“Mau naik mobil.” Aldrich menjawab pertanyaan Danzel seraya menunjuk kendaraan roda empat yang terparkir di tepi jalan.
Tentu saja hal itu membuat senyum Danzel mengembang. “Ayo, ikut uncle ke sana,” ajaknya dengan merentangkan tangan hendak menggendong Aldrich.
“Tidak perlu, Tuan Danzel. Aku tak ingin merepotkanmu.” Gwen masih tetap dengan pendiriannya menolak.
“Tidak, aku tak merasa direpotkan. Justru aku malah senang jika bisa mengantarkan kalian.” Danzel terus meyakinkan Gwen.
“Mobil ... mobil ... mobil.” Aldrich memberontak meminta naik kendaraan roda empat milik Danzel.
“Oke, Aldrich, uncle akan mengabulkan permintaanmu.” Danzel pun mengambil alih bocah kecil berusia dua tahun itu. Ia mengelus punggung Gwen dengan lembut. “Sudah, jangan merasa tak enak. Lagi pula aku masih harus bertanggung jawab dengan putrimu, mengantarkan sampai tempat tinggalnya.”
Danzel pun menggandeng Selena juga menuju mobilnya. Dia membukakan pintu belakang untuk dua bocah itu duduk. Sehingga mau tak mau, Gwen pun harus masuk ke dalam kendaraan tersebut.
“Kenapa kau duduk di belakang juga?” tanya Danzel setelah mendaratkan pantatnya di kursi kemudi dan melihat tak ada siapapun di sampingnya.
“Siapa yang menjaga mereka jika aku duduk di depan?” Gwen justru balik mengajukan pertanyaan.
“Ada seatbelt,” balas Danzel seraya menunjuk pengaman di mobil canggih keluaran terbaru. “Tapi kalau kau ingin duduk di sana juga tak masalah. Aku akan menjadi supir yang baik mengantarkan kalian hingga selamat sampai tujuan,” selorohnya kemudian.
Gwen merasa tak enak hati, karena merasa sudah menumpang tapi tak tahu diri duduk di belakang seperti seorang majikan saja. “Maaf, aku akan pindah.”
Sebelum turun dan berpindah ke kursi di samping Danzel, Gwen berpesan pada Selena untuk menjaga Aldrich.
Dan kendaraan roda empat itu pun melaju dengan kecepatan pelan. Rasanya Danzel tak ingin kebersamaan mereka cepat berakhir.
“Apakah kalian sudah makan?” tanya Danzel basa-basi.
“Belum,” jawab Gwen jujur.
“Bagaimana kalau kita mampir ke restoran dulu? Aku juga belom mengisi perutku,” ajak Danzel.
“Tidak perlu, kami terbiasa makan di rumah,” tolak Gwen. “Jika kau lapar, bisa ikut makan malam bersama kami,” ajaknya sebagai bentuk ucapan terima kasih.
“Benarkah? Apakah aku boleh mampir ke tempat tinggalmu?” Danzel memastikan sekali lagi dengan matanya yang memancarkan binar bahagia.
“Tentu saja, asalkan kau bukan orang jahat,” kelakar Gwen.
“Aku seratus persen berjiwa mulia seperti ksatria,” seloroh Danzel penuh semangat.
Membuat Gwen terkekeh lucu dengan pria tersebut.
Sepuluh menit pun mereka habiskan di dalam kendaraan. Danzel selalu mengajak Gwen berbicara karena ia merasa nyaman saat mendengar suara wanita itu yang begitu halus di telinganya. Dan Gwen juga membalas dengan senang hati tanpa beban karena obrolan yang dilontarkan oleh Danzel hanyalah seputar barang atau tempat yang baru saja pria itu lihat di sepanjang jalan.
Walaupun percakapan Danzel tergolong tak penting karena Gwen bisa melihat jika pria itu sepertinya hanya memecah kecanggungan di sana, tapi Gwen tetap saja menghargai.
“Biar aku yang menggendongnya.” Danzel menawarkan diri untuk membawa Aldrich. Sebelum dijawab, tubuh mungil itu sudah berada di rengkuhannya.
Keempat orang itu pun berjalan menuju unit apartemen yang disewa oleh Gwen. Jika orang lain yang tak mengenal, pasti tahunya mereka adalah keluarga harmonis yang didambakan banyak orang.
“Maaf, tempat tinggalku hanya kecil,” ujar Gwen setelah keempatnya masuk ke dalam ruangan seluas tiga puluh enam meter persegi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ney Maniez
lngsng di undng
2023-12-08
0
Nurie
sedih baca danzel skrg krn inget kidahnya dulu..mana mama papanya jg baik bget
2023-05-19
0
Euis Damayanti
papa danzel SM mama Gwen sama2 baik dan lembut hatinya 😍
2022-09-09
0