Duh, apes banget gue hari ini, gadis kumal itu terus bersungut sepanjang perjalan pulang sekolah. Meski jarak sekolah dengan indekosnya cukup dekat, berjalan sendirian seperti ini membuat dia merasa jarak itu menjadi sangat jauh.
Diperhatikannya suasana ramai kiri kanan, siswa-siswi pulang sekolah. Rata-rata mereka pulang bersama temannya. Hanya dia yang tampak berjalan sendirian, mencoba memahami alasan mengapa tidak ada yang mau berteman dengannya.
Tiba-tiba dia merasa cukup sedih, teringat kembali pada masa SMP masih ada satu teman yang selalu ada di sisinya. Namun, kali ini ditinggalkan karena takut hal yang sama menimpa teman baiknya lagi. Yaitu diculik oleh mafia, karena terlalu dekat dengannya.
Tengah asik merutuki dan mengingat masa lalu, tiba-tiba dia ditabrak dari belakang oleh seorang pria bertubuh kekar hingga dia terjatuh. Dia terduduk, menepuk-nepuk kedua tangan membersihkan pasir yang memenuhi telapak tangan akibat terjatuh tadi. Setelah itu, pria yang baru saja menabraknya telah mencoba untuk berdiri.
Pria itu kembali bangkit dan berlari, membawa sesuatu di tangannya tanpa mengucapkan maaf terlebih dahulu kepada gadis yang merasa hari-harinya semakin mengenaskan ini.
Feeling-nya berkata ada sesuatu yang tidak beres. Dengan gesit Marni melempar alat pelacak kecil yang langsung menempel di celana bagian belakang pria itu.
Secepat itu pula ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ponsel yang selalu dinonaktifkan saat jam sekolah, akhirnya diaktifkan kembali saat ia bertugas.
"Halo! Ded, cepat datang ke lokasi dekat sekolah!" Setelah itu dia menuju tempat yang lumayan sepi, di mana ia biasa bertemu dengan supir andalannya.
Supir yang selalu menemaninya sejak dia berada di negara ini. Tepatnya sejak dia masih duduk di kelas tujuh SMP, atau semenjak tiga tahun lalu.
Di sana dia telah ditunggu oleh minibus hitam dan langsung masuk ke dalam mobil big body tersebut.
"Kamu segera cek map! Aku sudah memasang alat pelacak pada orang itu. Sekarang aku mau ganti baju dulu," ucapnya lalu mengganti seragam sekolah, dengan pakaian yang nyaman untuk aksinya. Bagian belakang mobil ukuran besar itu sengaja dimodifikasi untuknya aktifitas sebagai detektif swasta di bawah naungan organisasi BOS.
Alat pelacak menunjukkan lokasi pria tadi, tepat berada di sebuah pusat perbelanjaan. Tepat di mana mobil berhenti saat ini. Pintu bagian tengah telah dibuka dari dalam.
Munculah sesosok gadis muda nan cantik, memakai pakaian serba hitam yang ngepas di tubuhnya yang ramping.
Di bagian paha di celana latexnya, sudah terselip sepucuk pistol sekedar untuk berjaga-jaga.
Di dalam ranselnya tersedia macam-macam alat pelindung diri yang biasa dia gunakan, baik itu pisau, semprotan untuk mata, alat kejut listrik, dan alat-alat elektronik yang digunakannya untuk berkomunikasi dengan pasukan yang dikomandoinya saat ini.
Benar, gadis muda ini adalah wakil ayahnya pada cabang organisasi BOS di negeri ini.
Sekarang dia telah terlepas dari senior yang biasa menemaninya untuk bertugas. Dengan menjalankan tugas sendiri berarti dia siap untuk menanggung risiko sendiri. Demi menjaga kerahasiaan organisasi yang dipimpin oleh ayahnya di negeri Merlion, Singapura.
"Lebih baik kamu sembunyi! Kalau semua selesai, aku akan memanggilmu kembali!" titahnya kepada sang supir yang direkrut oleh organisasi dengan cara yang spesial.
"Oke, Vi!" sahut supirnya yang bernama Dedi. Dengan cepat kilat kendaraan big body itu sudah tidak tampak lagi oleh pelupuk mata.
Via mengotak-atik kaca mata hitam yang dipakainya, ternyata benda yang tampak biasa itu merupakan sebuah alat canggih, sebagai alat pendeteksi serba-guna. Dia bisa melihat semuanya dengan jelas. Ya semuanya, termasuk isi dalam baju seseorang jika menekan tombol tertentu.
Terkadang dia bisa tidak fokus bila dihadapkan pada kondisi yang ramai. Dia juga manusia biasa yang bisa saja keliru, termasuk keliru dalam menekan tombol yang memiliki fungsi berbeda pada kacamata itu.
Dulunya pernah terjadi, di saat genting masyarakat tengah ramai, gadis ini ingin menekan tombol detektor material, namun ternyata malah tertekan mode transparan.
Sehingga terpampang dengan nyata di matanya isi dalam baju orang yang ada di hadapannya. Hal itu membuatnya salah tingkah sibuk menutup mata, dan mengutuk kekonyolannya itu.
"Nah, di sana!" desisnya.
Via segera berlari ke tempat yang dicurigainya tadi. Namun, pria bertubuh kekar tadi telah melarikan diri. Kalau tidak salah dia keluar dari sini, segera mendeteksi apa yang ada dalam gudang yang sudah tidak terkunci lagi. Dia mengotak-atik kaca matanya, *N*ah itu!
Via menemukan sebuah kotak. Telinganya didekatkan ke kotak itu. Terdengar suara halus dan teratur. Dengan sangat hati-hati Via membuka kotak tersebut. Waktu mundur yang ditunjukkan oleh benda itu tersisa tiga puluh menit lagi. Kotak tersebut berisi bom waktu.
Dicobanya untuk memutuskan salah satu dari kabel yang dianggap penting, siapa tahu waktunya terhenti. Namun nahas, waktu pada timer bukannya berhenti, malah menjadi semakin pendek. Via segera menghubungi pilot, yang juga direkrut oleh organisasi BOS, untuk urusan bagian udara.
"Cepat ke sini!!. Di sini ada bom yang akan meledak dalam 15 menit," lewat headphone yang terpasang di kepalanya.
Via berjalan cepat setengah berlari, melompat, bergelantung, memanjat, dan kembali melompat dengan hati-hati karena di dalam ranselnya ada benda berbahaya yang siap meledak.
Via merasa ada yang tengah mengikutinya. Dia menoleh ke belakang, namun tidak menemukan bayangan siapapun. Dia yakin sekali bahwa ada yang mengikutinya, namun itu urusan nanti.
Saat ini dia harus segera naik ke atas, kembali ke fokus tugas utamanya saat ini, yakni memindahkan benda berbahaya yang siap menghancurkan dirinya dan bangunan ini menuju ke tempat yang paling aman.
Di bagian atas gedung ini yang biasa disebut rooftop telah berdiri helikopter yang siap lepas landas, dan Via berjalan menunduk melawan tiupan angin yang dihasilkan oleh baling-baling dari bagian atas capung terbang ini. Setelah itu, ia langsung masuk dan memberi aba-aba, "Cepat!!! Tujuh menit lagi!!!" Dengan suara yang sangat nyaring.
......klik gambar di bawah ini...
Capung raksasa itu langsung mengambang, bergerak menuju kawasan pantai yang tidak jauh dari sana. Namun, dimana-mana ada kapal yang tengah melaut, dimana para nelayan mencari peruntungan dari hasil laut hari ini.
"Tinggal dua menit lagi. Ke sana! Ayo ke sana lagi! Sepertinya di sana cukup sepi!" Kembali disampaikan kepada Kapten Peter, sang pilot handal yang bekerja di bagian udara, untuk membantu pekerjaan Via.
Sampai di kawasan laut yang sepi, dia melempar bom itu ke laut "NAIK!" teriaknya.
Helikopter kembali mengudara meninggalkan titik itu, selang beberapa detik terdengar ledakan keras. Bom tersebut berhasil memecahkan laut menjadikannya hujan sesaat di kawasan itu.
...klik gambar di bawah ini...
"Bawa aku ke tempat tadi!" titahnya kepada Kapten Peter.
Gadis itu turun, mengucapkan terima kasih, yang dibalas dengan acungan jempol kepada gadis yang mereka panggil dengan Nona Via.
Via berjalan sendiri menyusuri mall, senyuman puas tersungging di bibirnya, berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menyelamatkan masyarakat, dari aksi teror bom hari ini.
Tanpa disadari dia menari berputar-putar dan bertabrakan dengan seseorang, mereka sama-sama terjatuh.
"Maaf, tadi gue terlalu gembira," celetuknya sembari melirik sosok yang ada di hadapannya ini.
"Ah, gak apa kok. Kenalkan namaku Devan," anak itu mengulurkan tangannya sembari membantu sang gadis berdiri.
Via hanya melihat uluran tangan itu tanpa ada niat untuk meraihnya, lalu berusaha untuk berdiri sendiri.
"Tadi, aksimu keren abis!"
"Ha? Maksudnya? Jangan-jangan yang mengikutin gue tadi itu elo ya?" sedikit mendekat dan menarik kerah baju Devan, wajah dan mata Via melotot mengancam pria itu.
"Ah, gak apa-apa kok. Aku juga seorang..." mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya, menunjukkan kartu identitasnya pada Via.
"Ouw, lo detektif juga?" lalu mengembalikan kartu tersebut dengan cuek.
"Yap!!! detektif rahasia sepertimu," Devan tersenyum tipis menerima kartunya kembali.
"Sssstt!!!" kembali menarik kerah baju Devan, "Lagian siapa yang nanya?" kembali diperhatikan raut wajah Devan, tak segan dia menjepit dagu cowok itu dengan jarinya lalu menilik bagian kiri kanan.
"Kok wajah lo familiar ya?"
"Ah, gak mungkin! Identitasku kan tersembunyi," ucap cowok bertampang imut itu.
Melihat aksi dan gaya cowok muda yang mungkin seusia dengannya, membuat dia tidak tertarik dan jengah. Dia tidak menyukai orang-orang yang kebanyakan omong. Apalagi dia itu seorang pria. Setelah itu dia pergi begitu saja.
Devan langsung mengejar Via dan menarik tangan Via, dibalas dengan cekatan menangkap tangan cowok itu lalu berputar memelintir tangan yang dia rasa terlalu berani di awal perkenalan ini, setelah itu menguncinya dan didesak hingga menempel ke dinding
"Aaauuww aaauuww aaampiuun!" pekiknya.
"Apaan sih lo? gak sopan banget tau nggak?" lalu melepas kuncian tangan Devan tadi lalu tersenyum smirk.
"Boleh minta nomor hapemu?" tanyanya ragu-ragu sedikit takut.
"Buat, apa?" kembali menangkap tangan Devan dan menguncinya.
"Aku orang baik kok, sumpaaahh!" Via kembali melepas kuncian tangannya tadi.
"Aku sangat kagum sama kamu. Apakah kita bisa terus berkomunikasi?"
"Buat apa?" Siap-siap hendak mengunci tangan Devan kembali
"Tunggu! tungguuu! tunguuu! Aku hanya ingin agar bisa mengontak kamu agar lebih mudah. Aku masih tahap belajar, siapa tahu bisa belajar denganmu?"
"Hmmm, menarik juga! Tapi bayaran gue gak murah lhooo?"
"Tidak apa, yang penting aku bisa memiliki guru detektif yang hebat seperti kamu."
"Yakin? Gue gak akan ngurangin tarifnya!"
"Iya, sebutkan saja!"
"Tapi jangan pingsan ya?!"
"Iya, sebutkan saja!"
"Sekali pertemuan seratus juta, sanggup?"
"Aaaapaaaaaaa?" dan ternyata Devan beneran pingsan memikirkannya.
...*bersambung*...
...JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK, LIKE, KOMENT, HATI, DAN VOTE YAAA.. 🥰🥰😘😘...
...terima kasih...
Visualisasi Via mode: ON
cekrek dulu ya, satu... dua... tiga...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Cellestria
wkwkwk PINGSAN!! hahah🤣🤣🤣
2023-01-05
0
Inru
Mampir thor
2022-09-08
0
Ayu Ningrat
tinggalin jejak 10.08.22, bagussss
2022-08-10
1