Bab 9

Demi membunuh kebosanannya, Bara berbincang-bincang dengan sekuriti di pos satpam. Biasanya dia tertarik untuk membaca koran, tapi hari ini mood nya hilang. Entah karena tidak sampai hati melihat kesedihan Christin karena sudah menolak nya, malam nya Bara bermimpi.

Christin datang mencarinya dengan isakan tangis yang menyayat hati. Berulang kali Bara meminta untuk menghentikan tangis nya, tapi Christin tetap menangis.

"Bara, ini buat kamu" obrolan mereka terhenti saat Wati, salah satu OB yang sangat ramah padanya menyerahkan satu kotak makanan di hadapannya.

"Apa ini Wat?"

"Buat makan siang" ucap nya berlalu pergi, tidak lupa menghadiahi nya dengan senyuman juga.

"Laris lu tong di mari ya. Banyak yang naksir" ucap Jaki, si sekuriti yang biasa di panggil babe karena memang sudah lebih tua dari yang lain.

"Buat babe aja" Bara menyerahkan pada Jaki yang di sambut wajah berbinar.

"Serius lu tong?"

"Iya be.." Bara sigap berdiri melihat dari kejauhan Zahra yang berjalan.

"Non Zahra..mau ketemu tuan Satria?" pertanyaan bodoh dari nya membuat Zahra hanya melepas senyum. Tentu saja ingin bertemu Satria, tidak mungkin kan ingin bertemu dirinya.

"Iya.." sahut nya lembut. "Temani aku ke atas yok"

Bukan Bara tidak mau, tapi tidak mungkin. Apa kata Satria jika dia menemani Zahra ke atas.

"Saya di sini aja non"

Tiga puluh menit berselang, Bara mendapat pesan Toni, asisten bos nya untuk di minta naik ke ruangan satria.

"Bos manggil saya?" Bara sudah masuk dan berjalan, tepat di depan Satria yang tengah duduk di singgasana, Bara berdiri dengan sikap tubuh bersiap.

"Iya. Saya mau kau mengantar Zahra kemana pun dia mau" Bara hanya bisa mengangguk patuh. Ada sudut di hatinya yang merasa gembira karena bisa menemani Zahra walau hanya berjalan di belakangnya saja.

"Kau tidak hanya mengantar, menemani dan membawa setiap barang yang dia beli. Kerja kan apa pun yang di minta sang tuan putri ini" ucap Satria menangkup dagu Zahra dan segera menyatukan bibir mereka.

Satria, si pria tidak punya akhlak mana perduli apa kah ada orang lain di sekitar mereka. Bara yang punya rasa malu lah yang menunduk agar tidak melihat adegan itu.

Menurut Bara, tidak benar memperlakukan seorang wanita seperti itu. Dengan mencium Zahra di depan dirinya dan Toni, sama saja Satria tidak menjaga kehormatan tunangannya.

Keheningan terjadi di dalam mobil. Zahra sesekali melirik Bara lewat pantulan cermin."Bar..kamu udah punya pacar?"

"Belum non"

"Jangan panggil nona, kita seumuran. Panggil Zahra" sambar wanita itu memaksa.

"Mana saya berani non. Nona adalah tunangan bos saya. Saya harus hormat" ucapan Bara beralasan. Dia tidak mau melewati batasannya.

"Kalau begitu, saat kita berdua aja ya. Please" Bara tidak mengerti, apa pentingnya kalau dirinya memanggil nama atau nona pada Zahra, hingga wanita itu harus memohon padanya.

Dengan setia Bara menemani Zahra keluar masuk toko pakaian dan sepatu. Lelah berpetualang mencari yang diinginkan nya, Zahra mengajak Bara untuk mengisi perut.

"Kamu pesan apa Bar?"

"Saya terserah non aja. Apa aja saya makan"

"Aku marah nih kalau kamu masih panggil nona" Bara hanya menunduk malu. Mengucap nama Zahra dari mulutnya tidak semudah yang di bayangkan gadis itu. Hati Bara akan ikut bergetar jika mengucapkannya.

"Bara.." lanjut nya saat tidak mendapat tanggapan dari permintaannya.

"Saya takut di marahi tuan Satria"

"Kan cuma ada kita berdua aja kan?" rengek nya yang membuat Bara semakin gemas pada gadis itu.

"Baik lah.. Za-hra"

Sebuah senyum cantik melengkung di wajah Zahra, memperlihatkan barisan gigi nya yang putih dan rapi.

Kedua nya menikmati makanan mereka sembari berbincang. Sesekali akan terdengar tawa tengah dari Zahra saat Bara menceritakan sesuatu. Tidak ada batasan, kedua nya seperti teman lama yang memiliki chemistry.

Atas perintah Satria di menit terakhir, Bara di minta untuk mengantar Zahra pulang, lalu mengantar mobil ke apartemen dan setelah nya boleh pulang.

Kalau saat berangkat Zahra duduk di belakang, kini gadis itu memilih duduk di samping Bara. Kembali saling melempar cerita apa saja. Dan yang membuat Zahra semakin menyukai Bara, pria itu selalu menghargai Zahra dengan mendengarkan apa pun ucapan Zahra dengan penuh antusias.

"Udah sampai non" bola mata Zahra membulat.

"Eh..Zahra" ralat nya.

"Gitu dong. Nih, buat kamu" Zahra menyerahkan satu Tote bag coklat pada Bara. Dari cover nya Bara tahu apa isi nya.

"Ambil" sambung Zahra terus menyodorkan, karena Bara menjadi tak bergeming.

"Aku ga bisa menerima nya Ra"

"Kalau kamu ga mau terima, aku bakal marah loh"

Bara menerima dan membuka kotak berwarna putih. Bola matanya membulat tidak menyangka apa isi nya. "Ini.." kalimat Bara menggantung di awan. Sepatu sport yang tadi sempat dia coba, tapi melihat harga nya setara dengan tiga enam bulan gajinya, dengan cepat di kembalikan pada tempatnya. Dan kini sepatu itu sudah ada di tangan nya. Bara tidak menyadari kalau Zahra ternyata melihat nya mengamati sepatu Ad*das itu.

"Semoga kamu suka" ucap nya tersenyum.

"Ini terlalu mahal, Ra. Sungguh aku ga bisa menerima" tolak Bara mengangsurkan kotak yang sudah di tutupnya kembali.

"Bara.. apa-apaan sih. Udah, ini buat kamu."

Bara menatap wajah Zahra. Kali pertama dia berani menatap wajah cantik itu tanpa sembunyi-sembunyi.

"Makasih ya" ucap nya sepenuh hati. Zahra bukan manusia, dia malaikat. Hati nya begitu baik. Sekali lagi Bara terpesona.

"Iya, sama-sama. Aku juga mau bilang terimakasih, kamu udah buat aku gembira satu hari ini" yang tidak pernah di duga Bara, usai kalimat itu, Zahra mengecup pipi kanan nya yang membuat Bara terkesima.

"Selamat malam Bara" ucap nya membawa sendiri kantong belanjaan nya.

Bara jatuh cinta pada Zahra. Itu sudah pasti. Kini kepalanya hanya di isi oleh bayangan Zahra saja.

Semenjak hari itu, baik Zahra atau Bara, secara tidak langsung mempunya waktu berduaan. Kadang Satria akan meminta Bara untuk mengantar dan menjemput Zahra yang sedang mendaftar masuk ke perguruan tinggi.

Di tengah jalan, Zahra akan menghubungi Satria, meminta izin agar Bara mengantar nya ke toko buku. Benar adanya mereka ke toko buku, tapi itu hanya alasan, membeli satu buku, untuk di tunjukkan pada Satria, sesudahnya keduanya akan makan dan juga nonton film di bioskop.

Saat di dalam studio, Zahra lah yang lebih dulu menggenggam tangan Bara. Mengaitkan jemari mereka di atas paha Bara. Mengulum senyum bahagia, menikmati kebersamaan mereka yang walau dengan curi-curi di belakang Satria.

Terpopuler

Comments

Khairul Ackhiels

Khairul Ackhiels

Zahra itu sudah dijodohkan oleh nenek bara dan ibu nya Zahra dgn si bara yg pada waktu masih dlm kandungan ibu mereka masing-masing,tp karena ibu nya si bara meninggal jadi mereka belum tau kalau si bara sudah lahir dan masih hidup..😂😂

2023-01-25

0

Z3R0 :)

Z3R0 :)

heh memang jodoh woy dia anaknya dah pas si satria aja ya rebut

2022-07-10

0

Sri Hastuti

Sri Hastuti

Bara hati2 Dek ku jgn terlena ... kamu sdh masuk perangkap ... sebaik apapun ... secantik apapun Zahra dia itu milik Satria lelaki LUCKNUT. Kamu bisa dalam bahaya .. aku tak rela Thooor 😂

2022-05-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!