Danzel langsung mengajak Selena untuk keluar. Dia tak memperdulikan reaksi Alcie yang terlihat kesal karena dia tinggalkan sebelum saling mengenal satu sama lain.
Begitulah Danzel jika tak suka maka akan dia tinggalkan tanpa basa-basi. Pria itu langsung menilai Alcie bukanlah orang yang tepat untuk menjadi pasangannya.
“Apakah kau lapar?” tanya Danzel pada Selena yang kini keduanya sudah berada di dalam mobil.
Selena menggeleng lemah tanpa mengeluarkan suara. Ia terlihat masih ketakutan. Tentu saja karena Alcie tahu rumahnya dan dia khawatir akan dilabrak di apartemen.
“Kita makan dulu, oke? Kau tanggung jawabku hari ini,” ajak Danzel. Ia melirik sepintas ke arah bocah kecil di sampingnya ketika berhenti di lampu merah.
“Kenapa kau sangat ketakutan melihat wanita yang ku temui tadi? Apakah dia menyeramkan?”
Pertanyaan Danzel dijawab anggukan kepala oleh Selena. Tentu saja hal tersebut membuat pria muda berkharisma itu terkekeh seraya mengelus rambut halus yang dikepang satu.
“Jangan takut, nanti uncle basmi dia seperti serangga,” kelakar Danzel memberikan candaan agar Selena tak menundukkan kepala terus.
Kendaraan roda empat itu pun melaju. Danzel lagi-lagi memberikan nasihat pada Selena. “Dengar, jangan pernah memperlihatkan rasa takutmu pada orang lain, karena mereka akan semakin menindasmu jika tahu kelemahanmu. Maka, beranilah dan mulai sekarang tegakkan pandanganmu.”
“Baik, uncle.” Selena tak lagi menundukkan kepalanya. Ia melihat lurus ke jalan.
“Good girl, pasti orang tuamu bangga memiliki anak sepertimu,” puji Danzel seraya memberikan acungan jempol dari tangan kanannya. “Kau mau makan di mana?” tanyanya kemudian.
“Tidak, uncle. Aku mau langsung pulang saja. Pasti mamaku sudah bingung mencariku, dan aku ingin makan bersama orang tuaku saja,” tolak Selena secara halus.
“Baiklah kalau itu maumu.”
Danzel pun menahan laparnya, padahal dia sengaja mengajak Selena untuk makan di luar karena cacing perutnya sudah berdemo. Tapi yasudahlah, dia tak mau memaksa juga.
“Uncle, tolong berhenti, itu mamaku,” pinta Selena sembari menunjuk seorang wanita dewasa yang tengah berjalan dengan menggendong anak kecil.
Danzel tak mau mengerem mendadak yang tentunya akan mengakibatkan pengendara lain terkejut atau bahkan bisa terjadi kecelakaan dan merugikan orang lain. Dia menghidupkan lampu sein dan setelah dirasa aman, dia baru menepi.
Selena langsung membuka seatbelt dan keluar tanpa menunggu Danzel. “Mama ...,” teriaknya berlari menuju Gwen.
“Selena?” Gwen merendahkan tubuhnya untuk berjongkok. Dia memeluk putrinya dengan perasaan lega. “Kau dari mana saja, nak? Mama mencarimu sedari tadi.”
Gwen tak memarahi putrinya walaupun sudah membuatnya khawatir. Ia justru memperlihatkan betapa sayang dan takutnya jika kehilangan buah hatinya meskipun tidak bersama orang yang dia cintai. Ya, pernikahannya dahulu adalah desakan dari keegoisan orang taunya.
“Sepulang sekolah aku jualan cokelat untuk membantu mama membayar sewa apartemen, lalu bertemu dengan uncle yang baik hati membeli semua cokelatku,” jawab Selena menceritakan semuanya dengan jujur.
Bocah itu berani mengutarakan apa yang dia lakukan karena mamanya tak pernah marah. Biasanya hanya menasehati dengan lembut sehingga membuatnya sedikit terbuka dengan orang tuanya.
Gwen justru merasa bersalah karena belum bisa memberikan kehidupan yang layak seperti dahulu kepada putrinya. Ia memegang kedua pundak anak berusia sepuluh tahun itu dan menatap lekat manik cantik milik Selena.
“Tugasmu hanya sekolah, tak perlu mencari uang. Membayar sewa apartemen adalah tanggung jawabku sebagai orang tua,” nasihatnya sangat lembut agar mudah dipahami dan tidak melukai hati putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Nur Syamsi
😭😭😭😭 kasian kehidupannya thor
2025-02-04
0
salmah asri
🥲🥲🥲
2024-02-16
0
Ney Maniez
🥺🥺🥺🥺
2023-12-08
0