Setelah itu, mereka menuju lokasi rahasia tempat penjemputan Dedi seperti biasa, kali ini Via ada sebuah misi penting…
Di sana telah berdiri mobil dan mereka langsung masuk.
"Tolong pegangi dulu!" Via menyerahkan ransel dan kacamata kepada Irin. Lalu membersihkan wajah, merapikan rambut, dan mengganti seragam sekolah yang dikenakannya tadi dengan yang pakaian yang bisa bergerak dengan leluasa. Dari tangan Irin, Via mengambil kembali tas ransel tadi dan mengeluarkan kacamata ajaibnya.
"Lo mau ikut atau tetap di sini?" Via telah siap dan turun dari mobil.
"Gue di sini saja," tutur Irin duduk tenang di dalam mobil.
"Baik lah, di sini memang lebih aman buat Lo." Lalu mengecek segala hal yang dibutuhkan dalam bertugas, "Dedi!"
"Iya Non…!" Sahut sang supir.
"Kamu jaga Irin sebaik mungkin ya…!"
"Siap Non..!!!"
Via mengendap masuk ke sebuah lokasi gudang, mengotak-atik kacamatanya. Menggunakan mode tembus material tertentu, sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam gudang itu. Nah, di sana. Via menuju tempat yang ditunjuk kacamata tersebut. Ternyata di sana ada si kembar yang tidak pernah akur.
"Lhooh.. bukannya Lo masih cidera?" Via mendekat pada Deval.
"Gue gak apa," tutur cowok mengenakan hodie itu kalem.
"Yakin?" dia hanya mengangguk tanpa banyak bicara.
"Sekarang kita berada di markas mafia, tadi organisasi yang gue naungi telah mengontak polisi juga! Jadi kita harus berhati-hati." si kembar mengangguk.
"Devan, Lo ke sana! Deval lu duduk sembunyi dulu, kalau ada apa-apa nanti hubungi kami. Sementara gue kesana," intruksi Via.
Namun Deval yang merasa tidak mendapat tugas penting malah protes, "Gue gak mau! Gue juga mau ikut partisipasi dalam misi ini!"
"Tapi kondisi Lo masih belum memungkinkan!" Via membelalakkan matanya, dia tidak mau mengambil resiko yang mungkin akan terjadi nanti.
"Terserah, gue mau ikut juga!" tolak lelaki muda yang ternyata, keras kepala itu.
"Kalo gak mau dengar, ya udah!" tukas Via kesal. "Bagaimana dengan lo Van, mau turutin ucapan gue?"
"Tentu donk. Itu pasti!" langsung bergerak menuju arahan Via.
Merekapun berpencar, sementara Deval bergerak sendiri menuju ke arah yang lebih dekat dengan kawanan mafia. Deval bisa mendengar percakapan para penjahat itu dengan jelas.
"Aman?" tanya salah satu penjahat yang bertubuh besar.
"Aman boss," jawab salah satu dari mereka.
Ternyata di belakang Deval telah berdiri salah satu anggota mereka bertubuh kekar "NGAPAIN LO DI SINI?" sergapnya.
Deval terkejut langsung berdiri, dan menyerang penjahat itu. Penjahat itu berhasil dirobohkan. Kondisinya yang belum seratus persen membuat dia cepat merasa lelah.
Namun penjahat yang tumbang tadi berteriak "ADA PENYUSUP, ADA PENYUSUP" yang mendengar teriakan tersebut langsung berpencar mencari orang yang dimaksud.
Deval bersembunyi sebisanya, karena merasa tubuhnya sudah tidak kuat lagi.
Di tempat lain, gawat! Dia pasti ketahuan, fikirnya. Via memberi aba-aba pada Devan yang juga sedang bersembunyi tidak jauh dari Via. satu, dua, tiga mereka serempak melonpat dan menghajar para penjahat itu.
...klik gambar di bawah ini
...
Mereka berhasil melumpuhkan dan berjabatan tangan yes, yes, yes terlontar yel-yel yang singkat, padat dan tepat dari mulut mereka.
Lokasi berbera, persembunyian Deval diketahui oleh pasukan penjahat itu. Dia diseret dan dihajar habis-habisan oleh beberapa penjahat hingga tidak bisa berkutik lagi.
Kembali ke Via dan Devan merasa khawatir akan yang terjadi pada cowok yang tadi keras kepala. "Mana Deval tadi?" tanya Devan.
"Biar gue cari!" kembali mengotak-atik kacamata hitamnya. "Gawat, dia tengah dihajar para penjahat?" bergegas berlari menuju lokasi Deval dan segera menolong cowok yang sudah tak berdaya itu. Mendorong salah satu yang sibuk menendangnya, lalu menghajar kawanan penjahat itu.
...klik gamb!ar di bawah ini
...
Namun, kawanan penjahat itu terlalu banyak. Akhirnya, Via mendapatkan serangan pukulan dan tendangan, begitu juga Devan.
Kalau begini, tidak ada pilihan lain. Via mengeluarkan pistol yang terselip di pingganganya dan mengarahkan ke arah sebuah kotak yang ternyata berisi senjata selundupan.
"Lepaskan dia!" gertak Via dan terus mengarahkan pistol tadi ke arah kotak tersebut.
"Hahaha… Berani sekali kalian tikus kecil datang ke sarang harimau!" Kata pimpinan penjahat, juga turut mengeluarkan senjatanya. "Lo anak di bawah umur sudah berani membawa senjata ya? Hahaha…." Sambil memainkan senjata miliknya seakan tak peduli dengan gertak an Via tadi.
"Turunkan senjata lo!!!" Via Kembali menggertak mengarahkan pistolnya ke sebuah kotak yang tampak dari kaca mata nya berupa bubuk mesiu..
...klik gambar di bawah ini...
"Jangan…jangan…jangan…" Teriak beberapa penjahat.
TILUT sirene mobil polisi bergema, polisi telah datang. Dengan sigap, polisi berpencar dan menggerebek kawanan penjahat itu.
Tapi ketua tadi mencoba untuk kabur, namun kakinya ditembak oleh salah satu anggota polisi. Penjahat itu terjatuh, kemudian dibekuk dan dibawa ke kantor polisi..
Sementara Deval tergeletak tak sadarkan diri sejak dihajar habis-habisan oleh kawanan panjahat tadi.
***
"Aaduh" Deval terbangun dari tidurnya. Di sisi kiri kanannya telah terpasang infus dan kantong tambahan darah.
Via yang menyadari Deval sudah siuman, mendekat dan berbisik kepadanya, "Lo udah sadar?" tampak di wajahnya semburat kekhawatiran.
Deval melirik arah kiri kanan, “Ini di rumah sakit?”
"Iya, sekarang kita di rumah sakit. Sebentar lagi mungkin orang tua lo bakalan datang."
Deval mencoba untuk duduk, dan langsung dipapah oleh Via untuk membantunya duduk.
"Lagi-lagi gue dalam kondisi memalukan seperti ini…" ucapnya lirih dan malu, teringat betapa keras kepalanya dia tadi.
"Lain kali elo tu harus nurut ke gue!"
"Tadi itu seharusnya gue yang jagain lo…" Deval menatap mata Via dengan lirih.
"Iye… Lain kali..!" ucap Via singkat.
"Maaf! Gue selalu bertindak seenaknya…" masih dalam lirih akan penyesalan yang tiada guna.
"Sudah lah.. sekarang tak usah dipikirin dulu. Lu istirahat dulu. Setelah sehat, nanti beladirinya gue sendiri yang akan latih..!?"
"Elo? Lo kan cewe?"
"Lalu kenapa kalau gue cewek?" kembali merass kesal setiap ada yang mengaitkan masalah gender.
"Yaaaa…hmmmm…."
"Lo tengsin diajari oleh cewek, jadi menganggap laki-laki selalu lebih baik dari kami?" ucapnya dingin. Namun Deval hanya diam seribu bahasa. Merasa apa yang barusan disebutnya itu salah.
"Baik lah, gue bakalan hubungin BOS untuk ngirim agen cowo yang bisa ngajarin Lo beladiri..! Tapi nanti aja! setelah sehat…"
Tak lama orang tua Deval datang dan Via meninggalkan mereka keluar dari ruangan itu.
Di luar tampak Irin tengah asyik ngobrol dengan Devan. Ternyata mereka cocok juga, batin Via.
"Bagaimana keadaan Deval tadi?" tanya Devan.
"Tuh! Dia di dalam sama orang tua kalian.. ikutlah gabung!"
"Alaah, biar lah.. salah dia sendiri juga gak denger kata senior…" ujar Devan cuek.
"Kalian belajar bela diri sejak kapan?"
"Baru setahun ini…"
"Hmmmm… Pantess.. nanti bilang sama saudara lo itu jangan sok jagoan lagi!"
"Emang kenapa?"
"Dia selalu babak belur tu!" ujar gadis itu kesal teringat kata-kata yang dilontarkan Deval masalah gender.
"Via itu jago… Karena dia sudah belajar bela diri sejak umur dua tahun…" tiba-tiba Irin turut menyela.
"Benarkah?" mata Devan menyemburatkan akan kekagumannya pada dang idolanya ini.
"Iya.. Banyak banget Lho ilmu beladiri yang ditempuh Via sejak dini. Jadi wajar dia itu sangat jago. Meski kena hajar pun, dia masih bisa menangkisnya, sehingga hanya sedikit masalah yang dia rasakan."
Irin mendekati Via memperhatikan lebam di wajah Via. "Lo ngga apa? Apa perlu diobati juga?"
"Nggak usah.. ini hanya luka ringan.." padahal di bagian tubuhnya cukup sakit kena tendangan preman yang tadi badannya gede. Tapi tidak kelihatan karena pakain Via yang tertutup seluruhnya.
Irin yang mungkin sudah memahami Via, membuka jaket yang terbuat dari kulit yang dikenakan Via. Dalaman yang di digunakan berupa tanktop hitam dan kulit lengan Via tampak sudah membiru. Wajah Irin seketika berubah menjadi khawatir.
Irin langsung menarik Via duduk di depan Dokter, "Dok, dia juga memiliki luka dalam. Tolong beri pengobatan yang maksimal ya dok? Masa pahlawan kita dibiarkan cidera seperti ini?"
Dengan sigap dokter langsung memeriksa Via, dan sekujur tubuh Via mendapat luka dalam yang membuatnya juga harus beristirahat dengan cukup.
"Aaah… Elo.. gue kan masih ada kasus yang mau diberesin malam ini…?"
"Jangan dulu.. lebih baik istirahat dulu. Dari pada nanti malah beneran dipensiunkan dari tugas karena kesehatan tidak memadai gimana?"
"Tapi kan ini demi negara?"
"Lo istirahat dengan cukup juga nyelamatin negara ini. Lagian agen rahasia BOS kan bukan elu aja?"
"Iya sih… Masih banyak kakak-kakak yang bisa gantiin tugas.."
"Nah itu juga tahu…"
"Tapi pasti mereka lebih repot kalo gue istirahat…"
"Mana ponsel Lo?" Irin menengadahkan tangannya.
"Buat apa?" Sembari menyerahkan.
"Menelepon Tosan, biar Lo dibebastugaskan sementara…!!!"
Via hanya pasrah namun tak rela, membiarkan Irin menelepon Tosannya yang tengah berada di Singapur.
"……………." Lumayan panjang obrolan mereka dan akhirnya Irin mendekat ke Via, "Tosan ingin bicara…." Via hanya menurut dengan cemberut.
"Hallo Tosan…"
"Hallo Hunny… Apa benar yang dikatakan Irin?"
"Hmmmm…."
"Kamu istirahat dulu selama seminggu ini dari penyelidikan, dan konsen saja dulu untuk study!"
"Hmmmmm…." Jawab Via memelas.
"Benar yang Irin katakan. Kamu tidak boleh memaksakan diri. Istirahat dulu agak seminggu, nanti kalau kamu sudah sehat seperti sedia kala, Tosan akan menugaskan kamu kembali…"
"Tapi Tosan… Via bisa mati bosan?"
"Yaaa.. sembari lagi libur tugas, lebih baik kamu banyak belajar, dan ajak juga Irin jalan-jalan…."
Via baru ingat, ini adalah kesempatannya untuk menikmati masa mudanya. Akhirnya pasrah dan menerimanya. "Baiklah Tosan, Via rehat dulu untuk sejenak. Tosan ke sini ya? Via rindu sekali pada Tosan, Mami dan Kakak…"
"Sabar dulu ya sayang. Kalau urusan Tosan sudah beres, Tosan akan meluangkan waktu untuk menemui kireina Via-chan… Bersama Mami dan Kakak juga nantinya…"
"Tosan janji yaaa…"
"Iya Tosan janji…. Kamu hati-hati di sana ya . Ai shite ru Yo…"
"Ai shite ru… Tosan, Mami, Kakak…"
Irin dan Devan datang mendekati Via. Wajah Via murung karena sangat merindukan keluarganya. Irin memeluk Via dengan hangat.
"Sabar ya Vi… Kita ada di sini untuk Lo…"
Via mengangguk, "Besok kita jalan-jalan pulang sekolah ya?" Kembali Via mengangguk.
"Aku akan menemani kalian…" Timpal Devan tak mau kalah. Kembali Via mengangguk.
*bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Deval cedera dalam penyergapan di markas mafia,Via bebas tugas sementara..
Asyiiik,...jalan jalan,..🥰🥰🥰
2022-06-27
0
Ceng Ceng Po
uhhh suka bnget sama visual" berasa orang nyata😘
2022-06-26
1
FieAme
kangen deval yang kalem juga
2022-02-18
0