Raut wajah Via semakin menegang, ketegangan pun bertambah saat seorang siswa SMA masuk melewati gerbang yang terbuka secara otomatis.
Via terus mengawasi dengan teleskop, memperbesar focus hingga tampak wajah seseorang yang melepas helm tersebut.
"Bukannya itu..... Jimmy? Kenapa dia ada di sini?" Dalam pengawasannya, anak TK tersebut berlari ke arah Jimmy, dan Jimmy langsung memeluk dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang.
Ini sebenarnya ada apa sih?
***
Jimmy tergesa pulang ke rumah, karena mendapat kabar dari assisten khusus yang ditugaskan untuknya bahwa ayahnya kembali membawa Leoni pulang. Dia tahu bahwa Leoni adalah adik dari istri siri ayahnya yang meninggal saat melahirkan Leoni. Sementara ibunya tak Sudi membesarkan anak dari perselingkuhan sang ayah.
Sehingga Leoni diberikan kepada rekan kerja ayahnya yang tidak memiliki keturunan setelah lima belas tahun berumahtangga, yakni Om Broto.
Awalnya hubungan keluarga dan persahabatan mereka sangat baik, meski ibu Jimmy enggan menerima Leoni, tetapi ikut senang saat Leoni dibesarkan oleh keluarga Subroto. Lama kelamaan, hubungan kerja sama bisnis antara sang ayahnya dan Om Subroto berubah menjadi persaingan bisnis hingga Leoni selalu diseret ke dalam masalah tersebut oleh sang ayah, Buana Putra.
"Mas... Papa di situ..di depan laptop..." Ujar Leoni dalam gendongan Jimmy, dan segera menuju ke tempat ayahnya.
"Pa...!" Suara tegas ngebass milik Jimmy mengagetkan Buana Putra yang sedang memerhatikan laptop dan segera menutup laptopnya. Tadinya Buana Putra tengah sibuk mengawasi orang-orang di sekitar rumahnya lewat CCTV yang disebar di sekitar rumahnya.
Setelah itu, senyuman tersungging di wajah sang ayah. "Kenapa lagi anakku? Kenapa wajah kamu terlihat serius begitu?"
"Pa... Jangan Leoni lagi? Apa Papa gak kasihan pada keluarga Om Broto? Kasihan pada Leoni juga, yang selalu dijadikan macam sandera?"
"Aaahh.. kamu bercanda Jim's... Dia kan anak Papa juga, Papa hanya bercanda pada Broto kok .." dengan wajah yang sedikit canggung. Buana Putra memang bisa dikatakan sebagai mafia kejam pada musuhnya, namun dia sangat menyayangi anaknya ini. Karena Jimmy adalah satu-satunya pewaris kerajaan bisnis yang dia miliki.
"Kembalikan Leoni pada Om Broto..." ucap Jimmy dingin kepada sang Ayah.
Buana Putra menaikkan sebelah alisnya, "Tapi urusan Papa belum selesai!"
Jimmy menatap lurus dan dingin kepada ayahnya, "Lalu kapan selesainya? Tunggu semua mati dulu?"
"Aaahh... Kamu sama bawelnya kayak Mama kamu!"
"Ya wajar kami kayak gitu. Kami kan gak suka kalau Papa selalu aneh-aneh seperti ini? Bisa nggak sih, Papa ambil jalan yang biasa saja?" Lalu Jimmy membawa Leoni keluar.
Rahang Buana Putra mengeras, dan wajahnya pun ikut menegang, "Kamu mau kemana?" hardiknya dengan suara membahana hingga seisi rumah tahu saat ini dia sedang marah.
"Membawanya kembali pada orang-orang yang menyayanginya dengan tulus..." menekan layar di ponselnya.
Ponsel Om Broto berdering, langsung diangkat dengan sedih, "Hallo Jim..."
"Halo Om, Om lagi dimana? Aku akan mengantar Leoni ke rumah."
Gestur suara Om Broto yang tadinya sendu, seketika berubah menjadi senang dan penuh harap, "Tak usah ke rumah Jim, Om ada di dekat sini kok..."
"Berarti Om tahu ini ulah Papa?" mencoba memastikan apa yang sedang dia pikirkan.
"Iya, tahu... ini bukan hal yang pertama kalinya bukan?"
"Memang bener sih. Baiklah, aku ke sana sekarang juga."
Jimmy membawa Leoni, tak memedulikan teriakan Papanya. Saat berada di luar pagar rumahnya, dia cukup terkejut saat tahu bukan hanya Om Broto yang ada di sana, namun satu kompi pasukan dari kepolisian dan satu orang gadis memakai pakaian serba hitam, kacamata hitam, dan headphone..
Jimmy menyerahkan Leoni dalam rangkulan Om Broto, dipeluk dengan kasih sayang dan memberikan ciuman hangat kepada anak yang dianggap sebagai anaknya sendiri. "Terima kasih Jim..."
"Aku rasa Om cukup berlebihan karena membawa orang sebanyak ini untuk menjemput Leoni?" dia terus memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar rumahnya ini.
"Maaf Jim, Om tak tahu bagaimana lagi caranya menghadapi Papa kamu itu..."
"Nanti kalau terjadi apa-apa lagi pada Leoni, Om cukup hubungi aku saja. Tak perlu merepotkan orang sebanyak ini..."
"Baiklah Jim, maafkan Om.. Oh iya, Om akan memperkenalkan kamu pada seseorang..." Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan, "Mana dia?" terheran tanpa sadar kehilangan seseorang yang baru saja tepat berdiri di sampingnya.
"Siapa Om? Oh iya tadi ada cewek masih muda di sini juga bukan?"
"Nah itu, dia itu Detektif Via itu lhoo . Yang terkenal itu...."
"Waaah... Kemana dia?" Jimmy menggaruk kepalanya, tiba-tiba Via sudah menghilang begitu saja.
"Cantik sekali bukan? Dia baru masuk SMA kalau tidak salah..."
"Waahh, hebat sekali dia. Masih muda udah sehebat itu..." wajah Jimmy tampak kagum.
"Tapi sayang sekali dia sudah pergi tanpa pamit... Mungkin dia punya alasan sendiri..." Menepuk-nepuk pundak Jimmy.
"Aku sadar kok Om, aku siapa dan dia siapa. Akan susah untuk bertemu dia, dia orang yang sangat sibuk..."
***
Via sengaja kabur saat aksi mengharukan tadi berlangsung. Akan gawat sekali jika bertemu dengan Jimmy dalam kondisi seperti ini, apalagi dia anak si Mafia itu. Harus jauh-jauh aaah dari dia. Walaupun secara tak langsung dia telah beresin masalah tanpa bikin Via repot dan tak perlu bertemu dengan Buana Putra itu..
Tengah asik berjalan, menikmati suasana sore yang semakin temaram, dia masih asik dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba, dia dikejutkan oleh suara klakson mobil yang mengikutinya di badan jalan.
"Eh, elo... lagi apa di sini?" ternyata itu Devan.
"O, aku habis memecahkan kasus penyelundupan narkoba. Dan kebetulan lewat sini, ketemu kamu deh!" dan mempersilakan Via masuk ke mobil.
"Gak usah! Gue ada perlu"
"Lho? Kok kamu gitu sih? Kitakan satu profesi?"
"Terus apa hubungannya?" lalu dia berpikir sejenak, ikut aja deh.. Siapa tau ada sesuatu yang menarik. "Gue ikut deh..."
"Nah...gitu donk," Devan tersenyum puas.
Ternyata Via dibawa ke sebuah rumah yang lumayan mewah dan besar.
"Ini rumah lo?”
"Iya, Ini rumahku. Aku ingin pertemukan kamu dengan keluargaku," lalu pergi mencari ibunya.
Ni anak kenapa ya? Pasti playboy kali ya? Masa belum apa-apa gue sudah dikenalin ke orangtuanya? ckckc, batin Via.
Dari sebuah ruangan muncul wanita setengah baya. Cantik, anggun, dan sepertinya terpelajar, yang pasti ulet dalam mengurus keluarga. Tapi, bagi Via, tentu Maminya yang paling cantik.
"Halo Via," sapa wanita itu ramah menyalami Via, dan dicum dengan sopan oleh Via.
"Kok tante mengenalku?” wajahnya membulat heran.
“Hahaha, tentu saja tante tahu. Kamu adalah idola kedua anak tante."
"Devan punya saudara ya Tante? Ah, Tante berlebihan, Masa aku jadi idola, aku hanya orang biasa kok..."
"Iya, Devan memiliki saudara, tepatnya saudara kembar. Kedua anak tante sangat mengidolakan kamu. Mereka sudah mengidolakan kamu semenjak SMP dan semenjak itu pula mereka ingin menjadi seorang detektif seperti kamu. Saat ini mereka sudah bekerja memecahkan kasus lho? Namun, tidak seulet kamu, karena mereka harus ditemani oleh penyidik dari kepolisian..."
"Tunggu dulu tante. Emangnya mereka belajar ilmu menyidik dari mana?”
"Kalau itu mah, seorang penyidik hebat kenalan kami dipanggil kerumah buat kasih private ke mereka."
Bener-bener seorang penyidik yang ingin mencari tambahan penghasilan, ckckckc. Via jadi nyengir sendiri. "Oh, ya tante Devan tadi mana?"
"Dia berada di kamarnya. Katanya dia mau menunjukkan sesuatu pada kamu. Nah, itu dia!" menunjuk Devan yang udah kayak orang lain.
Melihat cowo berkacamata itu, membuat Via terkejut, karena wajah itu yang mirip sekali dengan cowok culun yang ingin disumpel pakai karet gelang.
"HA? Jadi elo si culun itu?"
"Memang kamu pernah lihat aku begini?"
Tetapi, sebelum memutuskan, akan lebih baik untuk memastikan terlebih dahulu, "Lu sekolah di SMA Bunda bukan?"
"Bukan, aku sekolah di SMA Kasih Ibu..."
Ternyata yang satu sekolah dengannya bukan Devan, "Berarti yang di SMA Bunda itu kembaran lo?"
"Ya, Deval di SMA Bunda, apa kamu di sana juga?"
Via sudah larut dalam lamunannya sendiri, penasaran pada sosok Deval. krucuuukkk... seruling dari perut Via sudah bernyanyi, dia kelaparan luar biasa. Via mencoba menahan nyanyian dari perutnya.
"Waahh.. sudah masuk waktu makan malam kan, ayo ke ruang makan... tunggu bentar ya! Aku panggilkan bibi dulu Devan berlari menuju suatu tempat dan kembali diikuti oleh beberapa asisten rumah tangga di belakangnya.
Via terkejut mendapatkan hidangan yang sangat banyak. Dia langsung melahap makanan yang telah disediakan tanpa rasa malu, tepatnya tidak tahu malu. "Van, lo gak ikut makan?" kembali melanjutkan makan, karena jarang sekali kesempatan mendapat makanan rumahan seperti ini.
"Aku udah makan tadi di luar kok. Biar aku temenin aja," terus memperhatikan gadis itu makan dengan sangat lahap.
Via tak peduli dengan ocehan Devan melanjutkan makan hingga berasa cukup, "Hah, gue dah kenyang. Makasi ya gue balik dulu.”
"Lho? kok kamu pergi aja? Kita ngobrol dulu ya!!!"
"Ah, Lain kali aja. Dah!" melambai tangan ke arah Devan tanpa dia tahu dibelakangnya ada seseorang dan mereka bertabrakan sehingga membuatnya terjatuh.
Dengan serempak mengucapkan, "KALAU JALAN PAKAI MATA DONK!" dan sama-sama terdiam.
Mereka saling berpandangan dengan tajam melihat makhluk yang membuatnya jatuh. Mata mereka saling beradu, Via tak biasa dilihat seperti itu membuat badannya panas dingin, apa yang terjadi pada gue? batinnya.
"Oh iya, kalian kembar kan?" Via mencoba memecahkan suasana canggung di antara mereka.
Deval hanya menghembuskan nafas dengan ketus.
“Apaan sih Val?" Devan membantu Via berdiri. Via masih terkesima pada Deval dengan sikap sombongnya, itu untuk pertama kali baginya ada orang sesombong itu padanya.
Deval tidak mengubris. lalu meninggalkan mereka berdua dengan marah. Entah kenapa Deval marah kepada mereka.
"Van, emang salah gue apa? Kok dia sinis banget sama gue?"
"Hehe entahlah, dia memang begitu..."
“Lo sama dia, duluan yang mana?"
"Dia itu abang kembar aku. Kami pisah sekolah, karena kita memang gak pernah akur, jadi harus dipisahkan.”
Deval lewat lagi di depan mereka. Tanpa mempedulikan Via sedikitpun. Kok sifat mereka beda banget ya? Walau wajah seperti pinang di belah dua, namun wataknya tak sama. Devan tipikal banyak bicara, sedang Deval tipikal irit bicara.
"Kamu lagi mikirin aku kan?" membuyarkan lamunan Via.
Tuhkan penyakitnya kumat lagi? "Panggilin donk abang lo ke sini! Apa dia sudah punya pacar?”
"Tak tahu! Tanya saja ama orangnya!" jawab Devan tiba-tiba kesal juga.
Tanpa merasa bersalah, dia langsung mengelilingi rumah yang asing itu. "Bik, Devalnya dimana ya?"
"O, mas Devalnya lagi main basket di lapangan sebelah rumah, Dek.”
Via segera menuju lapangan basket yang dimaksud, memperhatikan Deval dari jauh. Lemparan yang selalu gagal dilakukan oleh Deval. Sudah dari tadi Via menunggu Deval ingin melakukan lemparan tiga angka, namun selalu gagal. Via bosan dan merebut bola dari Deval. Deval kembali mencoba merebut bola. Dengan gesit Via mengelak menderibel bola dan
"Yes," berhasil Via melakukan lemparan tiga angka dengan mulus, "ini mah kecil" celetuknya.
"Ngapain lo kesini? Mau Pamer?!” dia bicara dengan jutek.
"Oo, jadi gue gak boleh ke sini nih? Oke!"
...bersambung*...
...Jangan lupa meninggalkan tanda jejak yaa.. LIKE, LOVE, GIFT & VOTE 🥰🥰🤩🤩😍😍...
...Terima kasiiiih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Ternyata Jimmy juga anak Buana Putra
Dan dengan mudah Jimmy mengembalikan Leony pada keluarga Broto...
Waah...ternyata Devan & Devan detektif juga...🥰🥰🥰
2022-06-25
0
FieAme
apalagi babang jimmy yg super.carw
2022-02-18
0
Hanna Devi
wiiiih... cogan bertaburan y Mak 😂
2022-02-04
1