanjut Zita.
"Selain itu, kita juga harus berlatih jurus pedang. Aku akan mengajarimu jurus-jurus dasar terlebih dahulu. Apa kau siap?", tanya Zeta. "Siap. Ayo kita mulai saja", kata Ghina. Ia sudah tidak ingin membuang waktu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments