Wanita dewasa berparas cantik dengan rambut berwarna cokelat tengah masuk ke dalam apartemen sederhana yang dia sewa dan dibayar secara bulanan seharga tiga ratus euro.
Dia adalah Gwen, seorang wanita yang sudah melahirkan satu anak. Kini dia harus hidup dengan ekonomi yang tergolong rendah dibandingkan saat suaminya tidak terjerat kasus penggelapan dana dan pengedar narkotika.
Gwen baru saja pulang dari bekerja sebagai pelayan. Dia rela mengerjakan apa pun agar bisa menghidupi keluarganya, sembari terus berusaha mencari pekerjaan yang sesuai keterampilannya serta tidak terlalu menggunakan banyak tenaga, karena ia baru saja pulih dari patah tulang akibat kecelakaan yang terjadi hampir dua tahun silam.
“Kenapa Selena belum pulang?” gumam Gwen setelah ia mencari keberadaan putrinya di dalam hunian berukuran tiga puluh enam meter persegi itu.
Gwen pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi pihak sekolah tempat anaknya mengemban ilmu. Ini sudah sore, seharusnya putrinya berada di rumah.
“Semua murid sudah pulang sejak pukul dua siang, bus sekolah mengantarkan seperti biasanya,” jelas salah satu guru yang Gwen hubungi.
“Baik, terima kasih atas informasinya. Maaf sudah mengganggu waktu Anda,” balas Gwen. Penjelasan dari guru anaknya membuatnya justru khawatir dengan keberadaan putrinya yang biasanya sudah berada di apartemen ketika dia pulang.
Gwen tak jadi beristirahat. Ia hendak keluar mencari Selena tanpa mengganti pakaian bertuliskan nama restoran yang biasa digunakan untuk bekerja menjadi pelayan itu. Sebagai seorang ibu, dia tak mungkin berdiam diri ketika putrinya tak tahu di mana keberadaannya.
Ketika Gwen hendak meraih handle pintu, ponselnya berdering. Membuatnya mengurungkan niat membuka kayu bercat cokelat itu untuk mengangkat panggilan telepon.
“Ya, Ma?” sapa Gwen pada mertuanya.
“Kau sudah ada uangnya belum? Tiga hari lagi jatuh tempo pembayaran sewa apartemenku,” tanya Mama Esme, orang tua suaminya.
“Sedang aku usahakan, Ma. Doakan semoga pekerjaanku lancar,” balas Gwen.
“Ck! Dari kemarin jawabanmu seperti itu terus. Aku tak mau diusir dari sini. Mau tinggal di mana jika menjadi gelandangan?” protes Mama Esme.
“Tinggal di apartemen sewaku saja, kita bisa mengirit pengeluaran juga.”
“Dih! Tak mau aku tinggal di tempat sempit milikmu. Ingat, dua ribu euro harus ada dalam waktu tiga hari lagi.” Mama Esme menekankan nominal uangnya. Itu adalah biaya sewa setiap bulannya yang harus dibayar.
Gwen menghembuskan napasnya setelah panggilan diputus sepihak oleh mertuanya. Semenjak Sanchez masuk penjara, perusahaan harus gulung tikar akibat kecurangan yang pernah diperbuat oleh suaminya. Dialah yang kini menjadi tulang punggung. Mama dari suaminya tak membantu sedikit pun, justru bergantung padanya juga.
Mertua Gwen satu-satunya itu belum bisa meninggalkan kehidupan kelas atas. Sehingga memaksakan diri menyewa apartemen yang sangat bagus tanpa melihat kondisinya saat ini yang susah.
“Di mana aku dapatkan uang secepat itu? Tabunganku sudah ku gunakan untuk membayar sekolah Selena,” desah Gwen. Ia adalah sosok wanita yang peduli dan santun kepada orang tua, baik kandung maupun mertuanya. Sehingga tak pernah mengeluh di depan Mama Esme ketika dimintai uang. Dia akan berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya. Sebab ia yakin akan mendapatkan ganti yang mungkin tak akan terduga jika melakukan kebaikan dengan tulus.
Wanita itu kembali melanjutkan niatnya untuk mencari anaknya. Ia berhenti di ambang pintu ketika melihat seorang wanita dan anak kecil berusia dua tahun tengah berdiri di hadapannya.
“Ada apa kau kemari?” tanya Gwen pada orang tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ney Maniez
gk gtu jg kli Gwen... bntuin mah klo di perlukn,,, 🤦♀️🤦♀️
2023-12-08
1
Anonymous
Ca cuekin aja ga dosakan kalo dapet mertua yg ga tau diri gitu
2023-12-05
0
Ranita Rani
low q jd gwen mertua kyak gtu ya lsg tak gasak omongan,,, mertua gk tw malu
2023-11-04
2