Setelah hari sabtu kemarin selesai melaksanakan ujian Penilaian Tengah Semester, murid-murid di SMA tempat Rayya sekolah kini terlihat nampak santai karena tidak ada kegiatan belajar mengajar. Hanya beberapa murid saja yang melaksanakan ujian susulan.
" Pak Risman, kami boleh pulang, kan? Dari tadi ngerumpi terus nggak ada yang dikerjakan nih, Pak." Azkia yang sengaja ke ruangan guru bertanya kepada wali kelasnya.
" Kamu ikut ulangan remidial, nggak?" Pak Risman bertanya kepada Azkia.
" Iiihh, Bapak ... Kia 'kan anak pintar, Pak." tepis Azkia memutar bola matanya
" Ya sudah, kalian boleh pulang, tapi langsung pulang ke rumah jangan keluyuran di mall, ya!" Pak Risman mengijinkan murid-murid di kelas Azkia untuk bubar.
" Kalau untuk itu kita nggak janji, Pak." Azkia terkikik menutup mulutnya.
" Dasar kamu ini. Yaa sudah sana kasih tahu teman-teman kamu yang lain." Pak Risman menjawab seraya menggelengkan kepalanya.
" Baik, Pak. Terima kasih ya, Pak. Assalamualaikum." Azkia berpamitan.
" Waalaikumsalam, tolong kamu bilang sama yang lain besok tetap berangkat, ya!" ucap Pak Risman mengingatkan.
" Siap, Pak!" Azkia langsung berlari ke luar ruangan guru menuju kelasnya.
" Gaes, kita boleh pulang!" seru Azkia sesampai di kelasnya.
" Kuy, lah!" ucap beberapa murid yang langsung menenteng tas nya dan berhambur keluar dari ruang kelas.
" Ray, come on ..." Azkia mengajak Rayya yang masih asyik mencoret-coret gambar di atas kertas. Putri pasangan Gavin dan Azzahra itu memang sangat menyukai seni menggambar juga melukis.
" Oh iya, Kia." Rayya kemudian memasukan peralatan sekolahnya ke dalam tas kemudian bersama Azkia mereka keluar dari kelas.
Ciiittt
Azkia langsung menarik lengan Rayya saat sebuah motor sport berhenti di hadapan mereka berdua.
" Hai, cantik ...."
Sapa seorang pria terdengar saat helm yang dipakai pria itu dibuka.
Azkia memutar bola matanya mengetahui siapa yang datang menghadang mereka.
" Rayya mau pulang? Mau Kak Raffa antar, nggak?" tanya Raffasya, pria pengendara motor itu menawari tumpangan untuk Rayya.
" Masa mau antar Rayya pakai motor, pakai mobil, dong!" cibir Azkia mencemooh Raffasya.
" Berisik, lu! Cerewet !" sergah Raffasya.
" Yeee ..." Azkia kembali mencibir.
" Ayo Kakak antar Rayya pulang." Raffasya turun dari motor dan mendekat ke arah Rayya, meminta agar gadis remaja itu ikut dengannya.
" Rayya nggak bisa ikut Kak Raffa. Daddy nggak kasih ijin anak cowok antar Rayya pulang, Kak." Rayya menolak ajakan Raffasya karena Daddy nya yang posesif itu tidak ingin ada laki-laki seperti dia saat muda dulu mendekati putrinya.
" Hahaha ..." Azkia tergelak mendengar penolakan yang diajukan Rayya. " Eh, Kak Raffa mestinya tahu diri, dong! Sudah ditolak-tolak maksa banget ingin antar Rayya pulang. Tahu nggak, sih? Spesies model Kak Raffa itu nggak diterima di keluarga kami! Mit amit, amit-amit ..." Tak henti-hentinya anak gadis pasangan Yoga dan Natasha itu mencemooh Raffasya.
pletak
" Aawww ...!!" Azkia meringis ketika sebuah sentilan mengenai hidungnya
" Kak Raffa, kenapa Kakak berlaku kasar sama Kia?" Rayya yang melihat Raffasya melakukan kekerasan terhadap Azkia langsung menegur.
" Biarkan saja! Rese sih dia." Raffasya seolah tidak merasa bersalah meskipun sudah menyakiti Azkia. Sebuah seringai licik terbentuk di sudut bibirnya menatap Azkia yang sedang menatapnya kesal.
" Kak Raffa tuh yang rese!" Azkia membalas Raffasya. " Cowok kok beraninya sama cewek?! Gentleman, dong! Jangan jadi ben cong!" sindir Azkia kembali menohok.
" Bawel, lu! Gue tampol juga tuh mulut lu lama-lama," geram Raffasya.
" Coba saja kalau berani! Mau Kia tendang lagi itunya sampai bengkok?!" tantang Azkia menebar ancaman.
" Sudah-sudah, jangan berantem!" Rayya mencoba melerai Azkia dan Raffasya.
Tin tin
Suara klakson mobil terdengar hingga mobil itu berhenti di depan motor Raffasya.
" Kalian mau pada pulang?" tanya Gibran yang turun dari mobilnya kemudian mendekati Azkia karena dia melihat ada pria lain di sana.
" Iya, Kak." sahut Rayya.
" Hai, Kak. Kak Gibran mau jemput kami, kan?" tanya Azkia.
Gibran memperhatikan pria yang berkacak pinggang di hadapan dua gadis itu.
" Kak Gibran masih ingat, nggak? Ini Kak Raffa." Rayya yang memperhatikan dua orang pria di hadapannya itu saling pandang mencoba mengembalikan ingatan mereka.
" Pasti Kak Gibran ingat, dong! Trouble maker kayak dia sih, orang nggak akan bisa lupa," sindir Azkia memutar bola matanya.
" Hai, Raf ... apa kabar?" Gibran menyapa Raffasya ramah.
Bukannya menyapa balik Gibran, Raffasya justru melirik ke arah Azkia.
" Oh, jadi kalian itu beneran pacaran ..." Raffasya mengusap rahangnya. " Ray, sebaiknya kamu ikut Kakak saja deh, daripada mengganggu dua sejoli yang mau pacaran ini," sindir Raffasya.
" Hmmm, maaf, Kak. Rayya nggak bisa ikut Kak Raffa." Rayya menyampaikan permohonan maafnya karena menolak permintaan Raffasya.
" Hahaha, kasihan deh, lu! Ayo Ray, kita pulang sama Kak Gibran!" Azkia tertawa senang melihat penolakan yang diterima Raffasya. Dia lalu menggandeng tangan Rayya." Bye, Kak Raffa ..." Azkia melambaikan tangan mencemooh Raffasya kemudian berjalan ke arah mobil Gibran.
" Aku duluan, Raf." pamit Gibran kemudian kembali ke mobilnya dan meninggalkan Raffasya yang nampak kesal.
***
" Rama ..."
Anindita menyapa anaknya yang sedang bermain gitar di kursi teras belakang dekat kolam renang seraya memperhatikan kedua adiknya yang terlihat sedang berlomba balap berenang.
" Iya, Ma. Ada apa?" Ramadhan menghentikan permainan gitarnya saat Mamanya itu berkata kepadanya.
" Kamu besok lusa ada acara, nggak?" tanya Anindita kepada putra sulungnya itu.
" Kenapa memangnya, Ma?" Ramadhan mendekap gitar di tangannya.
" Nenek Utami mengundang kita datang ke rumahnya, soalnya Tante Nadia sama Om Edo akan datang ke Indonesia katanya." Anindita menjelaskan maksud dari Mama Utami mengundang keluarga mereka.
" Tante Nadia sama Om Edo ada di sini? Kayla ikut juga dong, Ma?" Ramadhan nampak antusias saat mendengar orang-orang yang sudah dia anggap Om dan Tante nya itu akan ada beberapa waktu di Indonesia. Sebenarnya bukan berfokus kepada Om dan Tante nya tapi kepada sosok Kayla, wanita yang sudah sejak kecil menarik perhatiannya.
" Iya tentu saja, Kayla dan Gia juga ikut dibawa," sahut Anindita.
" Wah, asyik, dong!" sambut Ramadhan.
" Jadi lusa bisa datang, nggak?" tanya Abindita lagi menegaskan.
" Bisa kok, Ma. Kebetulan lusa aku nggak ada acara ke mana-mana." Ramadhan menyetujui ajakan Mamanya yang akan mengajaknya datang ke rumah Mama Utami.
Seperti biasanya, setiap keluarga Edward Wiranata itu datang berkunjung, Mama Utami selalu meminta keluarga Ricky untuk datang makan bersama menyambut kedatangan keluarga dari Edward yang selama ini menetap di Milan.
" Ya sudah kalau begitu, syukur kalau kamu bisa datang, Rama. Mama takut kamu berhalangan datang lagi nanti Nenek cari kamu dan akan menduga kamu sudah nggak ingat sama Nenek, nggak sayang sama Nenek." Anindita merasa lega karena beberapa kali pertemuan keluarga di rumah Mama Utami, anak sulungnya itu selalu berhalangan hadir, karena aktivitasnya yang cukup padat.
Ramadhan kini mengikuti jejak Papanya mengabdikan diri kepada keluarga Poetra Laksmana. Dia diprediksi akan menjadi calon pemimpin yang sangat diandalkan oleh keluarga Poetra Laksmana untuk melanjutkan kejayaan Angkasa Raya Group karena Daffa, anak laki-laki Dirgantara masih sangat belia dan masih berusia dua belas tahun.
...***...
*
*
*
Bersambung ...
Jangan lupa tinggalkan like & komennya, makasih🙏
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
👸 Naf 👸
kel sultan yg tetap rendah hati semua 🤍🩶
2023-11-16
0
Neulis Saja
next
2023-09-21
0
Ai Noerhidayah471
Rama naksir kayla rayya naksir Rama..waahhh seruuu..seruuuu
2022-02-04
1