Gwen pun membawa Aldrich ke sebuah ruangan khusus untuk mengganti pakaian kerja para karyawan. Di sana ada sebuah kursi yang keras. Gwen mencari kain seadanya untuk melapisi tempat itu dan merebahkan anak tirinya.
“Tidur seadanya dulu, ya, Aldirch. Mama tak bisa memberimu tempat yang nyaman di sini. Tidur yang nyenyak.” Gwen memberikan kecupan di kening mungil tersebut sebelum meninggalkan anak tirinya sendirian.
Gwen mengganti pakaian dengan baju restoran, mengikat rambunya agar tak rontok ke makanan yang akan dia sajikan. Setiap hari, tempatnya bekerja tak pernah sepi pengunjung. Bahkan dari buka pun sudah ada yang mengantri. Mungkin karena legendaris sehingga banyak orang yang suka dengan cita rasa masakan di sana.
“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Gwen ketika ada seorang pria di meja terujung yang melambaikan tangan memanggil dirinya. Dengan sigap ia datang dan berbicara dengan ramah kepada orang tersebut.
“Mau tambah steak satu, tapi request pakai hot plate.”
“Baik, ada lagi tambahan yang lain?”
“Tidak.”
“Baik, mohon tunggu sebentar.” Gwen membungkukkan badannya dan berlalu menuju dapur untuk memberitahukan pesanan pelanggan yang baru saja dia layani.
Setelah sepuluh menit menunggu, pesanan pun jadi. Koki yang memasak menyerahkan pada Gwen. Namun suara tangisan seorang anak yang cukup keras hingga sampai ke gendang telinganya membuat dia tak fokus dan lengan putih nan mulusnya yang terekspose pun terkena pinggiran besi yang masih panas dari alat makan yang direquest oleh pelanggan tadi.
“Aw ...,” rintih Gwen saat merasakan panas membakar kulitnya. Reflek dia menjauhkan tangannya, karena terkejut membuat dia hendak menjatuhkan hidangan yang masih dibawa oleh rekannya. Tangan satunya yang tak terkena besi panas itu pun langsung memegang bagian hot plate tersebut agar tak jadi jatuh. Dan alhasil, lengan kirinya terluka, dan telapak kanannya juga sama. “Sorry,” sesalnya merasa bersalah.
“Kau baik-baik saja?” Rekan kerja Gwen bukan memarahi kelalaian wanita itu. Dia justru menunjukkan kepedulian sesama karyawan di sana.
“Ya, tapi hidangannya jadi tidak higienis lagi.”
“Tak apa, aku bisa membuat lagi.”
“Maaf sudah membuat kekacauan dan merepotkanmu.”
“It’s okay, kau harus segera mengobati lukamu sebelum dia melepuh. Aku tahu besi tadi sangat panas karena baru saja aku angkat dari pemanggang.”
Gwen menatap dengan perasaan sungkan. Ia tak enak hati sudah menyusahkan rekannya. Tapi pikirannya tadi juga terbagi dua dengan suara tangisan Aldrich yang sekarang sudah tak terdengar lagi.
Gwen tak langsung mengobati lukanya seperti yang disarankan oleh rekannya. Sebab, manajernya yang mengawasi dari balik kaca ruangan khusus jabatan manajerial restoran di sana, tengah memandangnya dengan tatapan yang begitu tajam.
Wanita keibuan itu segera membawakan pesanan ke meja pelanggan. Meletakkan hot plate di depan orang yang terlihat sudah sangat lapar itu. “Maaf, karena harus menunggu lama.”
“Tak apa.”
“Mama ... mama ... mama ....” Suara tangisan Aldrich menggema di area restoran itu.
Membuat seluruh pelanggan yang tengah menikmati hidangan pun menengok ke bocah kecil yang berlari ke arah Gwen.
Gwen segera menggendong anak tirinya dan meminta maaf pada seluruh pelanggan di sana karena sudah mengganggu ketenangan mereka. Ia membawa Aldrich ke dalam area khusus karyawan.
“Aldrich, kenapa menangis?” tanya Gwen dengan lembut seraya mengusap puncak kepala bocah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ney Maniez
🥺🥺🥺🥺
2023-12-10
0
imblue E
gwen baekkkkkk bangeeet
2022-09-24
1
PeQueena
oh ...aldrich tak bisa berkompromi
2022-05-15
3