Via mengendarai motor sport itu dengan sangat lihai, membawa Deval kembali ke rumahnya. Deval tidak menyangka, cewek yang cantik dan imut ini memiliki sifat mirip sekali dengan cowok. Baru pertama kali melihat aksi Via di depan mata, membuat perasaannya menjadi ciut. Kemampuan yang dimilikinya jauh tidak sebanding dengan kemampuan bertarung Via tadi.
Akhirnya Via masuk gerbang rumah dengan halaman yang luas itu. Bahkan rumah ini memiliki lapangan basket dan kolam renang. Terpampang nyata dia bukan lah dari kuarga yang biasa. Sampai di depan, motor dimatikan dan Via dengan gesit memapah cowok yang kesakitan akibat diserang para preman tadi. Sang ibu mendapati sang sulung dari kembarnya ini menyambut Deval dengan rasa cemas yang luar biasa.
"Devaaaalll..." pekik sang Ibu setengah berlari mengejar anaknya yang tengah dipapah oleh Via.
"Ada apa ini?"
"Biasa Ma..."
"Kamu itu belum jago berantem.. jangan sok-sokan gitu...!!!" sembari ikut memapah Deval masuk ke dalam rumah.
Tak lama Devan muncul, "Lhooh? Deval kenapa Vi?"
"Tadi habis...." lalu dia melihat Deval memberi kode telunjuk di mulut, hmmm..mungkin dia malu... "Tadi ada sedikit masalah di jalan..." kembali melirik Deval dengan wajah merengut menahan sakit.
Tak lama dokter keluarga mereka datang untuk mengobati Deval. Via menengok waktu sudah menunjukkan waktu melewati tengah malam. Dan tadi ada pesan yang masuk dari Sabrina mengatakan sahabat berasa saudaranya itu sudah berada di kostan. Dia juga menyewa kostan yang sama dengan Via.
Ciiihh... Padahal udah sengaja jauh-jauh pisah dari dia, dianya masih kekeuh pengen bersama.. Aduuhh.. alangkah rempongnya gue nanti... sungutnya..walau sebenarnya bahagia sahabatnya ini berada di sisinya. Bisa menghilangkan rasa sepinya saat berada di sekolah.
"Via, sekarang sudah tengah malam. lebih baik kamu menginap di sini?" ucap Ibu si kembar menghampiri Via.
"Ooohh.. nggak usah Tante. Saya nggak enak menginap di rumah yang isinya bujang semua.. Lagian pagi nya saya harus sekolah. Pasti nanti akan lebih merepotkan jika menginap di sini..."
"Lalu kamu mau tetap pulang?" tanya ibu si kembar, dijawab dengan anggukan Via.
"Kalau gitu biar Mamang yang anter ditemani Deval ya?"
"Nggak usah Tante.. saya tak mau repotin mereka..." Via sama sekali tak merasa khawatir. Karena dia bisa memanggil Dedi kapan saja.
"Enggak repot kok aaahh .." timpal Devan langsung bersiap untuk mengantar Via.
"Lagian kamu akan lebih aman kalau dianter sampai rumah...." tambah Ibu si kembar. sebenernya kalau nggak dianter pun tetep aman kok..batin Via..Tapi melihat kesungguhan kekhawatiran wanita cantik itu, akhirnya Via mengangguk dan bersedia diantar pulang.
***
Via sudah sampai di depan rumah kos-kosan yang sangat besar. Kamar Via berada di lantai satu saja. Memilih kamar dengan ruangan yang paling luas dibanding kamar yang lain. Karena dia memiliki benda-benda yang membutuhkan ruang yang luas, sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat yang sangat banyak dalam menyidik.
"Terima kasih Mang, Devan... hati-hati kembalinya yaaa.." setelah mobil itu pergi, Via mengendap menuju jendela kamarnya. Ternyata jendela terkunci, lalu Via mengeluarkan beberapa alat untuk membuka jendela tersebut tanpa merusak, dan jendela terbuka dengan mulus. Setelah itu dia memanjat masuk langsung ke kamarnya, persis mirip maling. Lalu kemudian mengunci kembali jendela kamarnya itu.
Alangkah terkejutnya dia melihat kondisi kamarnya sekarang, kamarnya sangat berantakan. Ini semua bukan lah pekerjaan maling atau siapa. Ini semua dipastikan merupakan kerjaan dari Irin... Rasanya dia ingin teriak memarahi Irin, tetapi sekarang sudah malam. Ditahan dulu amarahnya, dan membersihkan diri lalu mengganti ke pakaian yang nyaman untuk tidur. Tak sempat merapikan kamar, langsung dia tidur dengan kasur yang sudah acak-acakan.
***
Pukul lima pagi alarm berbunyi, dengan langkah gontai Via beringsut menuju kamar mandi, dan... gubraaakk... jatuh gara-gara tersandung alat-alat yang berceceran. Kembali bangkit, celingak celinguk kiri kanan garuk kepala. Setelah itu dia masuk me kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah mengenakan seragam sekolah, dia merapikan dan membersihkan kamarnya. Semua dilakukan dengan sangat cepat dan cekatan. Semuanya sudah beres, hal selanjutnya yang harus dia lakukan adalah merias wajahnya sejelek mungkin, dan terakhir..tap...memasang kacamata.
Sabrina telah berdiri di luar kamar Via berencana hendak memberi kejutan kepada gadis yang sejak sebulan terakhir tidak ditemuinya. Dia sengaja menunggu, hendak mengejutkan temannya yang cantik namun sangar itu... Tidak lama dari dalam terdengar suara kunci yang tengah dibuka oleh Via. Tubuhnya sudah bersiap untuk sebuah kejutam, pintu terbuka, "Hoooiii.....aaaaaaaaaa" jeritnya.. yang terkejut ternyata Irin, panggilan akrabnya...
"Hantuuuuuuu...." teriaknya lagi melihat sosok Via yang telah menjadi Marni. Ini pertama kali Irin melihat tampilan Via seperti ini.
"Huuusss... enak aja gue dibilang hantu..."
Wajah Sabrina yang takut berubah menjadi heran, dia begitu mengenali suara dan gaya bicara ini.. "Vi... Vi.. Ini elo Vi???"
Marni menarik Irin ke kamarnya, "SSSSSSSSTTTTTTTT......" matanya melotot sambil mencubit pinggang Irin..
"Aaawwww. ..." Irin melihat kamar Via sudah rapi kembali... "Waaahhh... hebat.... padahal gue udah obral Abrik semua, dalam waktu singkat gadis jelek ini sudah berhasil merapikannya lagi..." ucapnya sambil nyengir.
"Lu apa-apaan siiih... datang ke kamar orang diam-diam buat dihancurin..."
Irin kembali fokus ke Via... "Kenapa Lo dandan kayak gini? kasian amat kecantikan Lo malah diumpetin?"
"Sekarang panggil gue Marni di sekolah yaaa.. Ini juga gara-gara elo nih... pakai ditangkap mafia segala dulunya?"
"Itu namanya musibah... gue bukan sengaja ngadepin diri ke mereka lho... yaaa...gara-gara mereka tahu aja gue sahabat Detektif yang udah gagalin bisnis mereka..." merangkul Marni. lalu mencoel make up yang membuat kulit Marni tampak sangat gelap. "Duh... sampai segininya.. bener-bener gak dikenalin lagi ..ckckckc.."
"Udah... sekarang Lo jangan sok akrab dengan gue di sekolah. Gue gak mau ada yang curiga antara hubungan kita."
"Tapi Vi....."
"Marni...." selanya...
"Sekarang kan kita berdua aja?" selanya protes .
"Harus dibiasain!"
"Iye..iye . Marni jeleeekkk...." mencubit pipi Marni dengan gemas, dan make up itu lengket di jari Irin.. "Gue itu ke sini, mau deket-deket Lo terus tauk! Gak mau gue disuruh jauh-jauh..." dipeluknya Marni dengan gemas...
"Gue takut, gue takut identitas gue terbongkar.. bisa jadi elo atau yang lain kena imbasnya.."
"Tenang aja! Kali ini gue akan berhati-hati.. Dah yuk..kita sekolah ." Irin menarik Marni.
"Lo nanti jangan ketawa lihat cara bicara gue di sekolah yaaa..."
"Iya...iya...gue janji... Kalau sama gue pasti aman..." Irin mengedipkan mata. Justru karena gue tau sifat Lo, yang bikin gue kawatir...batin Marni.
...bersambung\*...
...Jangan lupa meninggalkan tanda jejak yaa.. LIKE, LOVE, GIFT & VOTE 🥰🥰🤩🤩😍😍...
...Terima kasiiiih.....

Kedekatan mereka di dunia nyata, baju merah Sabrina, baju kuning Via..

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Via berhasil membuat Sabrina terkejut....
Sabrina suka ceroboh...hati hati,Via....identitasmu tak sengaja terbongkar,...
2022-06-27
1
FieAme
suka banget novel.yg beda dari yg lain ini
2022-02-18
1
Esa Aurelia
Dikata hantu, seseram itukah 🤣🤣
2022-01-28
0