Bab 19

Segala bukti yang ditunjukkan Sagara memang menyatakan dia adalah cucu Cayapata yang asli. Burhan dan Nina juga melampirkan hasil tes DNA milik pria itu yang cocok dengan DNA papanya.

"Dari mana kau bisa membuat uji Tes itu? sementara papa mu masih terbaring tidak sadarkan diri?" hardik Christin masih menyimpan curiga.

"Aku memberanikan diri, mengambil rambut papa untuk ku bawa ke laboratorium. Aku juga tidak mau sembarangan memasukkan orang dalam keluarga ini" ucap Nina selalu tidak bersahabat.

Christin tidak bisa berkutik lagi. Setengah hatinya gembira cucunya sudah ditemukan, tapi satu sisi hatinya yang lain, meragukan Sagara sebagai pewaris asli Cayapata.

***

"Melo, panggil Bara kesini" perintah Christin duduk di samping suaminya. Menggengam tangan suaminya erat.

Tidak selang beberapa menit, Bara datang bersama Melo dan duduk di hadapan wanita tua itu. Ini kali pertama Bara masuk ke dalam kamar tidur sekaligus tempat dirawatnya tuan besar Cayapata.

Ada yang aneh, Bara begitu tertarik untuk mendekat, melihat wajah pria yang sudah lama tidak bangun itu.

"Bara, duduk lah. Kalian dengarkan. Pria yang kalian lihat tadi di bawah itu adalah Sagara, cucuku yang sudah ditemukan" ada tarikan nafas berat sebelum Christin melanjutkannya.

"Nenek harap kalian bisa akur bersamanya. Mulai saat ini dia akan tinggal dengan kita di rumah ini"

Tidak ada yang buka suara. Bara apalagi, dia bisa ngomong apa? dia juga bukan siapa-siapa di rumah ini, hanya karena kebaikan Christin dia diangkat jadi cucu.

Setengah jam berlalu, Christin asik memberi wejangan pada keduanya, terlebih pada Bara. Wanita itu mengapresiasi sikap Bara yang sudah berpisah dengan Zahra.

"Kau jangan sakit hati pada nenek ya Bar. Ini semua nenek lakukan demi kebaikanmu. Kamu tidak tahu kalau orang tua Zahra itu tidak jauh berbeda dengan Burhan dan Nina"

"Nek, jari kakek bergerak" ucap Melo yang pertama kali sadar. Dengan cepat Christin dan juga kedua muda-mudi itu bangkit.

Tuan Cayapata masih enggan untuk bangkit dari diamnya. Namun setelah diperiksa oleh dokter keluarga itu, tuan Cayapata mengalami kemajuan. Dia sudah sadar, walau masih terpejam. Dia bisa mendengar, merasakan segala yang terjadi dan yang dibicarakan disekitarnya.

Kemajuan yang tampak kecil itu nyatanya sangat berarti besar buat keluarga Cayapata, walau tidak semua anggota keluarga. Nina dan Burhan malah pucat saat dokter menerangkan keadaan kakek Cayapata.

"Gimana ini mas? kalau sampai papa bangun, habis kau" ucap Nina menarik tangan Burhan masuk ke kamar tidur mereka.

"Kau diam. Jangan membuatku semakin panik. Pak tua itu tidak akan bertahan lama, asal kita bisa masuk ke dalam ruangan itu tanpa diketahui orang lain"

"Apa kau gila? maksud mu kau ingin membunuh papaku?" pekik tertahan dari Nina tidak berpengaruh sama sekali bagi Burhan.

"Tidak ada gunanya lagi dia bertahan hidup di dunia ini. Dari pada aku yang mati, dan kau jadi janda, lebih baik papamu yang berkorban," umpat Burhan pergi dari ruangan itu.

Tidak ada yang bisa Nina katakan lagi, sesal sudah datang terlambat. Rasa cintanya pada Burhan saat itu membuatnya buta, membuang keluarganya hanya demi mempertahankan pria yang sangat dicintainya itu.

Dari awal keluarga Cayapata tidak pernah suka pada Burhan. Sejak Aldebaran menangkap basah kelakukan Burhan yang selingkuh dengan wanita lain saat masih menjalin hubungan dengan Nina. Aldebaran marah dan menghajar habis-habisan Burhan. Tidak sampai disitu kebejatan pria itu, Burhan ternyata selama ini menguras habis tabungan Nina.

Dibutakan oleh cinta, Nina bahkan membuang masa depannya dengan berhenti kuliah hanya sampai semester empat. Keluarga Cayapata memutuskan untuk memisahkan Nina dengan Burhan, namun karena saat itu sudah bersarang janin di rahim Nina yang tentu saja milik Burhan, keluarga Cayapata tidak punya pilihan selain menikahkan mereka.

Kini perangai buruk Burhan sudah terpampang dihadapannya, tapi dia tidak bisa mundur. Rasa sakit hatinya pada papanya yang menikah lagi, memacu Nina untuk mengikuti perkataan Burhan.

***

Berlalunya hari, seminggu sudah Sagara tinggal di rumah Cayapata. Sikap dan lagaknya begitu sok pada Bara dan memandang rendah padanya. Pernah suatu hari, Sagara mencarinya untuk meminta Bara membersihkan sepatunya.

"Lo bersihkan, semir sampai kilat" ucapnya melempar sepatu pantofel nya kepangkuan Bara. Sejak diakui oleh Christin sebagai cucu keluarga itu, Sagara ikut bersama Satria ke kantor. Satria menawarkan diri, untuk mengajari Sagara bisnis keluarga mereka, hingga jika saatnya nanti tiba dia didaulat menjabat CEO di perusahaan besar Cayapata, dia akan mampu.

"Ini Gara, udah beres" Bara menenteng sepatu yang sudah tampak seperti baru ke arah Saga. Pria itu sedang asik bermain game online yang tengah viral saat ini di ponselnya.

"Lo bersihkan lagi. Kurang bersih" perintahnya bahkan tanpa menoleh kearah sepatu itu sedikitpun.

"Tapi kau belum lihat Gara"

"Aku bilang pergi dari sini. Lo harus tau posisi lo dimana, jangan ngelunjak mentang-mentang nenek gue ngangkat lo jadi cucunya. Ntar kalau seluruh harta Cayapata udah gue kuasai, liat aja, gue mampusin lo, ******" umpatnya sembari meludah ke arah Bara.

Tak ingin terjadi pertengkaran, Bara menuruti perintah Sagara, pergi dari sana dengan membawa kembali sepatu itu.

Bara tampaknya harus lebih bersabar. Dia akan menjaga emosinya yang dia duga memang sengaja dipancing oleh Sagara.

Kelakuan jahat Sagara pada Bara tidak sampai di situ, kadang Sagara yang lagi berkumpul dengan para sahabatnya, meminta Bara datang dengan alasan untuk menjemputnya.

"Kenalkan, ini jongos gue. Peliharaan nenek gue, bisa dibilang, dia anjing keluarga gue," ucapnya yang berhasil mengundang tawa teman-temannya.

Bara masih diam. Tidak terprovokasi. Sampai ada salah satu teman Saga yang mencampurkan saos yang sangat banyak di sisa pastanya, lalu meletakkan piring itu di bawah meja. Dengan kakinya, pria itu mendorongnya piring itu kearah Bara.

"Makan njing" ucapnya yang membuat teman-teman lainnya bersorak mengejek. Bara mengepalkan tangannya menahan agar tidak terpancing hingga menghabisi keenam pria tengil itu. Jika pun semuanya maju untuk menyerang Bara sekaligus, pria itu yakin bisa menghadapi keenam pria brengsek itu.

"Ngapain lo bengong, turuti kemauan teman gue. Nunduk lo, terus merangkak kayak anjing" perintah Saga yang diikuti tepuk tangan dan sorak gembira mereka.

"Terima kasih, tapi aku ga lapar" sahutnya enteng. Sagara tidak terima dengan sikap tenang dan percaya diri Bara. Dengan tegas bangkit dan hendak memukul wajah Bara, yang sigap dielak oleh Bara. Saga hanya memukul angin karena tubuh Bara yang bergeser cepat.

"Oh..nantangin lo? berani lo sama gue? mampus lo b*ngsat!!" pekik Sagara sebelum menerjang Bara.

Terpopuler

Comments

Fano Jawakonora

Fano Jawakonora

rhir buseeeeeeetttttt bikun cerita murahan yg ngaku" dan basi tauuuuuuu bikin gak nafsu baca lg ni heeeyy thir ungkap segera asal usul bara segera kalau tidak cerita mu hny sampah bikin mual sj

2022-10-03

1

LENY

LENY

SAGARA IBLIS JUGA

2022-06-27

1

Braiyen Siburian

Braiyen Siburian

lanjut

2022-04-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!