Dari balik pintu tersebut, muncul beberapa pasukan security, Stevan langsung menekan tombol menghilang. Security berlari menuju arah bagian utama Mall ini.
Diam-diam Stevan dengan pelan mengayuh sepeda itu, dan akhirnya berhasil keluar dari gedung itu.
"Kenapa dari tadi nggak dipakai jurus menghilangnya?" sungut Via.
"Soalnya tadi gue lupa, keasyikan nyoba-nyoba yang lain..." sepeda kembali ke mode otomatis menuju rumah sakit.
Dengan langkah berat, Via berjalan memasuki lorong, menuju ke area rawat inap. Ternyata malah dicegat security. Kenapa ketemu security terus sih gue? rutuknya dalam hati.
"Dek, mau kemana?"
"Ini saya disuruh Mama nganterin barang Pak..."
"Barang apa?" security melihat Via tidak membawa apa-apa.
"Tapi Mama saya udah nunggu lho Pak?"
"Bilang ke Mama kamu! Jam bezuk rumah sakit sudah ditutup. Masa iya menyuruh anak gadis mengantarkan perlengkapan tengah malam begini?"
"Tapi Pak, ini penting..." Via dengan wajah memohon.
"Tidak Dek, silahkan pulang dan ini sudah SOP di rumah sakit ini.."
"Tapi cuma sebentar Pak..."
Via menerobos masuk dan langsung berlari, diikuti oleh Stevan. Via berlari menuju arah kamar Deval.
...klik gambar di bawah...
"Heeiiiyy.. dilarang berlarian di koridor..." teriak perawat jaga.
Via dan Stevan masih berlari dan dikejar oleh security tadi.
"Hey...hey... dibilang jam bezuk udah ditutup.. Heeeyy... anak-anak nakal? Apa kalian tidak mendengar kata-kata orang tua?"
Akhirnya mereka sampai tepat di depan pintu kamar Deval. Buka tidak yaaa...
"Masuk aja.. masuk ke dalam aja... Bapak yang tadi masih ngejar..." bisik Stevan.
Akhirnya memutuskan untuk membuka pintu tersebut dan ketika gagang pintu hendak didorong, ternyata dari dalam juga ada yang menarik gagang pintu. Jadi lah Via jatuh dalam pangkuan Stevan, disaksikan Oleh Mama dan Deval yang belum tidur.
Deval tercenung melihat adegan tersebut. Via langsung memperbaiki posisi berdiri dan diikuti oleh Stevan.
"Via, kenapa tengah malam masih ke sini?" tanya Ibunya Deval.
"Eehh.. itu Tante... aku kehilangan kacamata, apa Tante lihatnya jatuh dalam kamar ini?"
Sejenak Ibu Deval berpikir, "Kayaknya tadi ngga ada Via, apa terjatuh di tempat lain? Kacamata apa kah gerangan? Sampai dijemput lagi tengah malam begini ke sini...?"
Deval masih melihat Via dan Stevan bergantian dengan dingin. Hatinya semakin terluka dan kecewa. Jadi Via memang sudah memiliki kekasih? Karena itu gue ditolak?
"Eeeiiitt... anak-anak bandel... Kalian bener-bener mau saya hukum tak masukin ke ruang mayat hah?"
"Ada apa ini Pak?" sela Ibunya Deval.
"Ini Bu, mereka sudah saya larang masuk, tapi tetap ngotot masuk sambil berlari-lari di koridor rumah sakit.."
"Ya udah Pak, nanti saya suruh mereka pulang. Tapi kami ada urusan, jadi Bapak boleh balik ke pos jaganya lagi..." ujar Ibunya Deval.
"Baik lah Bu, tapi mereka harus disuruh kembali ya Bu? Kalau tidak, nanti atasan akan memarahi saya dianggap tidak becus bekerja?"
"Iya..iya.."
"Jadi beneran nggak ada ya Tante?" langsung rona wajah Via berubah menjadi kuyu...
"Emang kacamata apa itu? Bagaimana kalau dibeli lagi saja?"
Via menggeleng, "Itu adalah benda paling berharga milikku Tante. Itu pemberian keluargaku..." ucap Via sedih.
"Sekarang kamu pulang dulu ya? Nanti bisa dicari lagi. Kamu harus sekolah besok bukan?"
Via mengangguk, "Baik lah Tante, kami pulang dulu..."
Menengok ke arah Deval yang terus memasang muka bete, "Val.. maaf ganggu istirahat Lo.. Gue pulang dulu..." Deval hanya membeku, tidak menyahut, dan tidak bergerak.
Stevan menengok ke arah Deval, dan tatapan benci Deval membuat Stevan tergidik, lalu Stevan pura-pura lihatin cicak.
Mereka meninggalkan tempat itu, dengan perasaan Deval yang semakin hancur. Merasa ditolak, dan ternyata sudah memiliki kekasih yang terlihat gagah dan hebat.
***
Pulang dari rumah sakit, Via memilih memanggil Dedi. Dia merasa sudah tidak kuat lagi untuk berakrobat menggunakan sepeda super itu. Mereka berdua duduk terkulai di atas bangku mobil yang ditata mirip kamar.
"Ada apa tadi Non? Kenapa kembali ke rumah sakit?" tanya Dedi sedikit khawatir.
"Tadi saya kehilangan sesuatu Ded, jadi saya mencarinya..." jawab Via lesu.
"Apa benda itu sudah ditemukan?" Via hanya menggeleng lesu.
"Eehhh... Vi... Lo coba ngomong baik-baik sama Mas Dedi itu?! Ini dipanggil kayak kawan mainnya aja. Mas Dedi ini lebih tua dari gue lho? coba ngomongnya lebih sopan lagi?!"
Tampak Dedi terkekeh Via kembali kena atur oleh Stevan. Sebenarnya dia juga merasa jengkel, saat Via memanggilnya dengan kurang sopan. Tapi apalah daya, dia itu adalah anak dari orang yang telah menggaji nya dengan nilai dolar yang tinggi. Terpaksa dia hanya bisa tersenyum getir menerima perlakuan Via.
"Laaahh.. orangnya sendiri ngga protes kok? Kenapa Aa yang sewot?"
"Mas... Mas... apa benar ngga apa kalau dia memanggil dengan tidak sopan begitu?"
"Kalau bisa yaa yang sopan ya Non. Saya ini sudah lebih dari 30an, tepatnya sudah 35 tahun, dan Saya ini sudah punya anak dua orang..."
"What? jadi Dedi udah setua itu?" ucap Via kaget.
"Mas...!" sela Stevan.
"Om... seharusnya Via manggil saya Om..." celetuk Dedi.
"Nah.. tuh... dah dikasih Value...disuruh panggil Om..."
"Iye...iye... Maaf ya Om..." celetuk Via..
Dedi hanya tersenyum dan terus mengemudi dengan baik menuju kostan Via.
"Aaaarrrgghhttt...." Via mengatupkan kedua tangannya di wajah sambil teriak kesal.
"Ada apa lagi?"
"Kacamata gue..."
"Dari tadi sibuk aja sama kacamata. Lo tanya kek, apa gue udah makan apa belom?"
"Eehh iya.. tadi Aa sampai di kosan masih sorean ya?"
"Iya..."
"Jadi belom makan donk ya?"
"Iya... betul sekali..."
"Terus mau makan sekarang?"
"Yaaa.. gimana lagi.. perut gue udah laper banget tauk.. mengayuh sepeda tadi..."
"Maaf...maaf.. ya A... gara-gara kacamata gue sampai lupa ngajakin Aa makan..."
"Nah, sekarang Mas Dedi kita cari makan dulu ya. warung yang masih buka aja.."
"Oke..siap...." Dedi senyum-senyum melihat Via sangat patuh pada Stevan. Kayak Bapaknya aja, pikirnya lagi.
Lalu mereka berhenti di warung pinggir jalan, dan segera mengisi perut yang sudah mengalami gempa sepuluh skala Richter. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan.
"Kacamata gue gimana A?"
"Tadi gue sempat hacking pusat komputer di sana."
"Lhoh? kapan?"
"Sekalian waktu matikan CCTV... nanti kita buka salinan rekaman CCTV nya, kita cek siapa yang menemukan atau mengambil benda itu..."
"Emang bisa gitu?"
"Bisa laahh.. ini siapa dulu .. Stevaan..."
Via hanya mencabik, tapi tadi teringat betapa kerennya Stevan seharian ini.
"A.. sumpah tadi Aa keren banget..."
"Yang mana?"
"Aksi freestyle nya itu lhooo.. anak BMX ya? sampai pegel banget gue... Tau ngga? tadi waktu ketemu di kost-an, gue masih mengira Aa itu makhluk cupu yang tahunya belajar aja lhooo.."
"Terus apa gue terlihat cupu gitu?"
"Enggak sama sekali tuh.. Nggak ada cupu-cupunya.. Kereeen malah..." mengacungkan jempol kiri kanan nya.. "Pasti banyak yang suka..." tambahnya lagi.
"Nah itu masalahnya... gue ini jurusan teknik.. langka bener anak ceweknya. Kalau ada pun ceweknya, itu sudah jadi rebutan yang lain... 😂
"Terus Aa masuk list peserta dalam perebutan itu?"
"Enggak sih.."
"Kenapa ngga ikutan? Seharusnya harus gentle kan.. menunjukkan mampu dalam bersaing..."
"Soalnya cewek di teknik itu nggak sesuai dengan tipe yang gue suka. Ngapain juga ikut-ikutan.. kayak nggak ada yang lain aja..."
"Oooh... jadi kayak apa nih yang Aa suka? Itu Irin... cantik banget kan.. dia jomblo tuhh.. ayo embat aja giihh.."
"Ooh.. dia memang cantik siih.. Tapi juga bukan kayak dia yang gue suka..."
"Lalu yang kayak apa gitu yang disuka? Udah ada? Udah pacaran?"
"Ada siih.. tapi orangnya masih terlalu kekanakan... Beda usia kami terlalu jauh..."
"Kan ada yang bilang cinta tak terhalang usia..."
"Iya bener siiih.. tapi mungkin dianya yang belum dewasa. Jadi belum bisa gue ajakin pacaran. Nanti mungkin aja gue ajakin nikah sekalian aja deehh.. Gak usah pacaran..."
"Jadi Aa penganut orang nikah tanpa pacaran ternyata..." Via manut-manut sok paham. Padahal dia sendiri ngga paham, Stevan menggelengkan kepalanya. Kurang keras apa lagi kode yang telah gue layangkan? ckckckck
"Eehh.. iya.. yang tadi lagi sakit itu siapa?" Teringat akan tatapan membunuh Deval padanya.
"Ooh dia.. Dia Deval.. Emang kenapa?"
"Tadi kayak marah-marah nggak jelas aja sama gue?"
"Lhaah.. bukannya dia diem aja?"
"Iya... diam pengen membunuh tepatnya.."
"Udah A... kita bahas yang lain aja... Tadi Aa bilang kemampuan Aa bukan hanya Otak aja..."
"Iya donk.. Tau nggak? seleksi masuk BOS meski sekedar freelancer tetap berat tauk...? Wajar sih, soalnya pendapatan sebagai freelancer aja lumayan gede... apalagi kalau udah pegawai tetap, iya kan Mas Dedi...??"
"Uhuk..huk..huk..." si supir tiba-tiba tersedak menerima pertanyaan yang tak biasa itu. Itu terlalu sensitif.
"Dulu katanya memang cuma buat bikinin PR anak SMP, tapi keterampilan fisik juga dituntut. Selain itu kebetulan sedikit bisa bermain IT, jadi dikasih pegang tugas sebagai hacker juga di BOS..."
"Oooh... pantes aja tadi CCTV nya bisa dilumpuhkan... terus Aa bisa beladiri juga?"
"Iya.. dikit.. lumayan lah .. Katanya itu wajib sebagai syarat gabung di BOS..."
"Waahh.. jadi pengen lihat aksi Aa dalam pertarungan, pasti seru banget..."
"Gue sih ngarepnya ngga usah sampai tarung-tarungan.. Maunya yang damai-damai aja..."
Mobil sudah berhenti di depan Kostan Via, waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi..
"Waduuuhh.. gara-gara kacamata gue lupa sama PR..."
"Mana PR Lo? bawa ke sini...!"
"Ke mobil ini?"
"Iye, gue kerjain di sini. Lo istirahat aja dulu..."
Lalu Via menjemput kunci ke kamar Irin, setelah itu mengambil buku-buku yang harus dikerjakan Stevan. Yaah, mungkin kecerdasan Stevan mengalahkan Einstein, sampai tulisan Via pun mampu ditirunya dengan sama persis. Buku-buku tugas tersebut diserahkan ke Stevan
"Nanti gue mintain bonus lembur buat Aa..."
"Wahaha... asyikkkkk.... bisa kipasan sama duit .. Thanx Ya... Nah, sekarang Lo istrihat dulu gih.. gue kerjain ini di sini aja jelang pagi..."
"Buat saya gimana Non?" sela Dedi.
"Iya..iya.. Om Dedi juga deh.. Soalnya tidurnya sudah aku ganggu gara-gara aku minta jemput kan." ucapnya pada Dedi.
"Aa ke kampusnya gimana?"
"Kalau gitu gue nggak usah bimbingan dulu hari ini.. Nanti kalau udah beres gue kerjain semua, mungkin gue istriahat aja.."
"Oke.. gue masuk yaa.."
"Siiipp.. met istirahat cantik..."
"Hahahaha...." meski hari ini begitu melelahkan, ternyata beraksi dengan Aa Stevan itu sangat mengesankan.
Meski dia sangat cakap, cerdas, dan cekatan, namun orangnya sangat low profile.. Masuk kamar, Via langsung tepar dan tidur tanpa mengganti apa yang tengah dipakainya.
...*Bersambung*...
...Jangan lupa meninggalkan tanda jejak yaa.. LIKE, LOVE, GIFT & VOTE 🥰🥰🤩🤩😍😍...
...Terima kasiiiih.....
Stevan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Liliana_Lily
bezuk itu apa kak?
2023-02-22
0
Kiki Sulandari
Lho,jadi kacamata Via dimana sekarang?
Kok jadi ngurusin yg lain sih,..
2022-07-04
0
miwmiuᥫ᭡
stevan pas kyk apa yang gw bayangin
2022-06-27
1