Via membuka kunci kamar kost. Dari luar tampak keadaan di dalam kamar tengah terang benderang. Berarti, orangnya sudah ada di dalam.
Via menarik knop pintu ~ceklek~
Namun tidak ditemukan satu pun makhluk hidup di dalam ruangan yang lumayan luas itu.
"Mana Aa? Katanya udah di dalam kamar?" tanya Irin mengedarkan pandangan ke seluruh sisi ruangan.
Via hanya mengedikkan bahu, "Mungkin karena kita kelamaan, orangnya udah pulang kali ya?" kembali mencari ponsel di dalam tas yang tadinya ditaruh di atas kasur. Setelah ponsel ketemu, Via mencoba menghubungi kontak atas nama Stevan. Namun hanya dijawab oleh operator seluler provider langganan bule ganteng itu.
"Teleponnya matikan.. apa dia marah?" desisnya.
"Masa gitu aja Aa marah? Selama gue kenal dia, gak pernah sekalipun melihat dia marah sampai marah besar. Meski pun lo lakuin yang aneh-aneh ke dia, gue lihat dia tetap aja sabar. Masa gara-gara itu aja dia marah?" jelas Irin.
"Bener juga ya, seingat gue dia ngga pernah marah ya sama kita?" Via menyetujui apa yang disampaikan oleh Irin, mengingat-nginat masa lalunya saat belajar dengan Stevan. Saat-saat dia baru berada di negeri ini, semua orang tidak menyukainya. Tetapi, Stevan selalu sabar menghadapinya.
"Ya udah, kita anggap aja dia sudah pulang. Sekarang Lo bersihkan diri di kamar Lo, gue juga mau mandi dulu," mengambil handuk. Dia kembali melihat seisi ruangan kamarnya. Ada satu benda yang hilang dari kamar ini. "Tapi sepertinya ada yang hilang Rin.. tapi apa ya?"
"Apa? Masih masalah Deval tadi?"
"Bukan, tapi sesuatu di ruangan ini. Apa ya?" Via berpikir dengan keras.
Irin juga mulai melihat-lihat kembali mengintari pandangan ke seluruh bagian kamar Via, tapi dia sendiri tidak hapal apa saja alat-alat dan benda yang ada di kamar itu. "Entah lah Vi, gue juga nggak tahu. Gue juga baru sampai di sini kan…"
"Huffttt…" terdengar suara tawa terkikik, Via dan Irin kembali mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Itu suara apa?
Seketika Via ingat, sepeda dari big boss sudah tidak ada di tempat. Lalu kemudian dia mencari kacamata ajaib di dalam tas, diperiksa di seluruh bagian tas, sampai seluruh isi tas dituangnya ke atas kasur…
"Lo cari apa?" tanya Irin heran melihat wajah Via tiba-tiba berubah menjadi panik.
"Kacamata… Kacamata pemberian kakak gak ada di dalam tas…" Via menjelaskan dengan gusar, mengingat-ingat kejadian apa saja yang dialaminya hari ini.
"Ooh iya.. Tadi gue tabrakan dengan Jimmy di mall…" ucapnya tiba-tiba histeris.
"Aaagghhh.. tadi kita main buru-buru aja kabur dari dia. Bisa jadi kacamatanya tercecer saat gue jatuh tadi …"
"Ooohh iya ya… Tadi kita langsung kabur saja saat ketemu dia. Lalu gimana? Kacamatanya dicari buat apa?"
"Gue udah nyatuin kacamata dengan cctv di kamar ini. Biar gampang tinggal ngecek di kacamata aja, ngga perlu buka laptop dulu, jadi langsung bisa lihat, sepeda gue kemana dan dibawa oleh siapa…" jelas Via gusar karena kehilangan benda paling berharganya. Pemberian dari saudara satu-satunya.
"Lalu gimana donk?" Irin ikut bingung karena tingkah Via ini.
"Gue harus segera mencarinya, siapa tahu masih ada di sana…" dengan tergesa Via membuka pintu kamarnya.
Irin dengan segera menahan Via, "Tapi Vi… Ini sudah malam. Besok kita harus sekolah… Lagian tugas besok katanya banyak banget kan?"
"Eehh iya… " Via mengetuk-ngetuk jidatnya panik berpikir ulang mengerjakan apa terlebih dahulu, dengan gemas membuka sepatu boots yang tadi dipakainya lalu melemparnya dengan asal…
"Aaauuuwww…" teriakan sesuatu atau seseorang yang tidak tekhat dari arah sepatu terlempar.
Seketika Irin melompat ke arah Via, "Vi..Vi… Itu suara apa?" Tanyanya penuh ketakutan.
Dengan sedikit koprolan, melompat, dan berputar menuju arah sepatu tadi lalu meraba-raba angin, terdengar sura ketawa renyah..
"Hihihihi… geli ah.. geli…" itu suara Stevan.
Rahang Via dengan segera mengeras karena kesal, "Iiiihhh… Aa.. cepat keluar!!!" bentaknya.
Tak lama Stevan muncul tengah duduk di atas sepeda dengan wajah cengengesan.
"Iiihhh.. Aa… Gue pites baru tahu yaa.." mencubit tangan Stevan dengan gemas.
"Aaawwwwww....." pekiknya lalu mengelus bekas cubitan dari Via tadi.
"Aa…" Irin berlari kecil menuju arah Stevan dengan antusias. Terutama melihat benda yang digunakan sehingga Stevan bisa menghilang dengan ajaibnya.
"Ini sepeda siapa?"
"Ini ni, yang gue cari tadi.. ternyata malah dikerjain sama makhluk yang lagi nganggur satu ini…" jelas Via dengan arogan.
"Waaahh..mantap banget ini barangnya…" Irin mulai mengeksplore setiap bagian sepeda itu.
"Jangan sembarangan pencet!!!" bentak Via. Irin langsung menurunkan kedua tangannya, terpaksa menghentikan rasa penasarannya.
Kalau sudah dilarang gini, masih tidak mendengar, kalau terjadi hal aneh, bisa habis gue diomelin Via, batin Irin. Dia teringat kejadian dengan kaca mata aneh pemberian kakak temannya itu.
"Aa mainin ini aja sejak tadi?" tanya Irin.
"Iye,.. dari pada tidak ada gawean kan. Ini sepedanya canggih bener lho.. pemberian Big Boss bener-bener warbiazah…" Mengelus-elus benda unik itu. Kembali dia melirik seorang gadis yang tengah merenung, tampak Via masih dalam mode bingung.
"Kenapa Vi…?"
"Ini A, kacamata pemberian kakak gue hilang. Entah dimana…"
"Lalu bingung mau nyarinya?" Via mengangguk.
"Mau gue temenin nyarinya?" tawar Stevan.
"Masalahnya nanti kalau dicari ke sana lagi, tetapi belum ketemu juga gimana ya? Kali aja udah diambil orang?" matanya mulai berkaca-kaca tak rela jika benda kesayangannya itu hilang untuk selamanya.
"Lagian tugas buat besok banyak banget A'..hufffttt…" Via menghela nafasnya pasrah.
"Nanti tugasnya gue bantuin deh…" melirik jam di tangannya.
"Wiiiihh… Jam tangan Aa keren beneeeeerr…" wajah Irin sumringah karena kagum. Jam mahal untuk usia mereka.
"Hasil kerja selama ini…" sahutnya dengan menggerakkan alis mata sambil menyunggingkan senyuman.
"Kerja apa A?" tanya Irin polos.
"Lhaaa.. masih nanya.. ini kerjaanku.. membuatkan PR seorang gadis manis yang jutem ini.. hihihi .." menunjuk gadis yang masih terdiam karena asik dengan pikirannya.
"Aa… Irin.. gue ini lagi panik lhoh? Kalian malah bahas hal yang nggak penting…"
"Iye… Iye.. ayooo gue temenin.. Kira-kira hilangnya dimana?" bujuk Stevan dengan tenang.
"Kita cek di mall deket rumah sakit dulu yuk? Lumayan jauh sih dari sini…"
"Ga apa jauh, malah makin enak buat mencoba ini…" mengetuk sepeda tadi.
"Ini ada pengaturan otomatisnya kayaknya .."
"Bener A.. kita gak perlu mengayuh… Berasa naik motor…."
"Nah, sebelumnya Lo pasang dulu jaketnya dengan benar," mengaitkan resleting jaket Via, lalu mengotak Atik lemari Via, seperti sudah hapal letaknya, mengambil kupluk lalu memasangkan di kepala Via. Setelah itu dia menaikkan risleting jaket kulitnya juga, dan memakai topi.
Kembali Via dalam mode berpikir, "Aaa.. ini sepeda ngga ada boncenganya…? Gimana caranya kita berdua naik ini..?"
"Lo duduk di bagian gagangnya, gue duduk di sini. Lo tinggal duduk aja berpegangan, gue yang handle sepedanya…"
"Yakin kita keluar begini? Kalau ada yang lihat, nanti kena serbu yang lain lho?"
"Lo tenang aja…"
Via langsung di dudukan di bagian tengah sepeda. Dan dia duduk di jok utama sepeda.
"Kenapa naik di dalam kamar sih?" Via masih protes.
"Tenang aja! Ikutin aja arahan gue!"
"Rin, gue titip kamar ke Lo ya? Kunci aja! Nanti gue jemput kalau udah balik."
"Oke .. siipp .. hati-hati..!!!"
Lalu sepeda dinyalakan mode otomatis oleh Stevan, "Rin tolong buka pintu…" pinta Stevan.
"Baik Aa…" Dengan cekatan Irin membukakan pintu.
Sepeda mengambang, "wooow ..woooow .." pekik Via. Sepeda mengambang melewati pintu keluar dan terbang. Via melambaikan tangan pada Irin.
"Woooww.. A.. ini gue bener-bener baru tahu lho.. magic banget ni hadiah dari big boss…" pekik Via girang terbang dengan sepeda itu.
"Tapi karena terbang membutuhkan banyak energi, jadi kemampuan terbang sepeda ini tidak lama. Hanya sekitar lima menitan aja."
"Keren…keren… Darimana Aa bisa tahu sepeda ini bisa terbang juga?"
"Tadi sambil nunggu Lo yang ngga ada kabar, gue otak Atik. Udah sempat dichas juga, so fast charging ini.. bener-bener ni hadiah yang dikasi big boss Lo, hadiah yang bukan kaleng-kaleng.."
Makin lama sepeda terbang semakin rendah. Lalu dilanjutkan bergerak di darat.
"Nah, ini.. gue juga mau coba yang lainnya…"
Sepeda dijalankan ke arah gedung yang lumayan tinggi, Via makin panik.
"Jangan bilang Aa ngajak gue merayap di gedung ini?"
"Tepat sekali…." Stevan tersenyum smirk. Lalu sudah di sisi gedung, memencet tombol dan roda sepeda menempel di dinding gedung. Lalu sepeda bergerak mendaki ke atas gedung.
"Waaahh… Gila…gila ..hebat banget ni benda… Ini bakalan jadi benda kesayangan nomor dua gue setelah kacamata…" sorak Via.
"Sssttt… Jangan teriak-teriak… Nanti kalau ada yang denger malah berabeh."
Tapi teriakan Via tadi beneran didengar oleh security gedung itu. Menyigi kira-kira arah suara di bagian bawah gedung. Tapi tak ada satu pun yang terlihat. Security menggaruk kening yang tak gatal. "Tak mungkin kan ada spyderman lagi beraksi di dinding gedung ini?" Dia bicara sendiri sambil menembakkan cahaya lampu senter ke arah tubuh gedung, dan alangkah terkejutnya dia. Melihat dua orang berboncengan mendaki dinding gedung dengan sepeda.
...anggap ini orang bersepeda di dinding...
"Aaarrgghhhhttt…." Teriak security itu lari dan memanggil kawan-kawannya.
Via dan Stevan yang melihat kejadian itu mempercepat laju sepeda hingga sampai puncak nya.
"Tuh… Apa yang gue bilang. Stay calm okay..?"
"Maaf…maaf… Soalnya ini bener-bener surprise banget buat gue…"
"Udah.. kita kabur dulu…" Stevan menambah kecepatan laju sepeda luar biasa ini.
Sepeda dijalankan dengan kecepatan maksimal, dan aksi lompat dari gedung ke gedung pun mereka lakukan…
...*Bersambung*...
...Jangan lupa meninggalkan tanda jejak yaa.. LIKE, LOVE, GIFT & VOTE 🥰🥰🤩🤩😍😍...
...Terima kasiiiih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Waah,,,Via diajak berpetualang oleh Steven dengan sepeda canggihnya🥰🥰🥰
2022-06-30
1
miwmiuᥫ᭡
kayk sepedah nya Shiva
2022-06-27
0
Mutia Kim🍑
kenapa barang-barang mereka selalu keren sih😌
2022-02-23
0