Lima

Di sini mereka berada, taman Daewoo Apart di mana tadi pagi Cahaya datang sendiri, bermain salju yang tentu saja baru mereka alami. Hamparan putih membalut tanah yang dipijak, sungguh lukisan alam yang sangat indah. Serpihan putih yang terus luruh dari langit, menjadi momen yang sangat dinantikan bahkan oleh penduduk aslinya sendiri. Alya, Andri, dan Adrian berlarian saling berkejaran. Sesekali saling melemparkan bola salju. Tertawa lepas. Sementara Cahaya bersama Raja dan Kim duduk di depan mini market dengan secangkir kopi di tangan masing-masing yang masih mengepulkan asapnya.

Cahaya menangkup paper cup nya menghangatkan telapak tangan yang makin dingin. Hidung, dan telinganya sudah memerah menahan dingin yang kian menusuk.

Ponsel Kim berdering, memecah kebisuan ketiganya yang menatap Alya, Andri, dan Adrian. Mereka sekarang tengah bekerja sama membuat boneka salju.

Merogoh ponsel yang disimpan di saku celana kainnya, Kim melangkah menjauh saat menerima panggilan. Cahaya menatap sekilas pada Kim yang menjauh. Ada rasa yang tak bisa diartikan olehnya melihat Kim yang menjawab panggilan dengan menjauh.

Pacarnya kah? Kenapa aku harus merasa sedih, kalau memang yang meneleponnya adalah pacar Kim?

Raja yang sudah menghabiskan kopinya, mengambil ponsel dan tanpa disadari Cahaya, mengarahkan kamera ke arah wajah cantik Cahaya yang tengah fokus pada Kim.

Cekrek!

Cekrek!

Cekrek*!

Senyum puas tersungging di bibir Raja. Tiga buah photo Cahaya berhasil dibidiknya. Dan pada jepretan yang ketiga, barulah sang pemilik wajah menyadari.

Mata Cahaya membulat dengan raut wajah yang tampak menggemaskan untuk Raja. Bibir tipis itu mengerucut. Merajuk.

"Ih, Pak Raja ngambil photo aku ya?!"

"Sedikit. Dan kamu cantik banget di photo ini!" Raja menyodorkan ponselnya pada Cahaya. Jarak mereka semakin dekat, saat itu Kim berbalik menghampiri keduanya yang tengah asyik tertawa.

Ah, sial! Kenapa juga aku harus pergi? Itu sama saja aku memberikan kesempatan pada mereka untuk semakin dekat.

"Ehemm!" Kim menginterupsi Cahaya dan Raja, yang kini bahkan tangan Cahaya bersentuhan dengan Raja.

Panas.

"Maaf, saya harus pergi. Salah satu PC saya dalam masalah, dan harus segera saya tangani sekarang."

"Oh ya? Ngga pa-pa, Kim. Pergilah!"

Tentu saja tidak masalah buatmu, Raja!

"Iya, Raja. Padahal saya ingin sekali bergabung dengan kalian. Nanti langsung pulang saja, ya?! Untuk besok, kamu bisa langsung ke perusahaan bareng Alya, Andri dan Adrian dengan menggunakan bis jemputan." apa yang dikatakan Kim, berbeda dengan apa yang hatinya ucapkan. Jelas sekali kalau Kim benar-benar merasa kalah bersaing dengan Raja. Dan itu sangat dibencinya.

"Tentu, Kim."

"Baiklah, Aya... saya pulang dulu. Jangan terlalu lama di luar, kamu kan ngga kuat dingin." ujar Kim pada Cahaya, yang dibalas anggukan Cahaya pada Kim. Cahaya merasa tersanjung saat Kim menunjukkan kepedulian padanya.

Kim pun berlalu dengan hati tak rela meninggalkan gadis yang disukainya bersama Raja.

Jaga dia untukku, Tuhan.

"Kamu alergi dingin, Ya?" tanya Raja mengingat tadi Kim berbicara kalau Cahaya tidak kuat dingin.

"Iya." jawab Cahaya disertai anggukan.

"Kita pulang lebih dulu. Aku ngga mau kamu kenapa-napa." Raja tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya, setelah mendengar jawaban singkat Cahaya. Apalagi melihat hidung Cahaya yang sudah semakin merah dan tampak berair.

"Sebentar lagi, Pak--"

"Aa, Aya. Aa!"

"Baiklah, Aa. Sebentar lagi. Kayaknya seru tuh kalau ikutan main salju bareng mereka." Cahaya melihat ke arah Alya dan yang lainnya, yang kini boneka salju buatan mereka telah selesai dibuat. Raja pun mengikuti arah pandang Cahaya, tersenyum melihat keberhasilan 'Tiga A' membuat boneka salju.

"Ok, lima menit lagi ya?"

"Lima belas, A."

"Sepuluh atau aku paksa kamu balik ke apartemen sekarang?"

"Ish, maksa!"

"Biarin!"

"Ngga!"

"Aku ngga mau kamu--"

Hatcih!

"Tuh kan, kamu bersin-bersin!" Raja semakin khawatir saat Cahaya tiba-tiba bersin.

Tangan Cahaya sibuk mengelap cairan yang keluar dari hidungnya.

"Pake ini." Raja memberikan sapu tangan pada Cahaya, yang dibalas tatapan tak percaya darinya.

"Jangan, A. Jijik!" tolak cahaya dan mencoba mengelap hidungnya, menggunakan lengan jaket yang dipakainya.

Bukannya menuruti perkataan Cahaya, Raja malah menangkup wajah Cahaya dengan sebelah tangannya, sedang tangan yang lainnya mengelap hidung Cahaya lembut.

Tatapan keduanya bertaut.

Raja yang memang menyukai Cahaya, dadanya berdebar kencang. Dia yakin kalau dia sudah jatuh cinta pada gadis berkulit putih di hadapannya sekarang.

Sedang Cahaya, hanya merasakan malu pada apa yang dilakukan Raja. Hatinya sudah tertambat pada pria bermata sipit, yang tadi pergi untuk melakukan sesuatu entah dengan siapa.

"WOOIII! UDAHAN SALING PANDANGNYA!"

Suara Alya mengakhiri adegan yang dilakukan Raja dan Cahaya. Disusul terdengar tawa Alya, Andri, dan Adrian. Yang membuat keduanya langsung menjauh satu sama lain.

"Maaf."

"Iya."

"Nih, pake aja. Bersih kok." akhirnya Cahaya pun menerima sapu tangan, yang disodorkan Raja.

"Ya?!"

"Hmm?"

"Kamu percayakan dengan cinta pada pandangan pertama?"

"Heem."

"Aku merasakannya sekarang."

"Lalu?"

"Dan aku... Jatuh cinta sama kamu-- aku tau, mungkin aku terlalu cepat mengatakan. Tapi, aku harus memastikan kalau aku tidak terlambat."

Cahaya yang tidak menyangka Raja akan mengungkapkan perasaannya secepat itu, hanya bisa menatap Raja tak percaya.

"Aku di Korea hanya seminggu. Tapi, kalau kamu menerima aku, aku akan memgambil cuti akhir tahunku di sini."

"A--"

"Aku serius! Aku akan tunggu kamu di Indonesia sampai kontrak kamu di sini selesai. Bisa?"

Cahaya memasukkan sapu tangan yang tadi dipakainya mengusap hidung. Lalu, kembali duduk.

"Aa, belum kenal aku dengan baik."

"Kita akan saling mengenal perlahan."

"Aku-- Bukan dari keluarga berada, Bahkan--" Teringat pada kandasnya cinta bersama Yusuf, membuat Cahaya lebih berhati-hati lagi dalam menjalin hubungan. Dan Raja, Cahaya yakin dia berasal dari keluarga kaya. Dan dia tidak ingin kejadian serupa terulang kembali. Di mana dia dihina tanpa perasaan, oleh orang tua lelaki yang dicintainya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Itulah kenapa aku bilang, Aa belum tahu aku dengan baik."

"Cukup kamu percaya padaku. Aku akan menjaga dan akan membahagiakan kamu."

"Aku perlu waktu, A!"

"Tiga hari!"

"Empat!"

"Dua. Dan tidak ada lagi tawar menawar. Dan sekarang hampir tujuh menit, dari waktu yang kamu minta untuk tetap di luar. Tiga menit lagi waktumu di luar, Nona."

"Ish, dasar tukang maksa!"

"Biarin. Kalau ngga dipaksa kamu ngga bakalan mau sama aku."

Cahaya pun memukul gemas lengan Raja, yang disambut kekehan lelaki tampan itu.

"Photo berdua-- Maukan?"

"Hah?"

"Buat kenangan."

Raja siap dengan ponselnya yang mengarah pada keduanya. Dirinya sudah tak berjarak dengan Cahaya.

"Boleh?" Cahaya pun mengangguk dan bersiap tersenyum pada kamera. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Raja.

Cekrek!

Cekrek!

Gambar keduanya yang tengah tersenyum manis ke arah kamera berhasil dibuat.

"Cantik!"

"Aa juga ganteng... Ups!" Cahaya langsung menutup mulutnya saat menyadari ucapannya.

Raja tersenyum lebar mendengar Cahaya mengatakan kalau dia ganteng.

"Kalau ganteng, kamu berarti mau jadi kekasih aku?"

"Belum yakin."

"Ayolah!"

"Tiga hari waktu yang kita sepakati, untuk aku menjawab pernyataan Aa."

"Dua!"

"Tiga, atau aku tidak akan menjawab sama sekali!"

"Ok, Ok. Dan sekarang waktunya pulang."

"Kirain sudah lupa."

"Tidak mungkin, Nona. Aku punya daya ingat yang kuat, jadi jangan coba-coba."

"Uh, takut!" keduanya tergelak.

"Al, Dri, Yan! Kami balik duluan ya?" Raja berteriak memanggil 'tiga A' yang masih membuat boneka salju yang kedua.

"Kenapa, Pak?"

"Cahaya udah kedinginan!"

"Ya udah!"

Lalu Raja dan Cahaya pun melangkah meninggalkan taman.

Sesampainya di apartemen Cahaya, Raja langsung memutar suhu pemanas menjadi lebih hangat untuk menghangatkan Cahaya. Melihat perhatian yang diberikan Raja, hati Cahaya mulai dihinggapi perasaan nyaman. Tak salah kan kalau dia mencoba membuka hati buat Raja?

Raja duduk di dekat pintu kamar Cahaya, tangannya menyentuh lantai yang berlapis karpet, merasakan apakah pemanas ruangan sudah bekerja sesuai keinginannya atau tidak.

Cahaya yang duduk di dekat kamar Alya, mulai membuka jaket tebal yang dipakainya.

"Ada FB Ya?" Raja mengeluarkan ponselnya.

"Ada."

"Namanya?"

"Cahaya96." Raja terlihat mengetik di benda pipih miliknya.

"PPnya-- Salju?" ujar Raja sambil menunjukkan layar ponselnya pada Cahaya.

"Iya, yang itu." ujar Cahaya setelah menengok ponsel Raja.

"Bagus, berarti tidak banyak yang tahu kecantikan kamu." sahut Raja yang kembali mengotak-atik ponselnya.

"Posesif!"

"Harus. Karena kamu terlalu berharga untuk aku." Raja tak memalingkan wajahnya dari layar ponselnya.

"Aku belum terima kamu, loh?!" Raja menatap Cahaya tajam

"Emang kamu mau nolak aku?"

"Bisa jadi." Cahaya mengendikan bahunya acuh. Merasa senang fokus Raja dari ponsel teralihkan.

"Ya, Allah. Tolong bukakan hati Cahaya untukku!" Raja mengadahkan tangannya dengan wajah yang dibuat memelas. Cahaya langsung tertawa melihat tingkah konyol Raja.

Dia sangat serius tampaknya.

"Kalau kamu nolak aku, berarti kegantengan aku kurang maksimal."

"PEDE!"

"That's me!"

"Au ah!"

"Aku sudah kirim pertemanan. Konfir dulu."

"Nanti aja."

"Sekarang, Nona!"

"Fix, Aa tukang maksa!"

"Ya, dan aku suka memaksa, apalagi kalau kamu orangnya."

"Menyebalkan!"

"Thankyou!"

"Apaan sih?!"

Raja pun bersikap tak peduli.

TBC

Terpopuler

Comments

Retina Bocahe Klinthink

Retina Bocahe Klinthink

wooooooo pemaksa ?

2021-02-20

0

Candy Tohru

Candy Tohru

ih, meni maksa, Aa ... sabar atuh. cinta itu butuh proses.

2021-01-27

0

pinnacullata pinna

pinnacullata pinna

wah dah di tembak ajah

btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️

2021-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!