Pesta diadakan di tepi kolam renang luas yang terletak di belakang hotel. Lilin-lilin bertebaran, melayang-layang di atas kolam renang. Lantunan musik jazz mengiringi jalannya pesta.
Orang-orang yang datang pada malam itu sungguh tampil begitu menawan dan tetap berwibawa. Mereka saling bergerombol membicarakan masalah yang tidak dimengerti Ruby.
Sekumpulan pengusaha dan pebisnis sudah pasti membahasnya masalah bisnis. Gerombolan nyonya-nyonya kaya berbincang-bincang tentang salon dan shopping. Sementara anak-anak mereka saling bergosip tentang anak-anak pengusaha yang mereka kagumi atau yang mereka benci.
Tak ada satupun orang yang Ruby kenal selain papanya. Tetapi ada beberapa rekan bisnis papanya yang mengenalinya, karena ia sering menghilang dan membuat panik banyak orang.
”Pak Wijaya.” sapa seseorang ketika Ruby dan ayahnya sedang membicarakan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu sambil menikmati kesegaran minuman yang disuguhkan.
Seorang lelaki paruh baya, mungkin seumuran papanya, memiliki wajah bule namun sangat fasih berbahasa Indonesia. Papanya terlihat sangat bahagia melihat orang yang menegurnya. Mereka lantas berpelukan. Baru kali ini Ruby melihat orang itu.
”Apa ini putri cantikmu?” tanyanya.
”Oh, iya. Ini adalah satu-satunya permata berharga yang sangat aku sayangi.” jawab sang papa dengan bangganya sambil merangkul putri kesayangannya itu.
”Ruby, perkenalkan, Beliau adalah Pak Kennedy Adinata, rekan bisnis Papa”
Ruby lantas menjabat tangan Pak Adinata dengan ulasan senyum. Kata papanya, Beliau berasal dari Amerika Serikat, tetapi telah menetap di Indonesia selama 20 tahun bersama istri dan kedua anaknya. Istrinya bernama Jayanti, berasal dari kota Semarang. Beliau telah menjadi muslim dan berganti nama menjadi Kennedy Sebastian Adinata.
”Putri Anda sangat cantik.” pujinya
”Kedua putra Anda juga sangat cerdas dan tampan. Saya sangat mengagumi cara presentasi mereka untuk meyakinkan para investor bahwa Hotel Samudera Mimpi ini akan menjadi sebuah hotel terbaik di Indonesia. Anda bahkan bisa dikalahkan oleh mereka.” kata Pak Wijaya.
Kedua pengusaha itu saling memuji satu sama lain. Ruby hanya bisa tersenyum sesekali. Ia sudah gatal ingin segera kabur dari sana. Apa hal yang lebih menderita daripada terpaksa bertahan dalam situasi yang sangat tidak membuat nyaman?
”Dimana kedua Putra hebat Anda itu? Apa malam ini mereka tidak datang?”
”Mereka datang. Tapi mungkin sedang bersama teman-temannya yang lain sesama calon pengusaha muda. Nona Ruby juga pasti ingin mengikuti jejak Pak Wijaya menjadi seorang pengusaha sukses. Bukankah begitu?”
”Iya, Om.” balas Ruby lirih.
Kini Ruby tahu, ternyata pemilik hotel indah itu adalah Pak Adinata. Papanya diajak bekerjasama untuk menjadi penyedia seluruh furniture hotel.
Tiba-tiba matanya menangkap keindahan di salah satu sudut hotel. Lukisan sebuah pohon besar yang sangat rindang pada dinding. Ruby tersenyum. Pohon itu mengingatkannya pada pohon besar di taman yang sering ia panjat.
Sudah lebih dari satu tahun ia tak pergi mengunjungi pohon itu dan selama waktu yang sama ia tak bertemu dengan ’Pangeran’.
”Mm.... Om, siapa yang melukis pohon besar itu?” tanya Ruby sambil menunjuk arah yang dimaksud.
Pak Adinata dan papanya malah seperti terkejut melihat lukisan itu. Mereka seperti tidak tahu sebelumnya. Padahal lukisan itu cukup besar, sesuai dengan ukuran pohon sebenarnya.
"Hah.... Aku malah baru tahu ada lukisan mural di sebelah sini."
"Iya. Bukankah sebelumnya tidak ada?"
”Desain hotel ini aku serahkan sepenuhnya kepada kedua putraku. Aku sama sekali tidak tahu kalau ada lukisan pohon di dinding sebelah sini. Nanti ketika peresmian, akan aku tanyakan kepada kedua putraku. Mereka yang akan meresmikan hotel ini.”
Aneh. Hanya sebuah lukisan pohon bisa membuat Ruby begitu penasaran. Ia merasa ’Pangeran’ ada di sana. Mungkin juga yang melukisnya adalah dia. Atau dia yang menyuruh orang untuk melukiskan sebuah pohon. Orang itu pastilah memiliki kenangan indah tentang pohon sehingga dengan bangga ia menggambarkan sebuah pohon di tempat indah ini.
Satu tahun yang lalu, beberapa kali ia bertemu dengan ’Pangeran’ di pesta. Meskipun tak bertemu secara langsung di tempat pesta, tapi mereka selalu bertemu di tempat tak jauh dari tempat pesta. Bertemu di balik semak-semak.
Ketika tak ada satupun orang yang tahu tempat persembunyiannya, Pangeran itu selalu datang menghampiri tempat persembunyiannya dengan membawakan sekaleng minuman dan beberapa bungkus makanan. Hanya dia orang aneh yang tahu tempat favoritnya di pesta, yaitu di balik semak-semak atau di atas pohon.
”Kenapa kamu ke sini?”
”Untuk berpesta bersama seorang teman.” balasnya setiap kali muncul pertanyaan dari Ruby.
Biasanya mereka hanya akan diam sambil memandangi langit. Tak banyak hal yang dibicarakan. Walaupun suasana akan ramai karena kesibukkan orang-orang mencari Ruby, mereka akan tetap diam sekalipun sirine polisi yang berbunyi. Mereka akan seperti penjahat yang sedang bersembunyi karena menjadi buronan kelas kakap polisi. Meskipun hujan, mereka tidak akan keluar, hingga muncul keinginan untuk pergi.
Biasanya Pangeran yang terlebih dulu pergi, ketika ada yang memanggil namanya. Sementara Ruby akan tetap di sana hingga merasa benar-benar bosan.
Pesta peresmian Hotel Samudera Mimpi akan segera dimulai. Tiba-tiba seorang pemuda berpenampilan rapi menghampiri mereka.
”Paman, Si Anak Emas menghilang lagi.” adunya.
“Tidak apa-apa. Nanti juga kembali lagi. Mungkin dia sedang mencari udara segar sebentar di luar. Yang penting kakaknya ada, karena sebentar lagi acara peresmian akan dilaksanakan.”
“Apa Paman belum tahu watak anak-anak Paman yang aneh-aneh itu? Salah satu tidak ada, yang lain juga pasti ikut pergi. Kalau begitu aku saja yang meresmikannya.” usulnya.
”Ayahmu saja tidak mengijinkanmu berbisnis, kenapa Paman harus menyerahkan tanggung jawab ini padamu? Lebih baik aku serahkan kepada orang lain.”
”Paman tega sekali.”
”Hey, bergegaslah mencari mereka kalau kamu tidak ingin acara ini berantakan.” pinta Pak Adinata.
Pemuda itu langsung pergi dengan raut wajah kecewa. Ruby tersenyum. Ternyata selain dirinya masih ada yang suka menghilang di tengah acara pesta. Apalagi di saat-saat penting. Tiba-tiba muncul keinginan dalam benaknya untuk melakukan kebiasaannya. Ia berharap akan kembali bertemu dengan Pangeran itu malam ini.
Ketika papanya semakin terhanyut dalam perbincangannya bersama Pak Adinata, Ruby perlahan melangkah mundur, membaur dengan kerumunan orang-orang, dan akhirnya bisa keluar dari area pesta. Ia tersenyum lebar, karena ia kembali berhasil keluar dari pengawasan papanya.
Beberapa kali ia menjumpai petugas keamanan mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu. Mungkin sedang mencari tuan muda yang hilang. Kalau tuan muda itu tidak ditemukan, sudah dapat dipastikan acaranya akan berantakan.
Ruby terus berjalan menelusuri hotel, mencari jalan menuju taman yang terletak di belakang hotel. Akhirnya ia menemukannya juga. Udara malam yang segar dan sedikit dingin menerpa wajah ketika ia membuka pintu belakang hotel.
Taman indah tepat berada di hadapannya. Taman yang cukup rindang dan asri. Suasana sepi. Tak mungkin ada orang yang berinisiatif mencari orang hilang di balik semak. Begitu yang dipikirkan Ruby. Dengan penuh semangat, ia berjalan menuju salah satu semak yang ia sukai, kemudian melompat ke dalam semak-semak itu dengan girangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
akan jadi camer ini nantinya🤭
2023-11-07
0
Rara Kusumadewi
pasti mlvin pangeran nya itu
2023-08-11
0
Ranung Anatasya
Aneh😏
2023-08-02
0