"Begitulah ceritanya", pungkas Bofu. Tak lama merekapun tiba di rumah Akira.
***
Entah sudah berapa lama Akira terpejam, saat ia sadar dan membuka matanya, ia sudah berada di kamarnya sendiri. Teringat apa yang terjadi kemarin, ia merasa itu semua hanya mimpi. Ia bangkit dari kasurnya, dan menuju ke ruang tengah. Disana ada kedua orangtuanya sedang berbincang-bincang di atas sofa.
"Akira, kamu sudah bangun nak?", tanya ibu Akira yang melihat anaknya sedang berjalan mendekati mereka. "ya.. mah..", jawab Akira singkat. "Kemarilah, nak", kata ayah Akira. Akira lalu duduk di dekat mereka. "Nak, kami sudah mendengar apa yang terjadi kemarin. Ayah Bofu yang ada di dekat situ melihat semuanya", ayah Akira menarik nafas sesaat. "Kau tahu nak. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatu. Termasuk untuk keselamatan bumi, bayarannya memang mahal. Ghina pasti sudah memikirkan matang-matang tentang apa yang dilakukannya", kata ayah Akira. "Kami semua pun sedih. Ghina anak yang baik. Terlalu baik. Tapi, ayah juga tidak ingin kamu sedih terlalu dalam. Relakan kepergiannya, hormati keputusan pengorbanannya", kata ibu Akira. "Ya.. mah..", kata Akira. Kemudian ia bangkit berdiri dan kembali ke kamarnya.
Di kamar Akira merebahkan diri. Ia menatap langit-langit kamarnya. Sebenarnya pikirannya masih galau. Ia inginnya tidak bersedih terlalu lama, tapi bayangan demi bayangan tentang kerbersamaannya dengan Ghina masih menghantui pikirannya.
"Hufff..", ia menghela nafas berat. Ia mengangkat tangannya, memperhatikan ruas-ruas jemarinya. "Padahal aku memiliki kekuatan sihir yang lumayan kuat. Tapi apalah artinya semua ini....", kata Akira. Tiba-tiba ia terlonjak. Ia teringat tentang Clasifian. Ia pun bermeditasi, memasuki alam bawah sadarnya, untuk menemui Clasifian disana.
Pertama ia hanya melihat kegelapan, tapi perlahan kegelapan itu berubah menjadi padang rumput yang sama dengan waktu pertama kali ia memasuki alam tersebut. Disana Clasifian sedang berdiri seolah sudah menunggunya. "Akhirnya kau kemari juga Akira", sapa Clasifian. "Ya.. Ada yang ingin aku tanyakan", kata Akira tanpa basa-basi. "Adakah sihir yang bisa membangkitkan orang mati?", tanya Akira. Clasifian terdiam. "Apakah orang tersebut begitu berarti untukmu Akira?", Clasifian malah balik bertanya. "Ya. Dia sangat penting bagiku", jawab Akira. "Akira. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatu. Menghidupkan orang mati, tentu bayarannya juga mahal. Bisa jadi itu butuh pengorbanan semacam tumbal. Apa kau siap menumbalkan orang lain demi orang yang ingin kau hidupkan?", kata Clasifian. "Dan itu juga tidak terlepas dari konsekuensi. Apakah orang yang kita hidupkan masih sama dengan orang kita kenal sebelum dia mati? Atau ada kemungkinan ia hanya akan menjadi zombie. Bagaimanapun kematian adalah hal yang tidak kita utak atik dengan sihir", Clasifian menjelaskan panjang lebar. "Ada alasan lain kenapa kau memiliki kekuatan itu Akira. Kekuatan mengundang tanggung jawab".
Akira termenung, dan mulai memikirkannya dari awal. Mungkin ini memang sudah takdir. Mungkin memang itulah tanggung jawab yang di ambil Ghina saat itu. Ghina juga tentu sudah memikirkan matang-matang soal pengorbanannya. Kini, tinggal saatnya ia merelakannya.
"Baiklah. Terimakasih, Clasifian. Aku sedikit lebih lega sekarang", kata Akira.
"Selain itu, ada yang ingin bertemu denganmu, Akira. Mungkin waktunya tidak tepat, tapi ini sedikit mendesak", kata Clasifian. "Siapa?", tanya Akira.
Lalu dari pohon rindang di belakang Clasifian muncul sosok yang tak asing. "Rovee??", seru Akira terkejut. Rove adalah alien sahabat Clasifian yang dikutuk menjadi monster raksasa kemarin. "Kenapa kau bisa ada disini?", tanya Akira bingung.
"Halo Akira. Ini pertemuan pertama kita kan?", kata Rove sambil tersenyum lebar. "Begini. Akupun tidak tahu bisa seperti ini, karena ini semua di luar perkiraanku". "Aku tahu aku akan ditumbalkan untuk menjadi monster raksasa. Karena itu, aku sudah memutuskan Clasifianlah yang akan mewarisi kekuatan sihirku begitu aku mati. Memang kalau kekuatanku saja tidak seberapa, tapi aku tak rela kalau kekuatanku akan terwariskan ke Raja Alien. Karena begitu aku mati, dialah laki-laki keturunan terakhir ras kami, sehingga ia pasti akan menerima kekuatan warisan leluhur sebelumnya", kata Rove. "Tapi ternyata aku tidak mati, aku malah disegel oleh Clasifian. Dan aku baru benar-benar mati kemarin, tapi karena Clasifian sudah tidak ada, kekuatanku malah diwariskan kepadamu, Akira. Sebagai keturunan Clasifian".
"Akira, apa kau tahu konsep sebenarnya dari sihir?", tanya Clasifian. "Ya. Sihir bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan begitu saja, tapi merupakan manipulasi. Sihir cuacaku bukanlah murni mengendalikan cuaca, tapi sejatinya adalah mempercepat proses Butterfly Effect di tempat yang aku inginkan", kata Akira.
"Benar sekali. Karena itu seorang penyihir bukan saja memiliki energi sihir yang besar, tapi harus mengerti konsep di baliknya. Oleh karena aku tidak mengerti Butterfly Effect, akupun tidak bisa mengendalikan cuaca", kata Clasifian.
(FYI : Buterfly Efect atau Efek Kupu-kupu adalah istilah yang pertama kali dipakai oleh Edward Norton Lorenz ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil secara teori dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Perubahan yang hanya sedikit pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Butterfly effect merupakan bagian dari Chaos Teory atau Teori Chaos.)
"Tapi aku yakin kau bisa menerima jenis sihir apapun, Akira. Kau bisa mengerti banyak konsep. Bisa jadi kaulah yang akan menjadi penyihir terhebat sesungguhnya", kata Rove.
"Sebaiknya kita tidak membuang waktu lagi, karena pertemuan ini waktunya terbatas. Inilah sihirku, sihir perubahan wujud", kata Rove sambil meletakan jari telunjuknya di dahi Akira. Dari telunjuk itulah terjadi transfer kekuatan sihir dan pengetahuan tentang sihir milik Rove kepada Akira.
"Ini.. Inikah konsep sihir warisan yang sesungguhnya?", Akira menyadari sesuatu. "Benar Akira. Sihir warisan sejatinya hanya ada di ras kerajaan kami para alien. Tapi Aku dan Clasifian bekerjasama dan melakukan banyak percobaan sehingga kami bisa menentukan pewaris kekuatan kami. Sebelumnya hal ini belum pernah terjadi samasekali. Berkat pemahaman konsep dari Clasifian, makanya kami bisa menurunkan sihir ini padamu", terang Rove.
"Dan satu lagi, Akira", kata Rove. "Aku ingin minta tolong bantuanmu. Kalahkan raja ras alien sebelum ia menyerang bumi lagi. Kau sudah tahu koordinat planet kami. Seranglah raja itu dan kalahkan dia", kata Rove.
"Maaf kalau permintaanku terlalu berat, Akira. Tapi aku tidak tahu lagi harus bilang kepada siapa. Kau boleh saja menolaknya kalau kau merasa tidak sanggup", kata Rove lagi. "Aku... Entahlah... Aku harus memikirkannya dahulu...", kata Akira sedikit bingung.
Padang rumput itu mulai memudar.
"Ya, Akira. Pikirkanlah matang-matang. Sampai jumpa lagi", kata Clasifian sebelum ia benar-benar menghilang. Saat Akira membuka matanya, ia sudah berada di kamarnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments