Bab 13

Jadi tugas yang di berikan Christin, adalah mengantar jemput Melo dan juga menemani Christin kemana pun dia ingin pergi.

Bara juga sudah mulai tinggal di rumah Cayapata. Wejangan pak Sugi padanya adalah menjadikan masa yang lalu jadi pengalaman, dan jangan menyia-nyiakan kepercayaan Christin.

Salah satu kamar juga di berikan pada Bara. Dia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Christin dan berjanji akan setia pada wanita itu.

Hari pertama bekerja, Bara diminta mengantar Christin dan Melo ke salah satu pusat perbelanjaan, guna membeli keperluan gadis itu yang akan memulai perkuliahan Senin nanti.

Kadang Bara berpikir, betapa beruntung nya Melo dan juga Zahra yang bisa mengecap pendidikan hingga di bangku kuliah. Dia pun memiliki mimpi suatu saat bisa kuliah, tapi itu masih jauh dari list rencananya. Untuk saat ini yang terpenting dia lakukan adalah mencari uang yang banyak, mengirim untuk orang tuanya di kampung, dan mulai sedikit demi sedikit menyisihkan untuk biaya nya kuliah kelak.

***

Pagi itu Bara sudah menunggu Melo di teras rumah. Mobil juga sudah di cuci, dan siap berangkat, tapi gadis itu belum juga muncul.

Sedikit yang Bara tahu mengenai Melo dari para pelayan di dapur,  gadis itu bukan lah cucu dari Christin, tapi justru seorang pelayan yang sejak kecil sudah di asuh oleh wanita tua itu. Kehadiran Melo yang lembut menjadikan Christin yang saat itu masih dalam keadaan berduka setelah hampir enam tahun kepergian anak nya, menjadi semangat kembali. Itu lah alasan kenapa Melo sangat di sayang oleh Christin dan memanggilnya nenek.

Kenyataan itu semakin membuat Bara menaruh rasa kagum dan hormat pada Christin, yang ternyata benar adanya seorang wanita penuh belas kasih.

"Maaf lama" ucap Melo menggenggam erat tali tas nya.

Bara menoleh, mendapati gadis itu berdiri di sana dengan wajah menunduk. Dia heran, mengapa perangai tegas dan berani yang ada pada diri Christin tidak sedikitpun menular pada Melo. Gadis itu..Ah, Bara pun bingung harus mendeskripsikan nya. Penakut dan tidak percaya diri, itu lah kesimpulan Bara tentang gadis itu.

Kampus itu adalah salah satu kampus swasta terbesar dan juga terkenal mencetak ribuan mahasiswa pintar dan berprestasi. Mulai dari artis, anak pengusaha dan juga para pengusaha sekalipun yang kuliah di sana.

"Udah sampai non" ucap Bara melirik Melo dari kaca spion yang membuat gadis itu gelagapan karena ketahuan sedang melihat Bara juga.

"Eh...iya. Jangan panggil non. Melo aja" sahut gadis itu gugup, bergegas membuka pintu mobil dan keluar.

"Non..Melo, jam berapa aku jemput?" ucap Bara sembari ikut keluar dari mobil dan mengejar Melo yang sudah berjalan.

"Aku juga ga tahu. Nanti aku telepon aja ya" suara Melo begitu lembut, membuat siapa pun yang mendengar pasti merasa teduh.

"Ok, kalau gitu aku minta nomor mu" Bara mengangsurkan ponselnya. Melo mengetik nomornya dan segera mengembalikan ponsel Bara, mengangguk pamit dan segera pergi.

Dari kejauhan seseorang mengamati mereka berdua. Begitu Melo pergi, gadis itu perlahan mendatangi Bara. Sentuhan lembut di punggung nya membuat Bara reflek berbalik.

"Zahra?" suara Bara tercekat. Pertemuan itu tidak terduga, terlebih dia sudah sangat merindukan sosok gadis itu.

"Siapa dia?" gaya bertanya Zahra yang penuh penekanan menandakan gadis itu tidak suka melihat Bara bersama Melo.

Sempat tidak paham, kening Bara mengkerut, baru lah sesudahnya dia paham. "Oh..itu Melo, dia..dia pelayan nenek Cayapata"

"Kamu kok bisa bersama dia?" sifat manja dan menuntut Zahra jelas terlihat dari sorot matanya yang menatap tajam ke arah Melo yang kini semakin menjauh.

"Aku sekarang bekerja untuk nenek Cayapata. Beliau menugaskan aku mengantar dan menjemput Melo ke kampus. Aku supir pribadi nenek Christin"

Pundak Zahra merosot. Rasa kesalnya nya pun pergi. Entah sejak kapan dia menyukai pria itu. Bahkan bagi dia, Bara adalah miliknya. Bukti keegoisan Zahra, karena hingga saat ini pun dia masih menjadi kekasih Satria.

"Jangan cemberut lagi. Kamu ga masuk?" tanya Bara sangat lembut.

"Udah ga mood. Kita jalan ya" ucap nya menggandeng Bara.

"Nanti..ga di cari sama.."

"Ga. Tenang aja, dia lagi ke luar negri" senyum Zahra melengkung di wajahnya. Hanya itu yang di butuhkan Bara untuk mematahkan akal sehatnya. Wanita yang harusnya dia jauhi ini nyatanya menjadi magnet dalam hatinya yang menarik nya lebih dekat menuju pusara asmara yang di bentuk Zahra.

Pantai menjadi pilihan mereka menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang meragukan ada rasa cinta diantara mereka. Kedua nya tampak bahagia, berbagi rasa sayang, penuh canda dan tawa.

Bagi Bara ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Hadirnya Zahra memberi hidupnya warna. Terserah kalau nanti kedepannya akan terjadi prahara besar. Jika saat nya datang, dia akan siap. Karena untuk saat ini cukup lah mereka menjalin cinta dengan sembunyi-sembunyi.

Di kampung juga banyak gadis yang menyukai Bara, dari anak gadis, janda hingga istri orang, tapi Bara tidak pernah tertarik pada mereka. Berbeda saat pertama kali bertemu Zahra, gadis itu mampu menggerakkan hati nya. Di jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu.

Pukul tiga sore, Bara baru sadar ponselnya berdering. Saat dia mengecek ternyata sudah ada dua pesan dan empat kali panggilan dari Melo. "Iya Mel, udah pulang nya?" Bara melirik raut wajah tidak suka Zahra. Gadis itu tampak kesal kencan nya di ganggu.

"Baik, aku ke sana sebentar lagi" Bara menutup telepon nya. "Kita harus pulang. Aku antar kamu dulu, baru aku jemput Melo"

Dengan wajah cemberut dan tidak rela, Zahra beranjak mengikuti langkah Bara yang sudah hampir tiba di tempat mobil mereka di parkir.

"Jangan cemberut please. Hari Minggu aku libur. Kita bisa jalan lagi ya?"

"Benar?" tanya Zahra antusias. Baginya bersama Bara tidak pernah membosankan. Dia mengakui kalau dirinya sudah jatuh cinta pada pria itu.

Melo duduk di depan fakultas nya. Menopang dagu, dan terlihat sangat bosan menunggu. Sesekali mulut nya menguap. Diliriknya untuk kesekian kalinya jam di pergelangan tangan, sudah hampir pukul lima. Dua jam lebih dia menunggu.

"Maaf, aku terlambat" ucap Bara berlari dan setelah tepat di hadapan Melo menunduk memegangi perutnya nya yang sakit akibat berlari tadi. Dia terpaksa parkir di luar kampus karena parkiran sudah habis akibat banyak nya manusia yang datang. Saat itu memang kampus mereka mengadakan talk show seputar dunia pendidikan dengan nara sumber seorang dosen yang dulu pernah menjabat jadi menteri pendidikan.

"Ga papa" Melo berdiri, menunduk dan masuk mobil. Meninggalkan rasa bersalah di hati Bara.

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

sibara dodol tu sudah tau zahra perem gimana masi juga ga jera, biar saja dibogem lagi sama satria

2023-06-09

0

Fano Jawakonora

Fano Jawakonora

jodoh bara adalah zahra mereja sdh dizodohkn semenjak dlm kandungan sikat bara jgn kendor itu mikik mu bujn satria😂

2022-10-03

0

LENY

LENY

BARA GAK KAPOK YA NNT KETAHUAN SATRIA BARU TAHU RASA BIKIN KACQU. ZAHRA ITU TUNANGAN ORANG SADAR DIRILAH KAMU BARA. JGN KECEWAKAN NENEK CHRISTIN

2022-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!