Cahaya menatap langit di mana kini dia berpijak, Korea. Negeri yang dulu sering dilihatnya di layar kaca, kini tengah dijamahnya. Serpihan putih perlahan luruh dari langit, menyentuh rambut hitam panjang sepinggangnya. Gadis cantik itu tersenyum, merasakan dinginnya serpihan salju yang perlahan menempel di kulit putih wajahnya. Sangat beruntung baginya, bisa sampai merasakan satu lagi dari kebesaran Illahi.
Walau sebenarnya, keberaniannya meninggalkan Bumi Pertiwi awalnya hanya ingin mengobati luka hati. Luka karena cinta yang tak pernah dia kira akan sebegini hebat, hingga membuatnya nekad pergi jauh, bahkan sangat jauh dari sumber sakit itu sendiri. Dua minggu menghirup udara negeri asing ini, sedikit tapi pasti bisa membuatnya melupakan tentang seorang Yusuf Abdullah. Cinta yang dirajut selama dua tahun itu kandas. Hilang. Tak berbekas.
Sakit?
Tentu. Belum lagi saat mendengar kata-kata hinaan yang berhamburan keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkan laki-laki yang pernah dicintainya.
"Dasar tidak tahu diri! Kamu itu cuman anak dari petani yang kerja di sawahku, sekarang mau jadi menantuku? Apa kata dunia? Pasti kamu sudah mengguna-gunai Yusuf agar mau sama kamu 'kan?"
"Bu, jangan seperti itu. Kami saling mencintai, Bu. Sudah lama kami berhubungan. Tolong restui kami."
"Diam kamu, Yusuf! Kamu tidak sadar saja, kalau sedang diperalat oleh gadis kampungan ini. Apa sih yang kamu lihat dari dia? Lagi pula kamu sudah Ayah sama Ibu jodohkan dengan Sari anaknya Pak Joko yang punya peternakan sapi di kampung sebelah."
"Apa, Bu? Ya, Allah, Bu... Yusuf bisa mencari Istri sendiri. Buat apa harus jodoh-jodohan segala?"
Yusuf yang mendengar perkataan ibunya kaget. Dia menoleh kearah Cahaya, yang dari tadi menundukkan kepala dengan bahu bergetar karena menangis. Hati Yusuf tercabik, melihat gadis yang selama ini dicintainya terluka dengan semua perkataan wanita yang sangat dihormatinya.
"Iya bisa cari sendiri, tapi lihat yang kamu pilih. Cuman gadis miskin!"
"Kita bicarakan di rumah ya, Bu. Malu. Orang-orang ngelihatin kita."
Yusuf mencoba menenangkan ibunya yang tengah emosi, saat melihatnya bersama Cahaya di satu kedai bakso. Hubungan mereka memang tidak banyak yang mengetahui. Yusuf yang kuliah di Bandung, sedang Cahaya yang lulusan SMA dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan elektronik di daerah Purwakarta, harus rela berjauhan karena kesibukan masing-masing. Keduanya berasal dari desa yang sama. Saling mengenal dari kecil, bahkan sempat satu sekolah saat duduk di bangku SMP, Yusuf yang setingkat di atas Cahaya sudah mengagumi gadis itu, orang tua Cahaya bekerja pada keluarga Yusuf sebagai buruh tani di sawah dan ladang keluarganya.
Hari itu, Yusuf sengaja bertemu dengan Cahaya di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Purwakarta, setelah puas hanya sekedar melihat-lihat. Yusuf mengajak Cahaya ke sebuah kedai bakso. Tapi tak disangka di sana justru ada ibunya bersama beberapa orang saudara sepupu. Ibu Yusuf marah, saat mengetahui kalau ternyata Yusuf ada hubungan dengan anak dari pegawainya.
"Biarkan semua orang tahu. Dan kamu Cahaya, cukup sampai di sini hubungan kalian. Lupakan Yusuf! Sadarlah siapa kamu dan siapa Yusuf. Itu pun kalau kamu masih peduli dengan kedua orang tuamu juga adikmu!"
"Bu...!"
"Diam, Yusuf! Kamu berani melawan Ibu karena gadis ini? Pulang sekarang. Sebelum Ibu berkata yang jauh lebih menyakitkan lagi."
Cahaya semakin tergugu di tempatnya. Air mata semakin deras membasahi pipi. untunglah sore itu kedai bakso tempat di mana kejadian itu berlangsung, dalam keadaan tidak ramai pengunjung, setidaknya rasa malu tidak terlalu besar ditanggungnya.
Yusuf mencoba mengusap tangan Cahaya, tapi dengan sigap ibunya menarik tangan anak Semata Wayangnya menjauh dari Cahaya.
"Aku pulang. Tapi izinkan aku mengantarkan Cahaya dulu ke tempat kostnya, Bu."
"Tidak! Biarkan dia pulang sendiri."
"Bu...!"
"Pulang!" mata ibunya semakin membulat menatap Yusuf dengan marah.
Cahaya yang tidak mampu mengeluarkan suara sedikit pun, perlahan mengangkat wajahnya. Dilihatnya Yusuf yang diseret paksa Sang Ibu menuju keluar. Jelas gurat sesal dan luka di mata lelaki yang sudah mengisi hatinya.
"A!" jerit hati Cahaya.
Bugh!!
"Mianhe-mida!" (Maaf.)
Lamunan Cahaya tentang kejadian dua bulan yang lalu di tanah air terputus, seorang anak perempuan berumur sekitar delapan tahun, menabraknya yang tengah memejamkan mata, sambil menengadah wajah kelangit merasakan setiap serpihan salju yang menyentuh kulitnya. Anak perempuan itu membungkukkan tubuh, sebagai tanda permintaan maaf.
"Ne, gwencana!" (Iya, tidak apa-apa.) jawab Cahaya seraya ikut membungkukkan badan seperlunya. Anak itu pun berlalu kemudian setelah memberikan senyum malu.
Cahaya kembali menatap langit. Tapi, hasratnya untuk kembali menikmati salju seakan hilang. Perlahan ditinggalkannya taman yang ada di sekitar gedung apartemen tempatnya tinggal sekarang.
Perusahaan tempatnya bekerja, mengadakan pengiriman karyawan untuk magang kerja langsung di Korea. Setelah bersaing dengan sekitar dua puluh orang karyawan lainnya, Cahaya berhasil lolos dan bisa pergi ke Korea dengan kontrak kerja selama setahun.
Cahaya bersama satu orang karyawan lainnya, menempati satu unit apartemen yang cukup nyaman. Dengan dua kamar, ruangan berukuran 6x9 meter itu, cukup membuat Cahaya dan Alya --teman seperjuangannya dari Indonesia-- merasa kerasan.
Hari Minggu pagi, harusnya mereka lembur, tapi karena mereka bangun kesiangan jadi mereka ketinggalan bis jemputan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk libur saja.
Sebenarnya Cahaya sudah mengajak Alya untuk sekedar duduk-duduk di taman, tapi dengan alasan dingin dan lebih nyaman bergelung di dalam selimut, akhirnya Cahaya pergi sendiri.
Perlahan Cahaya berjalan meninggalkan area taman, sesekali kepalanya mengangguk saat berpapasan dengan penghuni apartemen yang lain. Lantai dua di mana unitnya berada menjadi tujuannya sekarang. Hawa dingin yang menggigit mulai membuatnya kebas. Hidungnya mulai berair, tanda dia sudah tidak kuat melawan udara dingin. sebenarnya Cahaya alergi dingin, tapi karena penasaran dengan salju, maka dia nekad.
Tiba di depan unit apartemennya, Cahaya langsung menekan bel yang berada di sebelah kiri pintu.
"Ya?" terdengar seseorang bertanya dari dalam unit apartemen Cahaya.
"Aku, Al!"
Tak lama pintu terbuka dan wajah manis tersembul dari sana.
"Aduh, Neng, udah main dingin-dinginnya?" tanya Alya yang kemudian berbalik masuk kembali ke dalam.
Cahaya melepas sepatu yang dipakainya dan meletakkannya di rak samping pintu. Jaket yang sedari tadi memeluk tubuhnya dibuka, hawa hangat dari pemanas ruangan langsung menyambutnya. Cahaya duduk melantai di samping Alya, yang tampak nyaman dalam balutan selimut tebal di depan TV yang menyala.
Dalam ruangan itu hanya ada TV berukuran dua puluh satu inch, menyatu dengan dapur. Satu buah kulkas dua pintu, kompor gas, dan rak jemuran. Di belakang ada balkon untuk menjemur pakaian dan mesin cuci.
Kamar mereka hanya ada selembar kasur lantai, selimut tebal, dan lemari plastik berukuran satu meter. Tapi itu semua sudah lebih dari cukup, membuat Cahaya dan Alya nyaman dalam dua minggu ini.
"Ya, unit sebelah ada yang ngisi. Tampaknya kerja di tempat kita juga sih, soalnya yang nganter Kim Oppa. Tapi sepertinya bukan dari Indonesia." kata Alya memulai pembicaraan.
"Kamu tahu dari mana?"
"Tadi pas aku keluar buang sampah ke bawah, papasan sama aku pas mau naik. Ngomongnya pake bahasa Inggris."
"Kamu ngga nanya sama Oppa?"
"Ngga, aku malu, soalnya bawa plastik sampah."
"Terus Oppa ngga ngomong apa-apa?"
"Dia cuma ngangguk aja sama senyum. Duh, aku meleleh dikasih senyum sama dia."
"Sama Oppa?"
"Ish, bukan sama orang yang sama Oppa, ganteng banget, Ya, mirip artis India. Kalau kamu lihat pasti klepek-klepek!" terang Alya antusias.
"Kirain disenyumin sama Oppa kamu jadi meleleh." Alya langsung terkekeh. Ya, Alya diam-diam menyukai sosok yang dijumpainya pertama kali setelah landing. Seseorang yang diberi tugas oleh perusahaan, untuk menjemput dan bertanggung jawab pada karyawan magang.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Watilaras
aku dah fav and like
2021-09-20
2
....
mulai bca kak Cahaya ma Alya klo ketemu bang duren tolong salamin yak 😅😅🙊🙊
2021-07-11
0
Ira Wati
saya like y kak.. blm smpt bca
2021-03-01
0