Dan hari pernikahan itu pun tiba di sepanjang hari Rena harus selalu menampilkan senyuman terbaik yang dia punya selama di atas pelaminan, karena pria tampan yang berada tepat di samping Rena selalu berbisik mengancam dengan kata-kata yang sangat menakutkan
Sebagian besar para undangan yang hadir akan menyadari bahwa sang pengantin wanita berbeda dengan yang mereka ketahui, tetapi tak ada satu orang pun yang berani bertanya dan menyinggung keluarga Utama. Semua itu sudah pasti adanya karena Lia dan Dika memadu kasih sudah cukup lama
Satu persatu para undangan yang hadir akan naik ke atas pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan pengantin baru itu, walaupun mereka tak berani berkata apapun tetap saja tatapan mata mereka menandakan bahwa mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat. Hanya senyuman terbaik yang bisa Rena gunakan untuk menutupi rasa malu dari tatapan mata mereka
Akhirnya satu persatu para undangan pun mulai meninggalkan gedung itu, paman dan bibinya Rena juga segera berpamitan kepada keluarga Utama dan meninggalkan Rena seorang diri di ruang tunggu gedung mewah tersebut
Gaun pernikahan rancangan dari desainer ternama, gedung terbaik yang ada di kota ini, bahkan laki-laki yang telah menjadi rebutan para gadis di luar sana telah Rena miliki. Tetapi tidak sedikit pun Rena merasakan perasaan bahagia di dalam hatinya, bahkan dia sendiri tidak tau akankah dia sanggup untuk menjalani kehidupan yang akan dia lalui
"Dika sebaiknya sementara kamu pulang ke rumah mama dan papa dulu aja"
"Ga usah pah, aku mau bawa dia ke apartemen aku aja langsung. Karena aku harus mulai membalas semua kelakuan Lia" tersenyum jahat
Mendengar semua ucapan dari laki-laki yang kini telah menjadi suaminya tersebut membuat hati Rena benar-benar ketakutan, sedangkan sang kakek dari keluarga Utama merasa sedikit iba melihat Rena yang sudah berkaca-kaca sambil menundukkan kepalanya
"Ayo pulang Rio"
"Ya pah"
Sang kakek mulai bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah Rena
"Kamu harus kuat, kakek yakin suatu saat nanti kamu akan bahagia. Ini hadiah dari kakek, jaga baik-baik ini milik kamu" menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Rena
"Gunakan itu saat nanti kamu sudah menyerah nak"
"Kakek pulang dulu ya, jaga diri kamu baik-baik"
"Terima kasih kek"
Sang kakek pun mulai melangkahkan kakinya ke arah Dika dan menghentikan langkah kakinya di samping Dika
"Kamu tau yang namanya berlian biarpun tertutup lumpur akan tetap jadi berlian, dan yang namanya sampah walaupun kamu kasih pewangi tetap saja sampah. Jangan sampai kamu menyesal suatu saat nanti, karena sesuatu yang sudah rusak walaupun bisa di perbaiki tak akan pernah kembali seperti semula"
"Apa sih maksud kakek ngomong gitu ke aku? pake acara kasih dia hadiah segala"
"Ya kek"
Kedua orang tua Dika pun ikut menghampiri Rena lalu sang kepala keluarga memberikan Rena sebuah amplop coklat sebagai hadiah pernikahan dan sang nyonya besar langsung memeluk tubuh Rena dengan erat
"Saya titip Dika ya, dia memang keras kepala persis seperti papanya tapi saya ibu kandungnya jadi saya yakin dia anak yang baik"
"Ya tante" tersenyum
Sang nyonya besar pun melepaskan pelukannya sambil tersenyum
"Mulai sekarang kamu harus panggil saya mama"
"Ya" tersenyum canggung
"Kamu sekarang udah bukan seorang gadis lagi sekarang kamu udah jadi seorang istri jadi kamu harus memiliki hati yang kuat ya, selamat datang di keluarga kami"
"Makasih ya tante" tersenyum
"Aduh kenapa masih panggil tante? mulai sekarang kamu harus mulai biasain panggil mama ya" tersenyum dengan sangat tulus
Rena pun membalas dengan senyuman
"Mama seneng banget akhirnya mama bisa punya anak perempuan, pokoknya kalo kamu ada masalah apapun kamu bisa bilang ke mama ya. Kamu juga harus sabar ya ngadepin Dika"
"Ya tante"
"Loh kok masih tante sih?"
"Ya mah" tersenyum
"Mama pulang duluan ya"
"Apa akhirnya sekarang aku bisa punya mama lagi?"
"Ya mah"
Seluruh anggota keluarga Utama pun keluar dari ruangan tersebut dan hanya tersisa Rena dan Dika, beberapa para asisten sang penata rias mulai membantu Rena melepaskan segala atribut yang sedari tadi dia gunakan. Tak butuh waktu yang lama semua sudah terlepas dari tubuh Rena dan dia pun sudah berganti pakaian
"Cepet lah lama banget sih" dengan nada suara yang sinis
"Ya kak udah selesai kok"
Dika pun langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut dan Rena hanya bisa mengekor dari belakang tanpa banyak bersuara, Dika benar-benar membawa Rena kembali ke apartemennya
Sesampainya di sana Dika langsung menuju ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Rena masih setia duduk di ruang tamu karena dia sendiri tidak tau apa yang harus dia lakukan pada saat itu
Begitu keluar dari dalam kamar mandi Dika melempar handuk yang baru saja dia gunakan ke wajah Rena, dia pun mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rena
"Mandi sana yang bersih, karena malam ini saya akan mulai melakukan semua perhitungan" berbisik
Dalam sekejap rasa takut langsung menghampiri hati Rena bahkan dia merasakan seluruh tenaga yang dia miliki menghilang entah ke mana, Rena bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan di bawah guyuran shower Rena kembali meneteskan air matanya. Rena hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu lemah
Setelah puas menumpahkan segala beban di hatinya Rena pun memberanikan diri dan mulai keluar dari dalam kamar mandi, saat itu dia sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi. zdan ternyata Dika sudah mendudukkan tubuhnya di atas sofa
"Sini" melambaikan tangannya ke arah Rena
Dengan sisa keberanian yang ada Rena mengikuti perintah Dika
"Duduk" menatap tajam
Rena memilih mendudukkan tubuhnya di posisi terjauh dari Dika
"Baca" melemparkan sebuah amplop coklat ke atas meja
Dengan tangan yang bergetar hebat Rena mulai mengambil amplop coklat tersebut dan mulai membukanya, Rena pun mulai membaca lembar demi lembar surat-surat yang berada di dalam amplop coklat tersebut. Rena membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna karena terkejut sedari awal membaca semua itu
"Apa maksud dari ini semua?"
Ingin sekali rasanya Rena melemparkan kertas-kertas yang telah tersusun rapi tersebut ke arah Dika sambil memaki Dika dengan kata-kata yang hanya bisa dia pendam di dalam hatinya, surat itu adalah surat perjanjian pernikahan mereka yang telah di susun rapi oleh Dika dengan berbagai macam isi yang hanya merugikan pihak Rena. Senyuman kemenangan langsung menghiasi bibir Dika melihat ekspresi wajah Rena saat itu
"Suka atau tidak kamu harus melakukan apapun sesuai keinginan saya ke depannya nanti"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
syafridawati
like dan fav mampir
2022-03-18
0
niktut ugis
awas Dika nti jadi bumerang loh
2022-02-13
0
Ani Susiani
lanjut
2022-02-03
0