Aldrich tak menjawab pertanyaan Gwen. Bocah itu justru menangis semakin kencang dan memeluk leher mama tirinya dengan erat. Dia baru saja bermimpi buruk, diperlakukan kasar dan dibuang oleh orang tuanya. Pada alam bawah sadarnya, ia ketakutan karena harus hidup sendiri.
Gwen yang tak mendapatkan jawaban pun semakin bingung. “Aldrich haus? Mau susu? Mama buatkan, ya?” tawarnya.
“Mommy galak, mommy jahat,” celoteh Aldrich terdengar tak jelas karena diiringi sesegukan.
Gwen memang bukan orang tua kandung Aldrich. Tapi dia tetaplah seorang ibu. Hatinya merasakan denyutan nyeri melihat anak tirinya yang seperti sangat sedih, bahkan terbawa hingga ke mimpi. “Lihatlah Alcie, kau menorehkan luka yang dalam pada putramu sendiri. Bagaimana bisa ada ibu sekejam kau,” gumamnya sangat lirih.
Gwen mencoba untuk memberikan ketenangan pada anak tirinya, membawa tubuh mungil tersebut untuk dia pangku. Membalas dengan pelukan erat agar Aldrich tahu bahwa dia sangat sayang kepada bocah berusia dua tahun itu. Tak perlu banyak berkata, cukup sebuah tindakan nyata bisa membuat Aldrich berhenti menangis tapi masih tetap meninggalkan sesegukan.
Pintu ruangan itu dibuka dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang nyaring di gendang telinga Gwen. Sontak dia menatap ke arah sumber suara. Dan manajernya sudah berdiri dengan kedua tangan berkacak pinggang.
“Enak sekali hidupmu! Waktunya kerja malah duduk santai di sini! Sudah bosan?!” Manajer bernama Mrs. Mollay itu berbicara dengan ketus dan sangat sinis.
“Maafkan aku Mrs. Mollay, anakku menangis. Aku harus menenangkannya terlebih dahulu,” balas Gwen terlihat sangat menyesal.
“Sudah ku katakan, jangan sampai anakmu mengurangi kinerjamu! Bahkan bocah itu sampai berani masuk ke area restoran dan menangis di sana, mengganggu kenyamanan para pengunjung!” Mrs. Mollay seolah belum puas mengomel. Urat lehernya bahkan sampai terlihat.
Gwen berdiri dari duduknya, masih menggendong Aldrich. Dia membungkuk seraya mengucapkan kata maaf berkali-kali. Karena memang dirinya salah, sehingga tak akan membantah. “Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki kekuranganku,” pintanya.
Mrs. Mollay menarik sebelah sudut bibirnya sinis. Tangannya melipat di dada. “Kesempatan, katamu?” Kakinya kian mendekat maju ke arah Gwen. Menyentuh dagu karyawannya agar menatapnya.
Kedua wanita yang umurnya tak jauh beda itu saling memandang satu sama lain. Mrs. Molay menyentak tangannya hingga kepala Gwen menengok ke sebelah kiri.
“Ck, ck, ck, ada karyawan yang tak tahu diri seperti dirimu?” Mrs. Molay memutari tubuh Gwen dan memelototi Aldrich.
Membuat bocah kecil itu semakin ketakutan dan mengeratkan pelukan di leher Gwen. “Atut, hantu,” bisiknya di telinga Gwen.
“Tolong jangan menakutinya,” pinta Gwen. “Urusanmu dengan aku, bukan anakku,” imbuhnya, berharap manajernya bisa berhenti memelototi Aldrich.
“Siapa bilang aku tak ada urusan dengannya?” Mrs. Mollay kembali berhadapan dengan Gwen, berdiri dengan angkuh. “Kau harus tahu, aku sudah mengamatimu hari ini. Dan kau melakukan tiga kesalahan dalam waktu kurang dari satu jam!”
Gwen menaikkan sebelah alisnya bingung. “Tiga? Hanya satu, kenapa kau melebih-lebihkan,” protesnya.
“Heh, kau pikir mataku buta? Kau pikir aku tak bisa menghitung?” Mrs. Mollay menoyor kepala Gwen.
Dan ditepis oleh ibu beranak satu itu. “Di sini ada anak kecil, tolong jangan memberikan contoh yang buruk padanya,” pintanya. “Coba kau sebutkan jika memang kesalahanku ada tiga,” tantangnya kemudian.
Mrs. Mollay tertawa sinis dengan karyawan yang bertugas sebagai pelayan itu. Berani sekali melawan seorang manajer seperti dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ney Maniez
😡😡😡
2023-12-10
0
imblue E
menejer ga ada pri ibuannya
2022-09-24
0
PeQueena
wkwkwk..cb dia jd managerku sdh pasti tak beraturan dn tak berbentuk lagi mulutnya... 😤
2022-05-15
3