Usai melihat kondisi Deval, Ibu dan ayah si kembar terduduk dengan perasaan lelah di bangku yang terjejer di luar kamar Deval.
"Kamu tidak apa Van? Maaf tadi Mama belum sempat menanyakan keadaan kamu, tadi Mama panik sekali setelah mendapat kabar bahwa Deval masuk rumah sakit. Padahal Mama sudah melarang dia ikut bertugas hari ini, karena kondisi dia yang belum stabil. Tapi dia sangat keras kepala seperti Papa, nggak bisa dilarang kalau dia sudah punya kemauan…" melirik sang suami dengan wajah tak menentu.
"Lhoooh? Kok malah nyinggung-nyinggung Papa sih?" gerutu sang ayah mengangkat bahu tiba-tiba disalahkan oleh sang isteri.
"Iya, abisnya Deval itu nurunin watak Papa kan? Arogan iya, cuek iya, gak ada romantis sama sekali.." sungut sang ibu yang lupa bahwa di sekitarnya ada orang lain.
"Udah…udah… Papa Mama jangan bertengkar di sini. Malu kan dilihat sama Via dan Sabrina?" Devan menengahi pertengkaran kedua orang tuanya.
"Lagian kita semua sudah tahu betapa keras kepalanya Deval itu…"
"Yaaa, gitu deh jadinya."
"Apa kamu terluka? Ada yang kena pukul?" kembali sang ibu bertanya dengan raut wajah khawatir, khas ibu-ibu.
Mendengar perhatian sang Ibu pada Devan yang terlalu berlebihan, Sabrina spontan terkekeh geli. Kalau memang suka khawatir, mending si kembar di kurung aja di rumah Tante. Jangan dibiarkan ikutan jadi detektif, batin Irin dengan senyum miring tersungging.Via yang seakan membaca isi kepala Irin, memberi kode untuk tidak aneh-aneh.
Krucuuukk… Seruling dari Sumatera bagian tengah sedang bernyanyi (otor orang sumatera barat, jadi istilahnya begini 😅) Via merasa sangat lapar, mendekat ke Irin lalu berbisik… "Kita makan yuk, gue laper banget…"
"Oiya ya, sejak pulang sekolah kita belum sempat makan. Apalagi tenaga Lo terkuras karena kejadian tadi…" Via mengangguk, "Baik lah, ayo kita cari makan. Kalau gak salah dekat sini ada pusat perbelanjaan. Pasti banyak tempat makan," Irin yang juga kelaparan sangat bersemangat bila sudah ada ajakan makan seperti ini.
"Tapi gue belum ganti pakaian…" masih mengenakan pakaian tadi yang telah kotor, akibat guling-guling dan stempel sepatu diberi para algojo mafia.
Irin memperhatikan kondisi Via, "Iya, gak apa sekali-kali tampil jadi diri sendiri kan, meski kotor dikit, tidak ada yang lihat."
"Apa begini tidak terlalu mencolok?"
"Aaahh, enggak aahh.. biasa aja menurut gue… Atau Lo mau pulang dulu ganti baju?"
"Gue lapernya sekarang…" ringis gadis cantik di hadapannya.
"Atau ke kantin rumah sakit aja?"
Via langsung menggelengkan kepala, "Jangan aaahh.. ke mall dekat sini aja lah.. biar bisa pilih menu yang enak.."
"Naaahh.. gitu donk.. gak apa sekali-kali kayak gini!"
Wajah Via menggambarkan sebuah keraguan, "Gue hanya takut orang langsung mengenal gue…"
"Kayak yang terkenal aja Lo…" Irin melengus dan menghela nafas.
"Hahaha, gue lebih suka jika gak ada yang ngenalin gue… Gue gak mau jadi pusat perhatian… Takutnya malah ada yang dendam kan.. gue takut kejadian kemarin terulang kembali…"
Irin kembali teringat pada masa lalunya yang kelam, "Iya, apalagi gue yang sebagai korban paling takut. Sakit banget ditabrak, dengan penuh darah dibawa oleh mereka tanpa dikasih perawatan. Gak punya hati orang itu.." lengusnya kembali merasa dendam dan panas.
"Makanya jangan nempel-nempel ke gue terus!"
Meski demikian, Irin merasa tidak rela harus jauh dari Via. Selama sebulan terakhir mereka berpisah, Irin merasakan kehilangan yang sangat besar. Berasa kehilangan saudara yang tidak dimilikinya, "Iiiihhhhhhh… Apa-apaan sih.. kita kan sahabat.. yaaaa nempel-nempel kayak gini donk…" Merangkul pundak Via dengan gemas.
"Aduuuhh.. enaknya yang dirangkul… Aku juga mau dirangkul…" Devan mencoba merangkul Irin juga.
Langsung disentil Via, kalau tidak ada orang tuanya pasti dipelintir seperti saat bertemu pertama kali, "Eiiit… Jangan macam-macam Lo ya…."
"Van, kamu mau ikut kami gak?" tanya Irin kepada Devan.
"Kemana?"
"Nyari makan…"
"Oooh.. ayok.. mumpung udah ada Mama dan Papa, sementara kita bisa tinggalkan Deval dulu…" Devan langsung setuju.
"Via sudah kelaparan… Kami belum makan sejak tadi pulang sekolah…"
"Walah.. jangan telat terus makannya.. Nanti malah sakit gimana? Sedangkan aktifitas kita membutuhkan energi yang banyak…" Devan mengucapkannya dengan diplomatis.
"Iya..iya.. jangan sok dewasa gitu.. kita cari makan dulu…" sela Via yang sudah tidak sabar menahan lapar.
"Tante, Om.. kami permisi dulu sebentar ya? Kami mau mencari makan dulu. Nanti kami ke sini lagi usai makan…"
"Iya… Hati-hati.. Apa perlu Om antar?" tawar ayah si kembar.
"Nggak usah Om.. kami cari makan yang dekat-dekat sini aja kok.." jelas Via.
Lalu Via mengetuk dan membuka pintu ruang perawatan Deval, sedikit mengintip. Apabila dia tidur, Via langsung pergi saja, tapi kalau tidak tidur ya pamit dulu sebentar.
Ternyata mata Deval tengah menerawang memikirkan apa, duduk dengan wajah sendu.
"Lagi mikirin apa?"
Lalu Deval menoleh dengan senyuman kecut, "Gue hanya merasa tak pantas jadi detektif."
Via mengernyitkan keningnya memperhatikan laki-laki muda yang tak bisa ditebak ini, "Nah… Kenapa udah pesimis gitu?"
"Gue terlalu gegabah dan sangat ceroboh?" ringisnya menatap Via. Lalu melihat ada yang aneh dari gerak-gerik gadis di depan matanya ini.
"Via, Lo terlihat pucat, apa ada yang sakit?"
Sebenarnya sekujur tubuhnya merasakan sakit usai pertarungan tadi, namun dia meneguhkan hatinya untuk tidak cengeng, "Perut gue laper, gue ke sini mau pamit."
Deval memasang raut kecewa, "Yah, Lo udah mau pergi aja?"
"Iya, gue mau nyari makan dulu."
"Habis itu?" Deval masih berharap.
"Yaaah, kalau Lo udah mendingan mungkin gue pulang saja. Lagian tugas gue banyak banget." Dia teringat, stok tugas seminggu lalu yang dibuatkan Stevan sudah habis.
"Tugas apa lagi? Masih ada kasus?"
"Bukan. Sementara gue off dulu untuk menyelidik."
"Lu baik-baik aja kan? Gak terluka kan?"
"Kenapa juga Lo ngawatirin gue. Lo pikirin dulu keadaan Lo saat ini.. kalau udah oke, baru boleh kawatirin orang lain."
"Soalnya gue mendengar tadi Lo juga kena serangan, gue ingin bangkit. Tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Maaf ya, gue salah perhitungan, sehingga semua ikutan kena.. termasuk Lo…" sesalnya akibat tingkahnya tadi.
"Sssstt.. kan gue udah bilang. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Sekarang fokus aja untuk sembuh. Nanti, kedepannya kita akan atur lagi. Gue mau minta tolong sama kakak-kakak yang sudah senior di BOS untuk membantu Lo dan Devan agar menjadi lebih kuat, nggak lembek kayak lepet…"
Dia kembali tersenyum kecut, "BOS itu apa? Dari tadi bilang BOS terus…"
"Ya, Sejenis organisasi agen rahasia gitu. Tempat gue bernaung dalam pekerjaan ini.." jelas gadis berambut sebahu itu.
"Tapi sebelumnya gue gak pernah dengar ada yang begituan di negara ini…" herannya. Karena BOS memang tidak pernah dimunculkan dalam berita, selalu main di belakang layar.
~kruuucuuuuukk~
Wajah Via memerah, memegang perut menahan bunyi yang dengan tidak tahu malunya menggema terdengar seisi ruangan. Deval ikut mendengar suara indah yang muncul dari perut gadis itu.
"Maaf…. Gue mengajak ngobrol terus…" menahan senyumnya.
"Gue makan dulu ya. Gue pikir Lo tipikial yang irit bicara, ternyata malah banyak omong juga?"
"Aaahh.. masa" mengernyitkan dahinya. "Via…hmmm…"
"Apa?"
"Kalau Lo mau, bisa balik lagi ke sini?" pinta cowok yang terduduk di atas brangkar. Via hanya mengangguk dan tersenyum. Deval akhirnya menyembangkan senyuman simpul.
Via keluar dari ruangan tersebut disambut dengan omelan Irin. "Katanya laper, ngapain lama-lama di dalam?"
"Iya, tadi hanya bilang ke dia kita pergi makan dulu…" terang gadis itu dengan raut wajah sedikit berbunga.
"Lama amat…" Irin sewot memperhatikan raut wajah yang tidak biasa itu.
"Iya… Ayo lah.. kita cuss nyari makan… Kami pergi ya Tante…Omm…." ujar Via pamit.
"Iya… Hati-hati…"
***
Via, Irin dan Devan berjalan kaki memuju pusat perbelanjaan yang dimaksud. Lokasi tempat itu tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat Deval dirawat.
"Waaaahh… Dah lama banget rasanya gue gak main ke sini…" mata Via berbinar seperti mendapat sesuatu yang telah lama tidak didapatkannya.
"Iya ya… Abisnya Lo kerja terus.. jadi ngga ada waktu buat bermain…" timpal Irin.
"Iya….." tiba-tiba Via merass ada yang menggelitik dari kantong celananya. Ternyata ada pesan masuk dari Stevan..
[Hey, neng… Udah lebih seminggu kok gue nggak dipanggil-panggil? Apa nggak ada tugas yang bisa mengisi pundi-pundi gue?]
Oh iya ya.. tugas ya.. tapi kan sekarang lagi bebas tugas, berarti ngga perlu pakai jasa dia.. lalu Via sibuk mengetik pesan, sehingga tidak memperhatikan bahwa telah terpisah jauh dari Irin dan Devan.
~bruk~ menabrak seseorang yang tubuhnya lumayan tinggi dan dia terjengkang…
Bokong nya terasa cukup sakit, dan tampak uluran tangan.. "Maaf…" ucap orang tersebut.
Dilihat wajah orang yang telah menabraknya, dan alangkah terkejutnya dia, ternyata orang tersebut Jimmy. Lagi-lagi Jimmy… Kenapa gue harus ketemu dia lagi? Waaahh… Dia mengenal gue apa ngga yaa? batinnya seketika diserang rasa panik.
Disambutnya uluran tangan Jimmy, "Maaf… Terima kasih…" waduuuhh.. kok tampangnya kayak menyelidikin gue ya? kembali bicara dalam hatinya.
"Vi…." Irin tiba-tiba menepuk pundak Via.
Waaahh.. anak ini malah muncul segala… Tanpa ba-bi-bu lagi Via menarik Irin dan Devan. Waaahh .. gassswaaad…
"Kenapa Dia ada di sini?" bisik Irin juga tergopoh-gopoh untuk kabur dari Jimmy.
"Yaaa nggak tahu… Ini kan tempat umum…" timpal Via gusar…
"Kenapa? Ada apa?" Devan bingung melihat kedua gadis ini terlihat sangat panik.
"Yuk lah..kita cabut aja dulu…" Sampai-sampai Via lupa membalas chat dari Stevan.
"Lalu makan kita gimana?" rengek Irin yang juga kelaparan.
"Cari tempat lain aja!"
"Tunggu… Tunggu…" ada seseorang yang memanggil mereka, Via, Irin, dan Devan menoleh ke sumber suara. Ternyata Jimmy menyusul mereka.
"Waaaahh… Dia ke sini .. ayok kabur… Kabur .." histeris Irin dan mereka segera melangkah seribu meninggalkan tempat itu.
"Waaah.. kok malah kabur?" Celetuk Jimmy yang disusul oleh dua kawannya. Jimmy memegang kaca mata yang mungkin milik gadis tadi.
"Siapa sih?" Celetuk Kevin yang terengah mengejar Jimmy..
...*Bersambung*...
...Jangan lupa meninggalkan tanda jejak yaa.. LIKE, LOVE, GIFT & VOTE 🥰🥰🤩🤩😍😍...
...Terima kasiiiih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Deval,....jangan bengong dong ..
Jimmy,....kamù selalu ada dimanapun Via berada
Jimmy...the great stalker ever🤭🤭🤭
2022-06-29
1
ponakan Bang Tigor
wahh bang Stevan jujur banget. emang bener kalau anak kuliahan butuh banyak duid😂
2022-04-23
0
FieAme
deval
2022-02-18
0