Bab 14

"Kenapa pulang lama, nak?" suara Christin yang terdengar dari belakang tubuh Melo membuat gadis itu terkejut. "Eh..itu nek, macet" ucap nya berbohong. Dia tidak ingin masalah keterlambatan pulang ini membuat Bara dimarahi Christin. Apalagi di hari pertamanya bekerja.

"Ya sudah, kau mandi sana, habis itu temani nenek menjaga kakek mu" ucap Christin seraya berlalu kembali ke kamar yang sudah bertahun-tahun menjadi tempat suaminya berbaring, enggan untuk membuka matanya.

Melo buru-buru menyelesaikan mandinya dan segera bergabung dengan Christin di ruangan itu. "Gimana hari pertama mu kuliah?"

"Menyenangkan nek. Terimakasih sudah mau menguliahkan ku" ucap merebahkan kepalanya di pundak nenek.

"Dasar gadis bodoh. Kau adalah cucu ku, sewajarnya aku menyekolahkan mu setinggi mungkin" penuh sayang Christin membelai rambut panjang Melo yang masih basah sehabis keramas.

"Bagaimana dengan Bara? apa dia baik? apa kau merasa nyaman dengan nya? apa pekerjaan dia lakukan dengan baik?"

Untuk semua pertanyaan Christin, Melo hanya mengangguk.

"Kau lebih pendiam dari biasanya" lanjut Christin kali ini memberi perhatian pada wajah tidak bersemangat Melo.

"Ga papa nek, mungkin karena lelah aja" Melo berusaha meyakinkan sang nenek dengan melepas senyum. Wanita tua itu benar. Dia dalam keadaan tidak baik, tepat nya hatinya yang tidak baik. Dia melihat Zahra saat tadi mendatangi Bara. Dia juga melihat mereka pergi bersama. Dia sadar tidak seharusnya itu mengganggunya, tapi nyatanya memang mengganggu pikirannya.

"Kamu istirahat lah. Biar nenek di sini"

"Benar nenek ga papa sendiri?"

"Pergi lah.."

***

Keesokan nya, Christin meminta Bara mengantarnya ke salah satu toko buku terbesar setelah mengantar Melo ke kampus. Christin memang suka membaca, mengisi waktu saat menemani suaminya.

Lorong rak tempat buku-buku seputar pembahasan bisnis. Bara memilih buku mengenai peluang bisnis dan juga kiat menjadi pebisnis sukses.

Tidak memperdulikan sekitar, Bara memilih duduk di pojok ruangan, membaca buku itu dengan tenang. Mencoba memahami setiap kalimat yang coba di sampaikan penulis. Saat dia mengerti, spontan kepalanya manggut-manggut dan satu senyuman muncul di bibirnya.

Tanpa dia sadari Christin yang sejak tadi melihat nya ikut tersenyum. Cara Bara tersenyum sangat mirip dengan Aldebaran. Bahkan keduanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama punya lesung pipi. Mata Christin mengabur, dia rindu pada putranya. Tuhan mungkin punya rencana, mempertemukan anak itu dengan dirinya.

Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi berdiri bersama nya. Suaminya di vonis dokter akan seperti hingga akhir hayatnya. Putrinya memilih seirama dengan suaminya yang ingin segera menghabisi mereka dan mengambil harta kekayaan Cayapata.

Nina memang punya tabiat seperti ibunya. Bicara soal Nina, wanita itu adalah anak pertama suaminya dengan istri pertamanya, yang kini menjadi anak tiri Christin. Dari dulu, Nina memang tidak menyukai Christin yang awalnya teman ibu nya menjadi mama tirinya tidak lama setelah mama nya meninggal.

Setelah memikirkan masak-masak, Christin memutuskan akan membantu Bara. Anggap saja itu sebagai bentuk terimakasih nya pada Bara karena sudah menjadi pengobat rindunya.

"Kau sedang apa?" Bara terkesiap mendengar teguran Christin. Wajah nya mendongak menatap Christin yang sudah berdiri di depannya.

"Maaf nyo..nek, keasikan baca buku ini" tunjuk nya mengangkat buku tebal yang sedari tadi dia nikmati.

"Kau suka bisnis?"

Malu-malu Bara mengangguk. "Aku punya impian suatu hari bisa menjadi pengusaha, walau hanya kecil-kecilan" ucapnya cengengesan. Malu akan pemikirannya yang mungkin dianggap Christin terlalu tinggi bermimpi.

"Apa kau ingin melanjutkan sekolahmu?"

Tanpa menunggu lama, Bara mengangguk berkali-kali. "Tapi aku harus mengumpulkan dulu uang dalam dua tahun ini, baru akan lanjut kuliah nek"

"Kita pulang" Christin sudah memutar tubuhnya. Berjalan di depan dengan langkah lebar.

Tiba di rumah, Christin segera menghubungi pengacaranya. Meminta mengurus Bara untuk bisa terdaftar di kampus yang sama dengan Melo. Itu memang bukan hal yang sulit bagi keluarga Cayapata, terlebih karena mereka juga sebagai salah satu pendiri dan pemilik kampus itu.

Malam nya, Christin memanggil Bara. Wanita itu sampai turun ke lantai satu, menunggu di depan pintu kamar nya.

"Nenek, apa kita mau pergi?" ucap nya membenahi kaos oblong putih nya. Tetesan air masih turun dari ujung rambut hitamnya.

"Ikut nenek"

Nina sempat menangkap keduanya yang berjalan beriringan menuju lantai atas. Kecurigaan nya muncul. Itu lah yang membuat Nina semakin benci pada ibu nya, selalu melakukan apa pun yang dia suka. Bagi Nina, Christin adalah pembunuh ibunya.

Dengan perlahan dan mengendap-endap, Nina mengikuti mereka hingga ke depan pintu ruangan tempat papa nya di rawat. Bahkan untuk melihat ayahnya pun, Christin tidak akan membiarkan mereka hanya berdua.

Samar-samar Min mendengar percakapan ibu nya dengan Bara. Hati nya dongkol karena pria itu begitu spesial di hati Christin hingga ingin menguliahkan nya.

"Nenek ingin, kau melanjutkan sekolahmu. Kuliah lah di kampus yang sama dengan Melo" suara Christin terdengar sangat berwibawa. Mendengar ucapan Christin, Bara tersentak. Dia pikir, Christin memanggilnya karena Melo mengadukan perbuatannya beberapa hari lalu yang terlambat menjemput.

"Tapi nek, aku belum punya biaya untuk kuliah. Aku pasti kuliah, tapi nanti saat uang ku sudah terkumpul" Bara meremat tangannya sendiri. Tatapan nenek begitu mengintimidasi.

"Soal biaya, kau tidak perlu khawatir. Nenek yang akan bayar semua nya" Bara lebih terperangah. Apa gaji akan di potong semua nantinya? kalau iya, bagaimana dia bisa mengirim ke kampung untuk orang tua nya? ah, rasa nya kurang tepat jika harus kuliah sekarang.

"Maaf nek, aku bukan bermaksud tidaklah menghargai kebaikan nenek. Tapi kalau aku kuliah sekarang, gaji aku akan habis nenek potong untuk biaya kuliah, sementara aku harus tetap mengirimkan uang pada kedua orang tua ku"

Tawa Christin pecah. Ditatapnya wajah polos Bara yang tengah di Landa kebingungan. Anak itu begitu lugu. Christin bisa melihat, anak itu bukan anak yang jahat, yang suatu hari akan mengkhianatinya.

"Kau tenang saja. Aku yang akan membayar semuanya, dan tidak sepeserpun gaji mu yang akan aku potong" ucap Christin mempertahankan tawa nya agar tidak lebih kencang lagi.

Bara diam memandang Christin. Dia buka. meragukan apa yang di ucapkan wanita itu, hanya saja dia begitu terkejut, mengapa wanita itu begitu baik padanya. Apa yang bisa di dapatkan dari Bara sebagai balasan atas perbuatan baiknya? tidak ada. Bara hanya seorang pemuda desa yang punya impian tinggi.

"Nenek, kenapa begitu baik padaku?" Bara tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Semenjak merantau di Jakarta, betapa Tuhan sangat baik padanya, mempertemukan dengan orang-orang baik, yang selalu menolongnya dengan cuma-cuma.

"Semua itu tidak gratis, Bara!"

Terpopuler

Comments

Diah Susanti

Diah Susanti

kok dari tadi aq baca namanya jadi Christian

2023-07-29

0

Fano Jawakonora

Fano Jawakonora

thor terlalu lama main kucing kucingan jgn terlalu lama ungkap asal usul bara dong neneknya sdh tua

2022-10-03

0

Braiyen Siburian

Braiyen Siburian

nenek cristine...kau sungguh baik

2022-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!