Siang itu restoran Hardi terlihat sangat ramai pengunjung. Para pelayan dibuat sibuk dengan pesanan yang silih berganti datang. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap jam istirahat kantor tiba, restoran yang memiliki menu andalan nasi bakar kemangi itu pasti menjadi sasaran utama para pegawai kantoran untuk menikmati waktu istirahat siang.
Di sela-sela kesibukan kerja, dua orang pekerja yang bertugas mencuci peralatan dapur menyempatkan diri berbincang-bincang.
“Ruby.... aku kesal dengan tempat kuliahku sekarang. Seharusnya aku tetap satu kampus denganmu saja.” keluh Yorin sambil terus mencuci tumpukan piring di depannya.
”Kamu kan sekarang sudah menjadi orang kaya. Sudah sepantasnya kamu bergaul dengan orang-orang kaya dan bersekolah di tempat yang mahal dan bergengsi. Kamu juga sudah waktunya meninggalkan pekerjaan rendahan seperti ini..” balas Ruby dengan enteng.
”Gaya bicaramu seperti ibuku saja!” ketus Yorin.
Belum lama ini Yorin pindah ke kampus baru, Universitas Pelita Budi, kampus elit dan ternama yang ada di kota itu. Ayah Yorin mendadak jadi orang kaya setelah mendapat banyak warisan dari kakeknya yang tinggal di desa. Yorin sendiri tidak tahu kalau ternyata kakeknya sangat kaya.
Selama ini ayahnya bekerja sangat keras melakukan segala pekerjaan yang dia bisa untuk menghidupi keluarga. Hidup di kota besar dengan tiga anak tidak mudah, apalagi sembari menguliahkan Yorin anak pertama mereka. Yorin saja sampai kerja paruh waktu untuk meringankan beban orang tuanya.
Setelah kakeknya meninggal belum lama ini, ayahnya menceritakan kalau kakeknya memang sangat kaya raya, orang terkaya di desanya. Tapi, ia tidak mau memberikan sepeserpun uang untuk membantu ayahnya karena dia tidak setuju ayahnya menikah dengan ibunya. Oleh karena itu, ayahnya berjuang sendiri mempertahankan cinta dan keluarga kecilnya tanpa dukungan siapapun. Ibu Yorin saat itu juga sudah yatim piatu dan tidak memiliki saudara.
Harta peninggalan Kakek Yorin sangat banyak. Kini keluarga Yorin bisa tinggal di rumah dua lantai yang bisa dibilang cukup besar dan mahal karena berada di area kota. Yorin menjadi orang kaya baru sementara Ruby menjadi orang kere baru. Ya, ada orang yang senang mendapat warisan, tapi Ruby malah rela melepaskan harta dari ayahnya untuk hidup sebagai orang biasa.
Padahal baru sebentar dia melewati masa kuliah yang menyenangkan dengan Yorin. Mereka kerap menghabiskan waktu bersama baik di kampus maupun di tempat kerja. Hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah Ruby rasakan dari mencoba makanan pinggir jalan sampai belanja di tempat-tempat murah sudah ia lakukan bersama Yorin.
Tapi, Yorin memang pantas merasakan kehidupan sebagai orang kaya. Dia sering mengeluh katanya tidak enak jadi orang biasa dan ingin jadi orang kaya. Keinginan yang berbanding terbalik dengan keinginannya. Setelah menjadi orang kaya baru, nyatanya Yorin terlihat lebih tidak bahagia. Hal itu semakin menguatkan pendapat Ruby kalau memang hidup sebagai orang biasa lebih menyenangkan. Orang kaya itu banyak aturan.
”Aku sampai bosan mendengar kata-kata seperti itu setiap hari dari ibu. Padahal baru kaya sedikit gara-gara ayah mendapat warisan dari kakek. Kalau tidak berhemat, bisa jatuh miskin lagi nanti.” lanjut Yorin dengan raut masam.
Ruby tersenyum, ”Apa karena itu, kamu kesal dengan tempat kuliahmu yang sekarang?”
”Tidak juga.”
“Terus kenapa?”
"Di kampus ada sekelompok orang sok keren, sok populer, dan sok berkuasa yang hobinya menindas mahasiswa lain."
"Heh.... Masih ada manusia semacam itu di muka bumi ini?" Tanya Ruby terheran-heran.
“Aku juga tidak tahu. Masuk kampusku yang baru serasa pindah dimensi. Sumpah ya, aku tidak tahu ada kampus semacam kampusku ini."
"Serius? Kok kedengarannya justru membuatku penasaran?"
"Beh.... Lebih baik jangan penasaran. Kamu tidak berkuliah di kampusku artinya sudah terselamatkan. Demi Tuhan, kamu akan makan hati setiap hari kalau berurusan dengan mereka."
"Memangnya siapa mereka bisa seperti itu?"
"DKK, Dewan Keamanan Kampus yang menyebalkan! Dipimpin oleh lima penerus dari lima perusahaan ternama yang menjadi pendiri Universitas Pelita Bangsa. Ibaratnya kampus sudah jadi taman bermain untuk mereka."
"Andai saja bisa, aku ingin memukul kepala mereka satu persatu! Kehidupan kampusku jafi tidak tenang gara-gara takut kalau jadi sasaran kegabutan mereka. Ya Tuhan.... Semoga aku tidak pernah bertemu dan berurusan dengan mereka sampai selesai kuliah. Huhuhu.... ” Yorin bicara sambil menggosok piring dengan keras.
Ruby tersenyum geli melihat ekspresi temannya yang sedang kesal. ”Jangan terlalu keras menggosoknya, nanti piringnya jadi tipis.”
”Biarkan! Aku anggap saja piring ini muka anak-anak DKK yang menyebalkan itu!” gerutu Yorin.
"Apa di kampus barumu juga ada mahasiswa yang suka pamer barang-barang bermerk?"
"Hm, jangan ditanya lagi.... "
"Serius ada?" tanya Ruby untuk meyakinkan.
"Ada lah! Banyak! Setiap hari serasa melihat fashion show tahu.... Aku jadi tambah beban mental berkuliah di sana. Pakaian yang aku pakai terlihat paling gembel di antara mahasiswa yang lain huhuhu.... "
Ternyata kampus Yorin tidak ada bedanya dengan kampus lama Ruby. Memang, kampus elit seperti itu perlu dijauhi untuk ketenangan jiwa dan raga. Ruby jadi kasihan dengan Yorin yang jadi suka mengeluh gara-gara pindah kampus.
"Liburan akhir semester kita pergi ke kota sebelah yang sering kamu ceritakan, ya.... " bujuk Yorin. "Katanya kan di sana banyak baju bekas bermerk yang masih bagus. Kalau aku beli barang-barang yang baru semua, kayaknya ayahku bisa langsung miskin deh."
"Kenapa harus seperti itu sih? Kamu kan tetap bisa tampil dengan pakaian yang kamu suka. Memangnya merk itu penting?" Padahal Ruby baru saja membiasakan memakai pakaian-pakaian murah yang menurutnya juga nyaman dipakai.
"Bukannya dalam berpakaian itu yang paling utama adalah rasa nyaman, ya, bukan sekedar ikut trend atau karena brand tertentu."
"Ya ucapanmu benar kalau kita hidup di lingkungan yang biasa saja. Masalahnya di kampusku lirikan matanya itu loh kayak jijik kalau melihat orang berpenampilan biasa."
"Jangan pedulikan penilaian mereka kalau begitu."
"Huft! Aku belum bisa seperti dirimu. Aku masih menganggap penilaian orang lain itu penting."
"Ya sudah, kalau kamu suka baju-bajuku.... Ah, maksudku koleksi baju-baju bekasku, besok aku berikan padamu, ya."
"Ah.... Kamu tidak perlu bertindak sejauh itu. Aku hanya butuh teman curhat bukan mau dikasihani olehmu."
"Tidak apa-apa, aku juga sudah bosan kok dengan baju-baju itu. Aku malah lebih senang memakai baju yang kita beli di pinggir jalan seperti ini."
Ruby dengan bangga menunjukkan style-nya memakai kaos seharga dua puluh ribu dipadukan dengan rok celana selutut seharga tiga puluh ribu. Uang lima puluh ribu sudah bisa membeli satu stel baju. Kalau dulu, uang lima puluh ribu hanya ongkos parkir saja di kampus.
"Ya.... Kamu memang pakai apa saja kelihatan bagus. Wajah dan tubuhmu mendukung walaupun pakaiannya murah juga kelihatan mahal dan berkelas.... Kalau rambutmu di-style sedikit saja pasti kelihatan seperti orang kaya."
"Buat apa begitu, kasihan kalau ada yang menjambretku nanti merasa tertipu. Penampilan seperti orang kaya, tapi dompet kosong bagai neraka."
"Hahaha.... Bisa melucu juga kamu, ya."
"Jadi mau kan baju-baju punyaku?"
"Ya mau, sih.... Tapi aku jadi tidak enak.... Aku bayar, ya.... "
"Boleh, terserah kamu mau bayar berapa. Bayar pakai traktiran juga boleh. Besok aku bawa ke sini, ya."
"Oke, kamu memang temanku yang terbaik."
"Kamu juga, Yorin.... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Adi top Adi
nyimak
2023-11-22
0
Patrish
jangan keliru Yori.. di"rumah utama"masih tersimpan banyaakk.. GC.. YSL.. banyaakk... bawa saja
2023-10-27
0
Maya Kitajima
klo di meteor garden f4..berarti disini f5😁😁😁
2023-10-18
0