Tiga

Ting tong...

Suara bel menghentikan percakapan kedua gadis itu, Alya menatap ke arah Cahaya dan mengkode agar Cahaya membuka pintu.

"Kamu yang buka, Ya!"

"Kamu aja, Al."

"Ish, aku lagi nyaman nih. Kamu aja." sahut Alya, sambil membelit badannya dengan selimut.

"Yakin kamu, mau gitu aja pas ada yang datang?" Alya mengangguk tegas.

Dengan malas Cahaya bangun dari duduknya dan bergerak mendekat ke arah pintu.

"Ye? Nugu-seyo?" (Ya, siapa?) tanya Cahaya pada orang yang ada di balik pintu.

"Kim Oppa." sahut seseorang dari luar.

"Sebentar, Oppa!"

Cahaya langsung membuka pintu. Seorang pemuda tampan tersenyum setelah pintu terbuka dengan lebar. Kim Young Jin, atasan sekaligus orang yang diberi tugas oleh perusahaan, untuk bertanggung jawab pada karyawan magang. Tatapan keduanya bertemu. Ada gelenyar nyaman dalam hati Cahaya saat mata mereka beradu. Dari tatapan itu, bisa Cahaya lihat ada sesuatu yang beda dari pandangan Kim, bolehkah dia merasa kalau Kim menyukainya?

"Oppa, silahkan masuk!" sapa Cahaya melepas kecanggungan di antara mereka, setelah beberapa saat hanya saling menatap di ambang pintu.

"Oh, ya, lagi apa?" tanya Kim dengan logat bicara yang sedikit aneh terdengar.

Kim yang blasteran Indonesia-Korea, memang fasih berbahasa Indonesia. Hal itu juga yang membuatnya mendapat tugas mendampingi para karyawan magang. Sikapnya yang ramah membuat Cahaya dan Alya merasa nyaman untuk bertanya soal apapun.

"Tidak ada, hanya sedang menonton TV saja." Cahaya membalikan badan dan kembali duduk melantai di tempatnya tadi. Sedang Alya langsung ke kamarnya, menyimpan selimut yang sedari tadi dipakainya.

"Tadi dari mana?" tanya Kim setelah duduk tidak jauh dari Cahaya.

"Oppa tau saya keluar?"

"Ya, tadi waktu saya datang, saya lihat kamu di taman. Tidak dingin kah?"

"Oh, dingin. Cuman penasaran saja dengan salju, Oppa." jawab Cahaya sambil tersenyum malu.

Kim tersenyum penuh arti pada Cahaya, gadis di depannya ini semakin membuatnya tertarik. Ya, tanpa Cahaya sadari Kim menyukainya lebih dari sekedar atasan pada bawahannya.

Alya keluar dari kamarnya, langsung duduk di samping Cahaya. Wajahnya terlihat lebih segar, mungkin karena sapuan make-up tipis yang disapukan di wajahnya.

"Oppa, tadi siapa?" tanya Alya setelah nyaman dengan posisi duduknya.

"Karyawan baru, nanti kerja bareng kalian. Oh, tidak. Di Osan Dijitech bareng sama Cahaya satu orang, di Namsa Capasitor satu orang bareng Alya."

"Orang mana, Oppa?"

"Indonesia."

"Indonesia? Tapi tadi saya dengar bicaranya pake bahasa Inggris." sambung Alya dengan heran. Sedang Cahaya memilih jadi pendengar, dengan sesekali tertunduk saat matanya kembali bersirobok dengan mata Kim. Gelenyar itu semakin terasa saat Kim menatapnya lembut. Benarkah dia sudah bisa melupakan luka hatinya? Hingga rasa yang pernah dimiliki saat Yusuf menatapnya, kini dia rasa saat Kim memandangnya.

"Sepertinya yang bicara pake bahasa inggris bukan dari Indonesia?"

"Itu Raja, manager pemasaran dari Indonesia. Dia ada darah Pakistan, jadi mungkin tidak seperti orang Indonesia, padahal asli orang Bandung sama seperti Mama saya. Raja sudah beberapa kali datang ke Korea, karena tugas dari perusahaan. Kami sudah seperti saudara, best friend juga. Kenapa? Alya suka dengan Raja?" terang Kim yang diakhiri dengan kekehan.

"Ih, tidak, Oppa. Aya tuh yang suka sama pria yang mirip-mirip dengan aktor India." Alya menggerak-gerakan tangannya sambil terkekeh.

Wajah Kim berubah tak nyaman, saat mendengar kalau Cahaya mengidolakan pria dengan wajah aktor India. Ditatapnya gadis yang kini tengah menepuk pelan tangan Alya sambil tersipu.

Jangan sampai kamu menyukai Raja, Ya! Pandang aku!

Seakan mendengar suara hati Kim, Cahaya langsung memandang Kim yang menatapnya sedikit tajam.

"Bohong, Oppa, saya hanya suka dengan film India." kata Cahaya yang membuat Kim menghembuskan napas lega perlahan. Tatapan matanya kembali lembut, dan itu sangat disadari oleh Cahaya.

Ada apa dengan Kim? Tadi sepertinya dia merasa lega setelah aku menjelaskan.

"Nanti kita kenalan dengan mereka ya? Ada Andri dan juga Adrian. Mungkin sebentar lagi mereka kemari."

Ting tong...

"Itu pasti mereka!" Kim langsung bangun dan menuju pintu.

"Kim." suara tegas namun berwibawa, terdengar saat pintu sudah terbuka.

"Raja, masuk! Andri, Adrian. Ayo kenalan dengan para gadis." canda Kim yang disambut senyum dari ketiga orang lelaki yang ada di depan pintu.

Cahaya dan Alya yang sudah berdiri, langsung tersenyum pada para lelaki yang kini melangkah masuk mengikuti Kim.

Mata Cahaya terpaku pada seseorang yang berwajah Pakistan. Tinggi, putih, dengan hidung mancung, dan mata besar khas wajah orang Asia Selatan.

Pasti itu yang namanya Raja.

Guman hati Cahaya. Sedangkan Pria yang tengah menjadi pusat perhatiannya itu pun, menatapnya balik dengan intens.

Alya menyenggol lengan Cahaya pelan, membuat Cahaya mengerjap dan memalingkan muka ke arah Alya.

"Ganteng kan?!" bisik Alya sambil menaik turunkan alisnya menggoda Cahaya.

"Berisik, Al! Malu kalau sampai dia dengar."

"Udah sikat aja, dia juga lihatin kamu terus. Move on, Ya!" lanjut Alya semakin menggoda Cahaya. Alya tahu dengan pasti cerita cinta Cahaya yang kandas.

"Ish!"

"Alya, Aya. Kenalkan!" suara Kim menginterupsi adegan bisik-bisik kedua gadis itu.

Raja langsung mengulurkan tangan pada Cahaya, sementara tatapan matanya sangat tajam menatap. Senyum menghiasi bibir tebal namun seksinya.

"Kenalkan. Rajendra. Panggil saja Raja." sapanya dengan sopan.

Cahaya langsung menerima uluran tangan, yang terasa sangat halus untuk seorang lelaki.

"Cahaya. Panggil Aya saja." balasnya dengan senyum, yang membuat lesung pipi di kedua pipinya terlihat jelas.

"Cantik!" kata Raja spontan.

"Apa?"

"Maaf. Tidak apa-apa." Raja menggerakan tangan yang kini masih berpegangan erat dengan Cahaya.

Raja sedikit malu karena refleks mengatakan hal itu, namun Cahaya dengan jelas mendengar apa yang Raja katakan tadi.

"Aku ngga diajak kenalan nih?" goda Alya yang membuat Cahaya melepaskan tangannya, yang masih dalam genggaman tangan besar namun hangat milik Raja.

Raja tersenyum dan kembali mengulurkan tangan pada Alya. Diikuti oleh kedua orang yang turut bersamanya. Andri dan Adrian.

Tak ada yang menyadari tatapan tak suka dari Kim, saat melihat adegan perkenalan Cahaya dengan Raja. Dengan jelas Kim melihat ketertarikan Raja pada Cahaya. Apalagi saat tangan mereka bersentuhan dengan waktu yang cukup lama. Kalau saja dia mampu, ingin rasanya dia melepaskan genggaman tangan itu.

Dalam hati, Kim tak rela bila saja Cahaya tertarik pada Raja. Andai dia bisa mengungkapkan rasa yang tengah tumbuh di hatinya, sejak pertama kali dia melihat Cahaya di pintu kedatangan bandara Gimpo Internasional Airport, mungkin gelisah dan rasa takut ini tak pernah dirasakan.

Perasaan takut kalau Cahaya akan tertarik pada seorang Raja, yang mempunyai wajah yang sangat rupawan. Tapi dia tak kan menyerah sebelum berjuang.

TBC

Terpopuler

Comments

Ira Wati

Ira Wati

sya disini y thor

2021-03-01

0

Retina Bocahe Klinthink

Retina Bocahe Klinthink

orang korea klo asli cakep beningnya bikin g pengen kedip...kalo blesteran pakistan indo manisnya bikin diabet gmn mau bucin ma siapa lho? next dulu?ok🤭🤭🤭🤭

2021-02-20

0

Candy Tohru

Candy Tohru

aku di sini juga, Thor 👋👋👋

2021-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!