Bab 18

Semua sudah diputuskan, Bara harus menjauh dari Zahra. Bara pergi tidak tahan melihat air mata wanita itu.

"Aku tidak bisa Bar. Orang tuaku pasti tidak setuju. Mereka tidak akan mengizinkan ku untuk membatalkan pertunangan kami" ucapnya terisak.

"Lalu bagaimana dengan hubungan kita? apa kau ingin selamanya aku menjadi selingkuhan mu? aku tidak ingin menempatkan cinta suci ku padamu sebagai hal yang memalukan. Kalau kamu memang tidak bisa bersikap, sebaiknya kita sampai di sini saja Ra" ucap Bara berdiri, meninggalkan Zahra yang menangis tersedu.

Hanya ada satu alasan Zahra tidak bisa putus dari Satria, selain ingin membantu perusahaan orang tuanya dan mendompleng nama besar Cayapata, Zahra tentu tidak bisa hidup susah. Dia mencintai Bara, itu benar. Bahkan Bara lah cinta pertamanya. Tapi Zahra yang sudah terbiasa hidup mewah tidak akan bisa menjalani hidup susah bersama Bara yang miskin. Cinta harus pakai logika juga menurut Zahra.

Ada kecewa di hati Bara. Kecewa karena gadis itu tidak bisa mengambil sikap untuk mempertahankan hubungan mereka. Bara kira, Zahra akan mengatakan padanya untuk memberi gadis itu waktu untuk memutuskan hubungannya dengan Satria, nyatanya Zahra dengan tegas mengatakan kalau dirinya tidak bisa memutuskan hubungan dengan Satria. Oke lah..Bara yang mundur, karena dirinya juga adalah pendatang.

"Aku lapar, boleh singgah di warung bakso Malang itu ga?" tunjuk Melo saat mereka akan melewati warung bakso pinggir jalan. Sejak pulang dari kampus tadi, Bara terlihat diam dan wajahnya murung. Melo menebak, ini pasti ada hubungannya dengan Zahra, tapi gadis itu takut untuk menanyakannya.

Tanpa berkata apapun, Bara membelokkan mobil ke dalam parkiran warung bakso yang belum terlalu ramai. Ini masih terlalu sore untuk nongkrong menikmati semangkok bakso menurut Bara.

"Mau pesan apa?" tanya Melo yang masih berharap mendengar suara Bara.

"Sama aja sama pesanan mu" ucap Bara pendek. Pikirannya masih melayang pada Zahra. Dia khawatir, apakah gadis itu baik-baik saja kini, dan dimana gadis itu berada saat ini.

"Ada apa? apa ada masalah lagi dengan Zahra?" pancing Melo. Hanya masalah yang berhubungan dengan Zahra lah yang mampu membuat Bara bisa sekalut ini.

"Kami sudah putus Meo. Aku meminta padanya untuk mengambil sikap, putus dengan Satria jika memang mencintaiku" Bara berhenti. Ada jeda sesaat sebelum pria itu melanjutkan. " Tapi katanya dia tidak bisa berpisah dengan Satria"

Kembali keduanya diam. Istri kang bakso datang mengantar pesanan mereka. Setelah wanita semok itu pergi, Melo baru angkat bicara.

"Kamu sabar ya. Mungkin ini yang terbaik. Aku kenal dengan kak Satria. Dia tempramen dan sangat keras. Kalau bisa ga usah berurusan dengannya" ucap Melo memasukkan saos sambal ke mangkok baksonya.

Mencoba menghibur, Melo bercerita tentang hal lucu yang terjadi di kelasnya tadi. Bagaimana dia dihukum dan membuat teman sekelas dan juga dosennya tertawa hingga membatalkan hukumannya. Tentu saja Melo tidak menceritakan bagian yang membuatnya dihukum, pasti akan malu sekali.

Nyatanya cerita Melo berhasil membuat Bara tertawa. Lalu berganti bercerita tentang hal lucu lainnya, yang juga disambut Melo dengan tawa lepas. Seketika Bara mengatupkan bibirnya menatap Melo yang tertawa. Sudut hati Bara merasakan sesuatu yang aneh. Dia menikmati cara gadis itu tertawa dan dia terpukau!

"Kenapa lihatin aku? jelek ya kalau aku ketawa?" ucap Melo salah tingkah.

"Ga lah. Malah aku baru nyadar. Kamu itu manis kalau tersenyum, dan terlihat menawan saat tertawa lepas gitu. Selama ini aku hanya melihat wajah datar mu diam, cemberut" terang Bara mempraktekkan mimik wajah Melo sehari-hari lalu keduanya tertawa. Mereka tertawa bersama melupakan beban dan juga masalah yang telah menunggu mereka di kemudian hari.

***

Senyum yang melekat sejak tadi di wajah Bara, seketika lenyap, begitu pun Melo. Mereka berhenti di ruang tamu, mendapati banyak orang yang tengah berkumpul di sana. Bara tidak tahu ada hal serius apa, karena tidak biasanya nenek Christin mau duduk bersama dengan Nina dan Burhan. Dari semua yang hadir, hanya satu orang yang tidak dikenali Bara. Pria itu tampak seumuran dengannya, duduk di dekat Christin.

"Kalian sudah pulang" sapa Christin kala melihat kedua anak manusia itu.

"Iya Nek" sahut Bara cepat, sementara Melo memilih untuk mengangguk saja.

"Kalian naik lah dulu, mandi dan istirahat. Nanti nenek akan menemui kalian"

Walau penuh rasa ingin tahu, Melo menarik lengan Bara untuk ikut dengannya.

"Mereka siapa nek?" tanya pria itu tanpa memaksakan diri untuk bersikap sopan pada Christin. Dia ingin merebut hati wanita tua itu agar secepat mungkin menyukainya.

"Dia Bara dan juga Melo, cucu-cucu ku" sahut Christin tanpa menoleh pada pria itu.

"Tepatnya hanya cucu angkat" tambah Nina yang mendapat pelototan tajam.

Tapi Nina nyatanya tidak perduli akan hal itu. Dia tidak takut pada Christin, hanya saja Burhan yang memintanya untuk bersikap baik pada Christin agar tidak mencurigai mereka sampai tiba saatnya seluruh harta Cayapata jatuh pada mereka.

Polemik di keluarga itu semakin menjadi. Semenjak malam dimana Christin mengancam akan mengangkat Bara sebagai ahli warisnya, Burhan bertindak cepat. Hingga satu rencana besar dia ciptakan.

Namanya pria itu Sagara, setidaknya seperti itu lah dia memperkenalkan dirinya. Entah dari mana asalnya tiba-tiba saja Burhan dan Nina memperkenalkan pria itu sebagai cucu Christin yang telah lama hilang. Pewaris keluarga Cayapata yang sah. Anak dari Aldebaran dan Mika yang dinyatakan hilang tidak ada kabar beritanya.

Christin bukan wanita bodoh yang percaya begitu saja pada kedua manusia yang sudah terlanjur di cap Christin sebagai manusia busuk.

"Dari mana kalian pungut anak ini?" hardik Christin penuh selidik.

"Ibu, ini lah yang bisa kami lakukan untuk keluarga ini. Tanpa ibu ketahui kami meminta detektif khusus untuk mencari Aldebaran beserta istri dan anaknya. Setelah menunggu lama, ini lah buah perjuangan kami" ucap Burhan bermanis mulut.

"Tapi kenyataan pahitnya, Aldebaran dan Mikha sudah tidak ada di ini. Mikha meninggal saat melahirkan Sagara, dan Aldebaran meninggalkan karena berkelahi hingga dibunuh perampok" lanjut Burhan.

"Kau tidak mungkin mengira aku akan percaya begitu saja pada ceritamu hanya karena anak ini kebetulan bernama Sagara kan?" delik Christin. Hatinya melemah setiap membahas anak dan mantunya. Terlebih Burhan mengatakan kalau mereka telah meninggal dan Aldebaran bahkan meninggal karena di bunuh! Dia hampir saja pingsan mendengar berita itu walau hatinya sejak dulu sudah mempersiapkan kenyataan yang paling buruk sekalipun.

"Nenek boleh meragukanku sebagai cucu nenek, tapi apa milik ibuku ini tidak cukup untuk meyakinkanmu nek?" ucap Sagara menunjukkan cincin nikah milik Mikha yang juga memiliki lambang keluarga Cayapata.

Terpopuler

Comments

Fano Jawakonora

Fano Jawakonora

thir bikun cerita berbelit ni cincin itu jks jatuh saat bara ditemuksn dn itu cerobohnya org tua angkat bara lks ungkp kbenarannya jgn bias thir jekek nnt ceritanya yg ngaku" itu dah basi tauuuuu

2022-10-03

1

Braiyen Siburian

Braiyen Siburian

sagara palsu datang..

2022-04-28

0

Kasmiyati

Kasmiyati

kayak kilat musim hujan yaaa... jebret sana (zahra) jebret sini (meo)... cepet banget perubahannya ... 😄

2022-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!