Setelah mengurusi kepindahannya ke kampus yang baru, Ruby sudah bisa memulai kuliahnya di tempat yang baru. Tempat biasa dimana tak ada fashion show barang barang bermerk, kehidupan kampus yang baginya lebih manusiawi. Orang orang kampusnya lebih ramah, meskipun ia mengenakan pakaian biasa, tak ada yang mempedulikan penampilannya.
Di dalam kelas, lebih banyak yang fokus kepada pelajaran. Yah, meskipun tipe tipe yang menyepelekan kuliah juga masih ada. Biaya kuliah di kampus barunya jauh lebih murah dibandingkan kampus yang sebelumnya. Mungkin biaya satu semester di kampus lama bisa untuk biaya sampai lulus saat berkuliah di kampus ini.
Ruby orang yang penuh perhitungan. Sejak lulus SMA, niat gila kabur dari rumah sudah ada di otaknya. Ia juga sudah mencari referensi kampus yang saat ini menjadi tempatnya belajar sembari menjalani kuliahnya di tempat yang ayahnya inginkan.
Kebetulan kampus incarannya satu kota dengan Bi Minah. Jadi, ia juga mencari mantan pengasuhnya yang sudah lima tahun hilang kontak dengannya. Orang juga tidak akan tahu identitasnya yang sebenarnya kecuali Bi Minah. Karena, tempat tinggalnya sekarang dengan rumahnya sudah berbeda kota.
“Halo…. Boleh aku duduk di sini?”
Seorang wanita membawa nampan makanan berdiri di depan Ruby yang sedang menikmati makanannya di kantin. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tampaknya meja kantin sudah penuh. Hanya tempatnya yang masih tersisa.
“Oh, silakan…. “ Ruby mempersilahkannya duduk lalu melanjutkan kembali makannya. Makanan di kantin kampus jadi favoritnya. Rasa masakannya hampir sama dengan masakan Bi minah meskipun masakan Bi Minah tetap yang paling enak tentunya.
“Terima kasih.” Wanita itu duduk di hadapan Ruby.
“Kamu Ruby, kan?”
Ruby menghentikan makannya. Ia bahkan merasa baru melihat wanita yang kini duduk di hadapannya. Tapi, wanita itu bisa tahu namanya.
“Kita sering satu kelas, loh. Pasti kau tidak tahu, ya…. “ wanita itu mulai menyuapkan makanannya ke mulut.
Mata kuliah di sana sangat beragam. Selain mata kuliah wajib, setiap mahasiswa bisa meilih mata kuliah tambahan sesuai keinginannya. Belum ada satupun teman yang ia kenal, kecuali teman yang kebetulan pernah satu kelompok dengannya. Itupun ia mengenalnya sebatas tugas saja.
“Kenalkan, namaku Yorin. Kalau ketemu di kelas lagi jangan lupa sapa, ya…. “
“Oh, iya.” Jawab Ruby singkat.
“Aku kagum saat melihatmu presentasi di depan kelas waktu mata kuliahnya Pak Thoriq. Aku kira kamu anak yang pasif dan pendiam. Ternyata pandai sekali presentasi di depan kelas.”
Ruby tidak menyangka ada orang yang memperhatikannya saat presentasi. Di kampus lama, biasanya kalau ada yang bicara di depan kelas, yang lain sibuk dengan urusan sendiri.
“Untuk tugas terbaru dari Pak Thoriq, kamu sudah ada kelompok apa belum?”
“Belum.”
“Boleh tidak kalau aku sekelompok denganmu? Aku akan berusaha untuk tidak menjadi beban.”
“Boleh.” Jawab Ruby.
“Wah, senang sekali bisa satu kelompok dengan mahasiswa cerdas sepertimu.”
Ruby tersenyum, “Aku tidak seperti yang kamu kira. Kemampuanku juga biasa biasa saja.”
“Ah, jangan merendah…. Aku sudah melihat kalau public speaking mu juga sangat bagus.”
Sejak SD Ruby sudah diajarkan tentang public speaking karena hal itu memang penting untuk orang yang akan berkecimpung di dunia bisnis. Namun, bukan berarti ia sangat pandai dalam hal pelajaran. Kemampuannya juga hanya rata rata tapi dapat ditutupi dengan kemampuan berbicaranya yang baik.
“Maaf, ya kalau aku terlihat sangat cerewet.”
“Tidak apa apa, aku suka tipe orang sepertimu.”
“Hehehe…. Terima kasih. Sebenarnya aku juga sudah lama ingin berkenalan denganmu. Takut kau orangnya sombong. Ternyata kau ramah juga.”
“Apa mukaku terlihat seperti orang yang tidak ramah?”
“Tidak, itu hanya perasaanku saja. “
Keduanya kembali melanjutkan makan sembari meperbincangkan banyak hal seputar tugas sekolah hingga asal usul satu sama lain.
“Ah, sepertinya aku harus pergi sekarang.” Ucap Yorin ketika melihat jam tangannya.
“Memangnya mau kemana?”
“Aku mau pergi kerja.”
Ruby mengerutkan keningnya, “Kamu kerja?” tanyanya heran.
“Ya…. Memangnya ada yang salah?” Yorin juga ikut heran dengan pertanyaan Ruby. Apa anehnya kalau dia bekerja?
“Kamu kan masih kuliah…. “
“Ya, ada yang salah dengan itu? Jam kuliah kan juga tidak full seharian. Jadi, daripada sia sia aku manfaatkan untuk kerja sambilan.”
“Bukannya kalau kerja harus bawa ijasah?”
“Hahaha…. Aku bukan kerja kantoran, ya. Aku kerjanya hanya karyawan restoran. Bahkan aku tidak perlu bawa ijasah SMA juga karena kenal pemiliknya. Lumayan bisa meringankan beban orang tua. Aku bisa jajan dengan hasil kerjaku.”
Ruby terdiam sejenak. Dia baru tahu kalau ada mahasiswa yang mau kerja pada posisi yang rendah tidak sesuai dengan bidang ilmu yang sedang ditekuni. Teman temannya di kampus yang dulu tentu saja tidak ada yang bekerja. Mereka hanya sekolah karena segala kebutuhan sudah dicukupi oleh orang tuanya.
“Kalau begitu, aku pergi dulu, ya!” Yorin beranjak dari kursinya hendak pergi.
“Tunggu!” Ruby ikut berdiri menghentikannya.
“Em…. Bisa tidak kalau kau mengajakku bekerja. Aku juga butuh uang untuk meringankan beban ibuku.”
Ruby sadar, ketika ia memutuskan untuk hidup mandiri, maka dia tidak bisa selamanya bergantung kepada uang yang diberikan papanya. Ia harus mulai belajar bekerja agar bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Lagipula, ia juga tak mau menjadi benalu, menabah beban kehidupan Bi Minah yang sekarang ia tumpangi.
“Kamu yakin?” Yorin agak ragu karena kalau dilihat lihat Ruby bukan orang yang tipe biasa bekerja.
Ruby mengangguk.
“Baiklah kalau begitu, ayo ikut aku. Nanti aku kenalkan ke bos tempatku bekerja. Tapi jangan nangis minta pulang, ya…. “
*****
“Bos…. Aku datang…. “ seru Yorin dengan semangat.
“Oh, kamu sudah datang.”
Seorang lelaki yang masih tampak muda sedang sibuk memanggang makanan di atas bara api. Rambutnya sedikit ikal, wajahnya putih bersih, postur tubunya tegap dan lumayan tinggi. Pantas saja Yorin tampak semangat berangkat kerja. Ternyata bosnya lumayan ganteng. Agak aneh melihat lelaki seperti dia bukannya berjalan di atas catwalk tapi malah panas panasan di depan tungku api.
“Siapa dia?” tanyanya.
“Ini temanku, Bos. Namanya Ruby. Katanya dia sedang butuh kerja supaya ada penghasilan tambahan.”
“Teman kampusmu?”
“Iya.”
“Ruby, kenalkan ini bosku, namanya Hardi.”
Ruby menganggukan kepalanya sebagai tanda menghormati.
“Hai, Ruby. Kebetulan ada karyawan yang baru keluar karena mau menikah. Jadi bagaimana, kamu yakin mau bekerja di sini? Gajinya juga tidak banyak.” Katanya sembari terus membolak balik bungkusan daun pisang berisi nasi dengan berbagai isian.
“Iya, Pak. Saya mau bekerja di sini.”
“Hahaha…. Jangan panggil ‘pak’ dong, saya kan belum terlalu tua. Jangan juga ikut ikutan panggil ‘bos’ seperti Yorin. Aku tidak suka.”
“Panggil ‘kakak’ atau ‘mas’ saja, saya tidak keberatan.”
“Ah, iya, Mas Hardi. Terima kasih sudah meberi kesempatan bekerja di sini.” Ucap Ruby dengan canggung.
“Sama sama. Semoga betah.” Hardi memberikan senyuman. “Yorin, tolong ajak Ruby ke belakang, ya. Cucian piring di belakang sudah numpuk.”
“Siap, Bos.”
“Ayo, Ruby!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
niat kaburnya sudah dari jauh2 hari ya😌. sudah mateng banget rencananya😭
2023-11-07
3
Dirman6987
lanjut lagi
2022-12-20
0
Dirman6987
mantap lanjut dan
2022-12-20
0