Bab 15

"Maksud nenek?"

"Aku akan menjadikan mu manusia sukses, tapi hanya satu pinta ku, jadi lah cucu ku dan selalu ada di sisi ku"

Hening sesaat. Tidak satu pun dari mereka yang buka mulut. Sementara di luar sana, Nina mengepalkan tinjunya. Itu adalah ancaman bagi Nina dan keluarganya. Dia tidak mau, karena anak yang kebetulan mirip dengan adik nya Aldebaran, menjadi pewaris yang di tawarkan tunjuk ibunya. Satria, putra nya lah yang harus mewarisi semua harta keluarga Cayapata.

Dengan geram, Nina meninggalkan tempat nya menguping. Masuk ke dalam kamarnya mencari ponselnya yang lupa dia letakkan dimana.

"Halo, aku minta kau pulang sekarang" nada suara Nina yang setengah memaksa dan membentak membuat yang mendengar menjadi kesal.

"Ada apa? apa kau tidak tahu kalau aku sedang bekerja?"

Tidak lama, Nina membanting ponsel ke atas tempat tidur setelah tidak terima panggilan itu diputus sepihak oleh suaminya.

Mereka harus segera bertindak. Kehadiran pria itu di rumah ini secara tidak langsung mengancam keberadaan mereka. Bisa saja suatu hari, ibu yang paling dia benci itu menyerahkan semua warisannya pada pemuda itu.

Tidak! Semua yang telah mereka lakukan tidak boleh terbuang percuma. Sudah sejauh ini melangkah, tidak bisa mundur lagi.

Kesalahan yang di lakukan keluarga Pillar adalah, mereka tidak solid. Setelah bertahun berjuang hingga di posisi saat ini, suaminya malah terbuai. Berbuat sesuka nya yang dianggap benar. Alih-alih mendengarkan pendapat istrinya, Burhan malah menikmati kejayaannya. Bagi nya tidak ada yang bisa merusak kebahagiaan karena satu-satunya penghalang sudah dia singkirkan.

Saat pria merasa di puncak kejayaannya, saat itu lah dia akan lupa diri. Kewaspadaan nya menjadi mengendor. Bahkan dia larut dalam kesenangan yang dia ciptakan sendiri. Bersama sekretaris nya Burhan menghabiskan waktu dan gairahnya.

Semua kebutuhan Anita di penuhi. Mulai membelikan apartemen tempat mereka sering berbagi hasrat, hingga beberapa aset berupa tanah dan juga perhiasan. Satu-satunya alasan Burhan mempertahankan Nina hanya karena nama Cayapata di belakang namanya. Nama yang memiliki power terbesar saat ini di dunia bisnis.

Sementara Satria, yang saat ini berlibur dengan selingkuhannya dengan kedok mengurus pekerjaan pada Zahra kala pamit waktu itu. Satria menyukai Zahra, tapi tidak untuk berbagi gairah. Wanita itu bukan tipe nya untuk bermain gila. Zahra adalah sosok yang dia simpan untuk memberinya keturunan. Hanya itu. Di simpan di rumah yang bertugas melahirkan sang pewaris untuk nya.

Kalau ada yang bertanya kenapa tidak di tinggalkan saja, Satria pasti hanya akan memberikan senyum kecutnya. Tentu saja alasannya karena adanya kerjasama diantara kedua keluarga itu.

Zahra sejak dalam kandungan sudah di jodohkan pada anak Aldebaran, paman Satria demi menjaga kuatnya hubungan bilateral diantara dua keluarga itu. Tapi karena hal buruk menimpa suami istri itu, ayah Zahra meminta pada Christin agar mengikat Zahra dan Satria sebagai bentuk perjanjian mereka yang di sambut gembira oleh Burhan.

Satu-satunya orang yang tidak mendapat keuntungan apa pun di sini hanya Nina. Dia mau bekerjasama dengan rencana suaminya hanya karena ingin melampiaskan dendamnya pada Christin.

***

Hari Minggu, Bara sudah tampak rapi, bersiap untuk meminta izin pada Christin. Saat akan mengetuk pintu ruangan nenek nya, Melo keluar dari ruangan itu.

"Nenek ada?" tanya Bara. Seperti biasa Melo akan langsung menunduk setiap bertatap dengan Bara. Dia was-was, kalau sampai Bara mendengar debar jantungnya.

"A-ada" Melo kembali masuk yang di ikuti Bara.

"Kau sangat rapi dan terlihat sangat tampan. Mau kemana hari libur begini?"

"Maaf Nek, aku mau izin keluar menemui teman ku"

Christin bukan wanita bodoh meskipun di saat umurnya yang sudah tidak muda lagi. Dari gelagat Bara, Christin tahu dia akan menemui seorang gadis. "Melo, ambilkan tas tangan ku"

Segera gadis itu melakukan apa yang di minta neneknya. Tidak sampai lima menit, gadis itu kembali keluar dengan menenteng tas kecil di tangannya lalu menyerahkan pada si pemiliknya.

"Ini untukmu" Christin menyodorkan satu buah kartu ATM berwarna biru.

"Ini untuk apa Nek?" Bara mundur selangkah.

"Ini kau simpan. Setiap bulannya, nenek akan transfer gaji mu dan juga bonus yang bisa kau gunakan untuk keperluan pribadimu" terang Christin menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi.

"Tapi nek, aku ga bisa menerima nya. Apa yang sudah nenek lakukan padaku, sudah terlalu banyak, aku tidak akan bisa menerima nya lagi"

"Jangan membantah. Bukan kah kau sudah menyetujui permintaan ku tadi? kau mau menjadi cucu ku" tegas Christin takut kalau Bara mundur.

"Aku mau nek. Aku akan jadi cucu nenek, tapi tidak berarti aku berhak menerima semua ini. Aku ga mau di bilang memanfaatkan kebaikan nenek pada ku" terang Bara duduk di dekat kaki nenek nya.

"Tidak ada yang akan berpikir seperti itu. Sudah ambil saja. Lagi pula, tidak mungkin kau mengajak jalan anak orang, tapi tidak membelikannya sesuatu. Aku pernah muda, Bara" Christin menepuk-nepuk pundak Bara.

"Baik lah nek. Aku terima. Tapi aku mohon jangan memberi terlalu banyak padaku. Nenek menyayangi ku saja sudah sangat bersyukur buat ku" Bara menarik tangan Christin dan mencium punggung tangan itu lembut sesaat sebelum pamit pergi.

Melo hanya diam memandangi punggung pria itu. Dia tebak, Bara akan pergi dengan Zahra, tapi dia akan tetap menjaga mulutnya. Dia tidak ingin keluarga Pillar melakukan hal buruk padanya karena rasa cemburu mereka.

Harusnya orang yang pantas untuk di salahkan hanya Zahra. Gadis itu sudah memiliki tunangan tapi dengan sadarnya menggandeng Bara. Semua aksi protesnya hanya bisa di pendam Melo dalam hati.

"Apa kau menginginkan bisa pergi keluar berjalan-jalan?" suara Christin menyadarkan Melo dari lamunan panjang nya.

"Apa? oh, tidak nek. Aku akan di sini bersama nenek. Seperti biasa menghabiskan waktu ku" ucap nya lirih. Sejak kecil dia terkurung di ruangan ini. Tempat yang paling jauh dia jalani hanyalah taman bunga yang luas milik rumah ini. Setelah mulai masuk sekolah, Melo beruntung bisa melihat dunia. Dia bisa bertemu dengan banyak anak seusianya, tapi karena cenderung pendiam, Melo jadi dikucilkan para sahabat nya, dan itu terjadi selama enam tahun tanpa sekalipun dia berani bersuara, buka mulut melapor pada wali nya atau pun guru.

Masa remaja Melo memang sangat sepi, tidak ada kenangan ceria yang bisa di ingat nanti nya setelah berumah tangga. Dia hanya akan menemani Christin berbincang dengan suaminya yang dia yakini masih bisa mendengar nya. Atau setelah Christin tidur, dia akan menonton di laptopnya drama Korea yang mulai merasuki jiwanya. Sejak kedatangan Bara, ada satu warna yang tertuang dalam garis hidupnya.

Terpopuler

Comments

Braiyen Siburian

Braiyen Siburian

mantap bara

2022-04-28

0

Fatchu Rohman

Fatchu Rohman

selamat berbahagia bara

2022-04-27

0

Sugiri

Sugiri

lanjut ini cerita sangat menarik sekali

2022-04-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!