Selepas kerja Yorin mengajak Ruby duduk-duduk santai di taman kota. Mungkin Yorin memang sedang butuh teman bicara. Sejak menjadi orang kaya dadakan, ibunya menjadi kurang peduli padanya. Ibunya memiliki hobi baru, berbelanja dan berkumpul dengan istri-istri orang kaya. Tidak seperti ibu yang dulu, ibu yang selalu memasak untuknya dan ibu yang selalu mendengar keluh kesahnya.
”Ayo, Yorin. Kamu bilang ingin melanjutkan ceritamu tentang DKK.” kata-kata Ruby membuyarkan lamunannya tentang keadaan keluarganya.
”Eh, iya. Anggota DKK itu ada lima orang yang semuanya menyebalkan. Yang pertama Melvin. Dia ketuanya. Orangnya putih dan wajahnya kebule-bulean turunan ayahnya yang asal Amerika Serikat. Mukanya selalu jutek, sadis, sepertinya juga tidak pernah tersenyum. Menyapa orang saja tidak pernah. Dunia seperti hanya miliknya sendiri. Rambutnya pendek blonde agak bergelombang, tapi ada kucir panjang di belakang."
"Mmm…. kalau aku lihat seperti ekor ikan pari.”
Ruby tertawa geli membayangkan seperti apa orang yang diceritakan Yorin.
"Kamu tahu ikan pari, kan.... Ekornya panjang begitu. Ya persis lah sama yang namanya Melvin."
"Hahaha.... Iya, iya.... Jangan dibahas lagi. Perutku sampai sakit membayangkannya."
"Bener deh, aku jadi penasaran ingin lihat manusia yang mirip ikan pari."
"Amit-amit deh, jangan sampai ketemu dia nanti kamu menyesal. Pokoknya kalau lihat dia buruan langsung lari."
"Lah, kok lari.... Kalau ada makhluk unik harus difoto untuk kenang-kenangan."
Yorin geleng-geleng kepala, "Kamu tidak akan bisa tertawa lagi kalau sudah bermasalah dengannya."
"Hahaha.... Lanjut, lanjut.... Pasti teman-teman si ikan pari juga unik-unik, kan?"
"Oke. Yang kedua ada Reino, adiknya Melvin. Tapi perbedaanya jauh, bagai langit dan bumi. Kalau mereka berdua disejajarkan pasti tidak kelihatan seperti saudara. Kalau Melvin kebule-bulean, Reino itu seperti kita.... Wajah-wajah Melayu-Asia."
"Banyak yang tidak percaya sih kalau mereka bersaudara. Padahal mungkin saja Reino mengikuti gen ibunya yang asli orang Indonesia."
"Pokoknya kalau melihat mereka berdua, tidak boleh ada yang memandangi mereka. Apalagi mempertanyakan tentang hubungan darah keduanya, termasuk membandingkan."
”Kenapa?” tanya Ruby penasaran.
”Menurut cerita anak-anak kampus, sudah banyak yang dipukul habis-habisan oleh Melvin hanya karena memandangi mereka ketika lewat."
"Aku juga pernah melihat sendiri, ada anak perempuan berambut panjang yang dipotong rambutnya menjadi sangat pendek, karena memberikan tatapan aneh kepada mereka.”
"Apalagi yang pernah membicarakan tentang perbedaan yang ada pada keduanya, sampai ada gosip beredar kalau ibunya Melvin pernah selingkuh makanya anaknya itu berbeda."
"Hm, langsung masuk rumah sakit orang yang nyebar gosip seperti itu. Katanya sampai patah tulang."
"Sampai seperti itu?" guman Ruby senvari memelintir rambut panjangnya.
"Pokoknya, pura-pura saja tidak lihat kalau bertemu mereka. Atau langsung lari. Itu lebih baik."
"Aku masih tidak percaya.... "
”DKK memang seperti itu. DDK yang seharusnya menciptakan suasana kampus yang tenang, malah membuat onar. Apalagi Rafael. Meskipun tampan, tapi suka menyuruh orang seenaknya. Kemudian Ardi dan Fero. Mereka juga tak kalah menjengkelkan. Mereka sangat suka berbuat usil kepada anak baru. Aku saja pernah diberi hadiah tikus saat ulang tahun."
"Serius?"
"Serius lah! Makanya aku bilang stres banget deh kuliah di tempat sekarang." Yorin memijit kepalanya.
”Apa pihak universitas tidak ada yang mengatasinya?”
”Mana ada yang berani menasihati. Mereka kan anak-anak dari pendiri kampus.”
Ruby bisa mengerti. Saat dulu ia bersekolah di SMP swasta yang ikut dibangun oleh ayahnya, ia juga merasa sangat diistimewakan oleh kepala sekolah, guru, dan teman-temannya. Ia bahkan pernah menjadi ketua kelas tanpa pemilihan, karena semua saingannya mengundurkan diri.
Tapi ia tidak menyukainya, sehingga saat kelas satu semester dua SMP, ia minta pindah sekolah dengan alasan bosan. Alasan utamanya karena ia tak pernah mendapatkan teman yang benar-benar mau menerimanya apa adanya. Mereka mau berteman hanya karena ia anak dari salah satu pemilik sekolah.
Ruby jadi ingat, sejak kecil Ruby sudah sering merasa kesepian. Mamanya sakit-sakitan, papanya juga sibuk bekerja. Bi Minah memang ada untuknya, tapi rasanya tetap berbeda dengan ibu kandung sendiri.
Ia lebih suka menyendiri di atas pohon yang ada di taman kota. Meskipun suasana jalan raya tetap terdengar bising, namun di atas pohon ia menemukan ketenangan dan kedamaian. Ia tak perlu memikirkan segala kesedihannya di rumah. Ia hanya perlu menikmati kesendirian. Walau sendiri, sepi, masih ada pohon yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Masih ada burung yang menghiburnya lewat suaranya yang merdu. Masih ada angin semilir yang selalu membelainya lembut, selembut belaian mamanya.
Tempat kecil di tengah kota yang ramai itu telah menjadi rumah kedua bagi Ruby. Sebanyak apapun anak buah yang diperintah ayahnya untuk mencarinya setiap kali ia pergi diam-diam dari rumah, biasanya selalu gagal menemukannya. Tak ada yang tahu kalau ia bersembunyi di tempat yang sebenarnya sangat sering dikunjungi orang.
Ketika orang-orang suruhan ayahnya sedang kebingungan mencarinya, Ruby hanya memandangi mereka dari atas pohon dengan senyuman kecil. Setelah puas menikmati kesendirian, biasanya ia akan pulang dengan sendirinya ke rumah. Dan orang rumah pasti akan heboh menyambut kedatangannya dengan tubuh kotor.
Di antara teman-temannya, dialah yang paling jago bersembunyi. Tidak pernah ada yang bisa menemukannya ketika bersembunyi. Sampai sekarang dia masih sama, masih suka bersembunyi dari ayahnya. Yah, meskipun sekarang ayahnya bisa lebih canggih bisa menemukan keberadaannya.
Tapi ada satu teman yang tahu tempat persembunyian rahasianya saat dulu. Seorang teman yang sering ia jumpai di taman kota, namun tak pernah ia tahu namanya. Perjumpaan Ruby dengan temannya itu selalu dalam suatu situasi yang sama. Setiap kali orang itu datang, pasti bertepatan dengan Ruby jatuh dari atas pohon.
Ruby memang sangat lincah memanjat pohon. Namun ia kurang menguasai cara turun dari pohon. Oleh karena itu, ia sering jatuh karena terpeleset atau pegangannya yang kurang kuat.
Pertemuan pertama dengan teman yang tak ia tahu namanya itu masih ia ingat dengan jelas. Saat itu, setelah semua anak buah ayahnya pergi dari taman kota, ia ingin segera turun. Ketika akan turun, dahan yang ia gunakan sebagai pijakkan tiba-tiba patah , akhirnya ia terjatuh. Ia jatuh tepat di depan seorang anak laki-laki yang sedang duduk di bawah pohon. Anak itu melihat Ruby dengan ekspresi terkejut, melihat kemunculan Ruby yang sangat tiba-tiba. Ruby menangis. Bukan lantaran sakit di lengannya, tetapi karena malu, jatuh di depan orang, apalagi anak laki-laki yang mungkin seumuran atau berbeda beberapa tahun dengannya.
”Kamu tidak apa-apa?” tanya anak itu sembari membantu Ruby duduk.
Saat itu Ruby terus saja menangis, karena malunya. Anak itu mengeluarkan dua batang coklat dari dalam tasnya, kemudian memberikannya kepada Ruby.
”Ada orang yang pernah berkata padaku kalau coklat bisa menghapuskan kesedihan dan rasa sakit. Makanlah.” katanya.
Ruby langsung menghentikan akting menangisnya. Sedikit demi sedikit ia menggigit coklat itu. Rasanya enak. Ruby memperhatikan anak baik yang menolongnya itu. Meskipun kelihatan baik, tapi tak ada senyuman di wajahnya. Anak itu lebih pantas disebut sebagai orang yang tidak bahagia. Mereka tak saling bicara, seperti layaknya orang yang baru saling mengenal.
”Pangeran....” terdengar suara seseorang memanggil. Anak itu menoleh ke arah datangnya suara.
”Teman-temanku sedang mencariku. Maaf, aku harus pergi. Lain kali berhati-hatilah, jangan sampai jatuh lagi.” kata anak itu seraya langsung berlari pergi.
Ruby bangkit. Dilihatnya anak laki-laki yang mungkin namanya ’Pangeran’ itu berlari menghampiri kedua temannya. Ia tersenyum. Meskipun belum tentu anak itu adalah benar-benar Pangeran, tapi ia tetap bahagia karena telah ditolong Pangeran.
Sejak pertemuan itu, entah kenapa Ruby menjadi sering bertemu dengan ’Pangeran’. Cerita pertemuan itu masih sama, Ruby jatuh, menangis, dan Pangeran memberinya coklat. Lambat laun mereka semakin akrab. Mereka sering menghabiskan waktu sore untuk menikmati semilir angin di atas pohon, bercerita tentang kisah-kisah lucu yang terjadi di sekolah mereka.
Tapi mereka tak pernah memiliki kesempatan untuk berkenalan. Mereka hanya saling menyapa dengan sebutan ’Hey’. Ketika ada teman-teman yang mencarinya, Pangeran itu akan pergi meninggalkan Ruby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
kek Gu Jun Pyo aja tuh Bang Melvin🤣🤣🤣
2023-11-07
0
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
ibunya kena sindrom OKB🤣🤣
2023-11-07
0
Dirman6987
mantap
2022-12-20
0