“Kau di mana?! Alcie sudah menunggumu di restoran sejak satu jam yang lalu, jangan mempermalukan mommy, Danzel!”
Baru juga diangkat panggilan telepon itu, Danzel langsung mendapatkan omelan dari Mommy Megan. “Iya, Mom. Ini sedang di jalan, tadi ada keperluan mendesak,” jelasnya.
“Bagus, jangan meninggalkan dia seperti wanita yang lainnya,” pinta Mommy Megan.
“Hm ....” Danzel malas menanggapi permintaan mommynya. Sikapnya nanti tergantung bagaimana orang yang akan dia temui.
Panggilan pun diputus oleh Mommy Megan. Danzel langsung melirik ke arah Selena yang ternyata sedari tadi memperhatikan percakapannya.
“Jangan ditiru, ya. Berbicara dengan berteriak itu tak bagus. Selain membuang banyak tenaga, itu juga tak sopan. Jika bisa lembut, untuk apa menggunakan emosi.”
Danzel berusaha menasehati Selena. Walaupun bukan anaknya, tapi ia akan merasa bersalah jika perbuatan mommynya yang berteriak padanya akan ditiru anak kecil yang saat ini berada di dalam mobilnya.
Anak seumuran Selena masih butuh pengarahan dari orang yang lebih tua agar tak terjerumus pada suatu hal yang salah.
Danzel memberikan usapan lembut pada puncak kepala Selena layaknya seorang ayah. “Kita ke restoran sebentar, ya? Uncle ada janji bertemu orang, sekaligus kau bisa makan juga di sana.”
“Tidak perlu, nanti mama mencariku jika pulang terlalu larut,” tolak Selena. “Turunkan aku saja di sini, uncle,” pintanya kemudian.
Danzel melihat GPS yang ditunjukkan pada layar mobilnya. Jarak restoran yang akan dia tuju lebih dekat dengan lokasinya saat ini dibandingkan apartemen tempat tinggal Selena.
“Kau hapal nomor telepon mamamu?” tanya Danzel.
“Tidak,” balas Selena dengan menggelengkan kepalanya.
Danzel menghela napasnya. “Lain kali, kau harus hapal nomor orang terdekatmu agar bisa menghubungi mereka disaat genting ataupun membutuhkan bantuan,” nasihatnya lagi.
Pria itu tak memiliki hubungan darah dengan Selena, tapi sudah menasehati berkali-kali seperti orang tua bocah itu saja.
“Ya, uncle.”
“Oke, sekarang kita ke tempat yang akan aku tuju terlebih dahulu, ya? Nanti kalau sampai apartemenmu, aku akan bantu menjelaskan pada mamamu.” Danzel berusaha membujuk Selena agar mau ikut bersamanya. Ia begitu lembut dalam bertutur kata.
“Baik, uncle.”
Kendaraan roda empat itu pun melaju dengan kecepatan sedang. Sepuluh menit saja Danzel sudah sampai di gedung yang mewah bertuliskan Kappeli.
“Ayo, turun. Tinggalkan saja tasmu di sini,” ajak Danzel. Ia hendak membukakan pintu untuk Selena, tapi bocah itu sudah keluar sendiri.
Tangan Danzel menggandeng Selena layaknya pasangan ayah dan anak. Keduanya masuk ke dalam restoran.
Danzel menyapu seluruh ruangan, mencari seorang wanita bernama Alcie Glee. Ia memandangi ponselnya yang memperlihatkan foto wanita itu untuk memastikan orang yang akan dia hampiri benar atau tidak. Dan kaki itu mengayun ke arah meja yang berada di dekat dinding kaca.
“Maaf, terlambat. Aku harus mengurus sesuatu,” ujar Danzel. Membuat Alcie mendongak dengan wajah yang berbinar.
Sedangkan Danzel justru terkejut melihat wajah wanita yang menjadi teman kencannya. ‘Kenapa wajahnya seperti baru saja ditonjok orang,’ gumamnya dalam hati.
Alcie menggunakan blush on yang begitu merona ditambah lipstik merah menyala. Tapi Danzel mencoba diam tak menghina wanita tersebut karena tak ingin melukai hati orang lain.
“Tak apa, aku juga baru menunggu sebentar.” Alcie mencoba untuk tak menunjukkan rasa kesal. Dia harus terlihat baik di hadapan Danzel yang langsung membuatnya terpesona pada pandangan pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ney Maniez
ondel2🤭🤭
2023-12-08
0
*k🎧ki€*
😂😂😂
2023-04-26
2
Diana Dwiari
🤣🤣🤣🤣🤣terlalu.menor ya
2023-02-07
2