Bab 6

Tiga jam lebih Bara menunggu Satria di teras rumah wanita itu. Pelayan nya sudah menyuguhkan dua gelas kopi, satu gelas teh manis dan juga kue kering sebagai teman menunggu.

Bukan nya Bara tidak tahu apa yang tengah di lakukan tuan nya dengan wanita itu di atas, Bara hanya bisa mendengus.

"Apa coba kurang nya non Zahra? manusia memang tidak pernah puas" cicitnya sembari menyeruput kembali gelas ketiga kopinya.

Hampir empat jam Satria mengeram di dalam baru lah keluar dengan rambut basah dan wajah segar.

"Kita pulang" ucap nya tegas yang diangguk Bara.

Dalam mobil Bara hanya diam bermain dengan pikirannya sendiri.

Besok nya Bara mengantar Satria ke rumah Zahra. Yang ingin bertemu dengan Zahra itu Satria, tapi justru jantung Bara yang jedag-jedug. Padahal Zahra akan melirik nya pun belum tentu.

Ternyata Satria hanya sebentar di sana. Karena agendanya menjemput Zahra dan membawa nya ke rumah orang tua satria. Dalam mobil suasana tampak tidak nyaman. Beberapa kali Bara dan Zahra tanpa sengaja bertemu pandang lewat kaca spion depan. Hanya mereka lah yang tahu ketidak nyamanan hati masing-masing.

"Aku ingin memberikan nya nanti, saat tiba di rumah orang tuaku, tapi rasanya aku sudah tidak sabar. Ini untuk mu" ucap Satria membuka kotak beludru merah yang mampu membuat mata Zahra membulat dengan mulut menganga.

"Suka?" lanjut Satria tersenyum melihat reaksi Zahra yang terpana atas kalung pemberian nya. Kalung itu memang sengaja dia pesan sebulan lalu saat Zahra mengabarkan akan segera kembali ke Indonesia.

"Suka.. terimakasih" tapi ucapannya terbungkam oleh lum*tan bibir Satria. Bara melihat nya dari kaca lalu membuang muka kembali fokus pada jalanan.

Zahra yang tidak bisa menolak justru terhanyut oleh c*mbuan Satria. Dia sadar Bara sempat melihat kebelakang, tapi dia bisa apa? toh Satria memang tunangannya yang berhak atas dirinya.

Satu jam kurang dalam perjalanan hingga tiba di sebuah mansion besar megah dan mewah.

"Bara, kau pulang lah naik Ojol" ujar Satria yang diangguk Bara. Sebelum berjalan ke pintu gerbang, Bara sempat menoleh kebelakang dan sekali lagi bertemu pandang dengan Zahra tanpa sepengetahuan Satria yang sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu.

***

Bara memilih untuk singgah di warteg sebelum pulang ke kosan nya. Perutnya lapar seharian mengantar Satria membeli oleh-oleh untuk di bawanya ke rumah orang tuanya. Sesampainya di sana Bara pikir akan di suguhi minum dan cemilan untuk menunggu Satria, tapi nyatanya malah di suruh pulang naik Ojol. Nasib orang kecil!

Perutnya terasa kenyang, dengan langkah gontai berjalan menuju tempat tinggalnya. Toh tidak jauh, selain menghemat uang untuk ongkos ojek, juga hitung-hitung olah raga. Sudah lama dia tidak berolahraga juga semenjak merantau ke Jakarta.

Dari kejauhan dia melihat dua motor menurunkan empat orang pria bertubuh besar dan tatoan, tampak menyeramkan yang sudah menghadang sebuah mobil mewah. Malam itu jalanan sudah tampak sepi, Bara tebak mereka adalah kawanan perampok yang sedang beraksi.

Salah satu dari gerombolan perampok itu membuka pintu mobil belakang dan menyeret penumpang nya yang ternyata wanita tua. Mungkin usia nya hampir tujuh puluhan.

Wanita itu coba melawan dengan tongkat yang dia pegang, tapi dengan kasar salah satu dari mereka merebut paksa dan mematahkannya. Sementara si supir sudah di minta pergi oleh kawanan perampok itu.

"Lepaskan" teriak si nenek yang dapat di lihat Bara dari tempatnya dengan jelas.

"Diam.. hari ini adalah hari terakhir kau bisa menghirup nafas" hardik yang paling bertubuh besar yang di tebak Bara sebagai pemimpin mereka. Tapi karena si nenek masih terus meronta saat mereka berusaha menyeretnya paksa, satu tamparan mendarat di pipi keriputnya.

Cukup sudah Bara melihat perlakuan kasar mereka. Walau ini bukan urusannya, tapi dia tidak bisa tinggal diam melihat perlakuan mereka pada wanita itu.

Dengan sekencangnya Bara berlari menerjang kumpulan penjahat itu. "Lo siapa? pergi sana bocah ini bukan urusan lo!" hardik si pemimpin.

"Ini jadi urusan gue, saat lo bertindak kasar pada nenek itu. Tampak nya beliau tidak Sudi ikut dengan mu, cepat lepaskan" suara Bara tidak kalah garang nya.

"Mau cari mati lo?" penjahat yang lain ikut membentak Bara, tapi pria itu tidak gentar.

Melihat sikap Bara yang masih tidak mau pergi, pemimpin mereka memberikan instruksi. "Habisi dia"

Dan pertaruhan sengit pun di mulai.  Salah satu dari mereka yang sudah berdarah di sudut bibirnya oleh pukulan Bara, merasa kesal dan mengeluarkan pisau lipat dari saku nya. Mulai menerjang ke hadapan Bara dengan titik fokus perut pria itu.

Setiap hentakan pisau yang dia layangkan berhasil di hindari Bara, bahkan sesekali Bara berhasil menendang perut dan ************ pria itu hingga mengaduh kesakitan memegangi miliknya.

Melihat pertarungan tidak imbang, si pemimpin melepas si nenek dan ikut bertarung melawan Bara. Kali ini Bara mengalami sedikit kesulitan, bukan hanya karena ukuran tubuh yang jauh lebih besar, tapi ternyata si pemimpin ini punya kemampuan bela diri juga.

Pertarungan sengit. Tapi Bara masih di atas awan. Emosi karena di kalahkan seorang bocah, pria itu pun mengeluarkan pisau dari saku jaket nya dan mulai membidik jantung Bara.

Bara dengan keahlian masih bisa terus menghindar dan saat menadapat kesempatan, Bara memberikan serangan mematikan hingga pria itu tidak bisa berkutik dan jatuh terjerembab ke tanah. Walau mereka ada empat dan Bara hanya sendiri, nyatanya tiga puluh menit keempatnya bisa di ratakan Bara.

Keempat nya naik ke motor mereka dan segera melajukan dengan kecepatan tinggi. Si nenek yang baru kembali dari ketegangan dan shock nya menatap Bara tajam. Semakin lama mata itu semakin menarik nya untuk memperhatikan Bara melalui siraman cahaya lampu jalan yang temaram.

"Nenek ga papa? ga ada yang luka kan?" tanya nya memperhatikan sang nenek. Wanita tua itu justru melihat dengan wajah pucat. Wajah Bara seperti menarik nya kembali ke masa lalu nya. Mata dan juga cara bicaranya. Lama di menatap, hingga kembali suara Bara membawanya ke alam sadar.

"Nek..anda baik-baik saja?"

"Kamu.. nama kamu siapa?" pertanyaan di balas pertanyaan.

"Aku Bara nek. Nenek baik-baik aja?"

Tidak ada jawaban dari sang nenek, tapi aksinya kemudian justru membuat Bara tidak mengerti dan menganggap sang nenek jadi kehilangan kewarasannya karena peristiwa yang baru dia alami. Nenek itu memeluk tubuh Bara, dan menangis terisak di dada pria itu.

Bara ingin melerai pelukan sang nenek, karena merasa sangat aneh dan risih, tapi mendengar isak tangis wanita itu yang pilu, membuat Bara tidak sampai hati. Nenek ini pasti trauma karena perampokan tadi hingga ketakutan dan meluk aku..

"Nek.." akhirnya suara Bara mampu membuat sang nenek diam dari tangisnya dan melerai pelukannya.

"Kamu ikut nenek pulang ya?"

Terpopuler

Comments

Fano Jawakonora

Fano Jawakonora

Neneknya bara pasti itu

2022-10-03

0

👑 ☘s͠ᴀᴍʙᴇʟ͢ ᴍᴀᴛᴀʜ💣

👑 ☘s͠ᴀᴍʙᴇʟ͢ ᴍᴀᴛᴀʜ💣

gak ngerti knp... baru baca hal pertama aq udh serasa masuk k tempat yg anyes, nyaman n mengasyikan. bravo, dear tor

2022-08-12

1

Z3R0 :)

Z3R0 :)

uhh sakit tu hilang masa depan

2022-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!