Kayla tergelak setelah dia cukup bisa menguasai diri setelah pengakuan yang ucapkan Ramadhan kepadanya. Dia sama sekali tidak menduga jika pria yang ada di sampingnya itu sampai berani mengatakan hal itu kepadanya.
" Rama, iihhh ... jangan bercanda, deh!" Kayla sampai mencubit lengan Ramadhan karena masih menganggap apa yang dikatakan Ramadhan tadi hanyalah sebuah candaan semata.
" Apanya yang bercanda, Kay? Aku serius ..." Ramadhan mencoba meyakinkan jika yang dikatakannya itu bukan hal yang main-main atau bercanda.
" Serius apanya? Serius bercandanya?" Kayla kembali tergelak.
" Kay, aku serius!" Ramadhan kini menggenggam tangan Kayla membuat Kayla langsung menarik tangannya.
" What's the matter with you? Kamu jangan ngaco deh, Ram!"
" Ngaco gimana sih, Kay? Aku itu serius suka sama kamu, sudah dari dulu malah. Tapi aku baru berani ungkapin sekarang. Kamu bilang kalau kamu belum ada pacar, aku juga sama. Kita sama-sama kenal baik dan sangat dekat." Ramadhan mencoba menjelaskan apa yang dirasakannya kepada wanita itu.
" Ram, ini nggak mungkin terjadi, ya! Kita ini saudara. Walaupun kita seumuran tapi aku sudah menganggap kamu seperti kakak aku sendiri, jadi mana mungkin kita pacaran. Kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh, deh!" Kayla yang selama ini memang menganggap Ramadhan sebagai saudara tentu saja menepis keinginan pria itu yang memintanya menjalin hubungan serius layaknya pria dewasa dan wanita dewasa.
" Kita ini nggak sedarah, Kay! Papa aku dengan Om Bima itu nggak ada hubungan darah. Papa aku itu hanya anak angkat dari keluarga Kakek Poetra, jadi nggak ada halangan kalau kita menjalin hubungan serius." Ramadhan terus berusaha meyakinkan Kayla agar Kayla mau menerimanya.
Mungkin gen dari Papa nya yang memang tidak mudah dekat atau jatuh cinta terhadap wanita lain selain Anindita begitu kuat mengalir dalam diri Ramadhan hingga dia pun nampaknya kurang ahli dalam menaklukan hati wanita yang dia sukai.
" Ram, aku nggak bisa! It's too weird for me." Kayla mengangkat telapak tangannya seraya menggelengkan kepalanya.
" Kay, kamu nggak perlu jawab itu sekarang. Kamu bisa pikirakan hal itu baik-baik. Orang tua kita sudah sangat dekat, kita juga mengenal dan tahu sifat masing-masing. Bukankah itu lebih baik daripada kita harus mencari orang lain yang belum ketahuan sifat dan perilakunya?"
Kayla mendesah, sepertinya dia agak kesulitan memberi pengertian kepada Ramadhan.
" Ram ...."
" Kamu nggak perlu jawab sekarang, Kay. Kamu bisa pikirkan dulu baik-baik tentang apa yang aku ucapkan tadi." Ramadhan dengan cepat memotong ucapan Kayla.
" A-aku nggak bisa, Ram. Aku ingin hubungan kita berjalan seperti biasanya seperti layaknya sebuah keluarga." Kayla menepuk punggung tangan Ramadhan. " Aku minta maaf jika keputusan aku mengecewakanmu, Ram." sesal Kayla, sesungguhnya dia tidak tega melukai hati Ramadhan dengan penolakannya. Namun dia pun harus jujur dengan hatinya karena dia sama sekali tidak merasakan apa yang Ramadhan kepadanya.
" Tapi, Kay ...."
" Ram, please ... aku nggak ingin bahas ini lagi!" sergah Kayla cepat. " Aku nggak ingin keputusan aku ini akan mempengaruhi hubungan kita ke depannya. Aku harap kamu jangan marah, ya?" Kayla meminta Ramadhan untuk tidak merasa tersinggung lalu membencinya.
Ramadhan tidak menjawab permintaan Kayla. Rahangnya yang mengeras dan suara dengusan kasar dapat diartikan jika pria itu sangat kecewa. Tak lama Ramadhan pun memilih kembali menjalankan kemudinya tanpa ada satu kata terucap dari bibirnya itu selama perjalanan mengantar Kayla pulang ke rumahnya.
***
Azzahra menatap langit kota Jakarta yang nampak kelam dari arah balkon kamar hotel yang dia tempati. Namun ratusan bahkan mungkin puluhan ribu lampu yang menerangi setiap sudut bangunan perumahan penduduk dan juga gedung pencakar langit bagaikan pemandangan yang sangat kontras.
Azzahra mendesah. Entah mengapa hatinya nampak tak tenang saat melihat wajah sendu anaknya melihat kehadiran Ramadhan di pesta tadi, kehadiran Kayla yang dibawa oleh Ramadhan lebih tepatnya.
Rayya memiliki sifat yang sangat mirip dengan dirinya, setidaknya Azzahra sangat bisa merasakan apa yang dirasakan putrinya itu.
" Apa Rayya benar-benar menyukai Rama, ya? Kalau tidak kenapa dia terlihat sedih tadi?' Azzahra mengusap wajahnya. Dia seakan mengalami Dejavu saat dulu pertama kali melihat Yoga membawa Natasha dan mengenalkan sebagai istrinya, padahal saat itu dia sangat mengharapkan Yoga sebagai pujaan hatinya sejak dia remaja." Ya Allah, jangan sampai kejadian seperti yang aku alami dulu terjadi pada Rayya. Rayya masih sangat muda," batin Azzahra.
Azzahra yang saat itu sudah berusia matang dua puluh empat tahun saja merasakan kecewanya tiada tara apalagi putrinya yang masih dalam usia labil. Dia khawatir jika itu akan berimbas pada semangat belajarnya.
" Kasihan, Rayya." lirih Azzahra.
" Baby kenapa, Honey?"
Azzahra tersentak kaget saat mendengar suara Gavin. Bahkan suaminya itu sudah melilitkan tangannya di pinggang Azzahra.
" H-hubby?" Azzahra seketika salah tingkah dengan kemunculan Gavin yang tidak terdengar olehnya saat suaminya itu masuk kamar.
" Kenapa dengan Baby, Honey?" tanya Gavin menyelidik.
" Hmmm, nggak kok, By. Rayya nggak kenapa-kenapa." Azzahra lalu mengurai tangan suaminya yang sedang memeluk pinggangnya itu kemudian menarik tangan Gavin meminta agar suaminya itu mengikuti langkahnya untuk meninggalkan teras balkon.
" Hubby sudah selesai mengonbrolnya? Pasti melelahkan ya hari ini? Mau aku pijat punggungnya, By?" Azzahra sengaja mengalihkan pembicaraan agar suaminya itu tidak curiga. Dia bahkan membantu melepas blazer tuxedo yang dikenakan suaminya itu.
Azzahra rela mengumpan dirinya untuk melayani suaminya walaupun dia sendiri sudah sangat penat, daripada apa yang sedang dia pikirkan tentang Rayya terendus oleh Gavin. Azzahra sangat paham jika suaminya itu tidak akan tahan jika dia sudah memberikan lampu hijau seperti itu.
" Ada apa, Honey? Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" Gavin menatap wajah gelisah Azzahra yang sedang memperhatikan tangannya membuka satu persatu kancing kemeja Gavin.
Azzahra terkesiap saat suaminya itu nampak tidak terpengaruh dengan aksinya, tapi lebih tertarik mengulik apa yang sedang dipikirkan di dalam otaknya.
" Maksud Hubby apa? Aku nggak sembunyikan. apapun, kok!" Azzahra berkelit. Dia memutar tubuhnya agar suaminya itu tidak mengetahui kebohongannya dengan melangkah menjauh dari Gavin seraya melepas hijabnya.
" Kau tidak bisa bohong kepadaku, Honey!" Gavin menarik lengan Azzahra hingga tubuh wanita itu kini berbalik arah dan berbenturan dengan tubuh suaminya itu.
" Kita sudah hampir sembilan belas tahun menikah. Kita juga sudah sepakat untuk saling terbuka satu sama lain. Apa kau ingin melanggar janji itu, hmm?" Gavin menyampirkan helaian rambut Azzahra yang terlepas dari ikatannya.
Azzahra mendesah, dia bingung harus bicara atau tidak. Jika dia terus menutupi, dia yakin suaminya itu tidak akan percaya. Namun dia takut dengan reaksi suaminya jika suaminya itu tahu apa yang sedang dihadapi putri mereka satu-satunya itu.
" Apa ini ada sangkut pautnya dengan tindakan Baby saat meninggalkan pesta tadi?" Gavin yang sebenarnya sudah mencurigai sesuatu terjadi pada putrinya itu lebih memilih menahan diri karena banyak tamu undangan yang juga merupakan rekan bisnisnya. Bagaimana pun dia mesti menjaga sikap.
" Honey, katakan padaku ada apa?"
Azzahra masih bergeming tak menjawab pertanyaan suaminya itu.
" Baiklah, Honey. Kalau kau tidak ingin cerita biar aku saja yang tanya langsung kepada Rayya." Gavin langsung berbalik badan dan hendak berjalan ke luar ruang kamar hotelnya namun Azzahra langsung mencekal lengan Gavin.
" Jangan, By! Jangan ganggu Rayya!"
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
👸 Naf 👸
utulah yg dirasakan Rayya saat td tau kamu dtg sm Kayla, Ram
2023-11-16
0
Neulis Saja
ehm biarlah menjadi kenangan utk keduanya yg merasa kecewa dgn harapannya masing2 utk mendewasakan sikap ok and you agree?
2023-09-22
0
Sinta Darmawati
rasain rama kecewa juga kan..
2022-03-08
1