Di malam minggu, club Onyx tampak penuh dengan berbagai macam orang. Banyak dari mereka mencari kesenangan sesaat, dan memuaskan dahaga duniawinya.
Dalam club yang ramai tersebut, tampak berseliweran berbagai macam tipe manusia. Tidak ketinggalan pula para kaum V yang memang mencari pasangan pemuas hasratnya.
Para kaum V umumnya memang memiliki fisik yang menarik, dan kebanyakan dari mereka merupakan seorang ahli atau spesialis di bidangnya. Bukan tipikal orang kebanyakan.
Saat mereka berada dalam kerumunan, ada suatu magnet yang menarik minat para manusia untuk mendekati. Tapi sayangnya, kaum V tidak memiliki ketertarikan pada manusia terkecuali untuk tujuan-tujuan yang khusus.
Ketika Nate dan Marcus memasuki ruangan, mereka langsung disambut dengan hingar-bingar musik dari DJ yang sedang ada di atas panggung.
Aura keduanya tampak menarik minat baik untuk para kaum V, maupun manusia umumnya.
Secara perlahan, beberapa dari mereka yang telah bermata hitam langsung menghampiri Nate dan dengan penuh hasrat berusaha untuk menyentuh pria itu.
"Apa yang kau lakukan, Nona Jenkins?"
Suara serak Marcus tampaknya membuat kesadaran wanita itu kembali.
"Tuan Marcus. Tuan Nathanael."
Wanita itu mengedipkan matanya pada Nate, yang hanya dibalas dengan tatapan kosong dari pria yang dimaksud.
"Kami kesini untuk tujuan lain."
Penjelasan dari Marcus membuat kerumuman itu perlahan mulai menyebar. Mereka cukup punya adab, untuk tidak mengganggu mereka yang memang tidak mau diganggu.
Setelah itu, kedua pria itu segera menuju ke ruangan yang sebelumnya pernah dimasuki oleh Marcus ketika terakhir kali ia datang. Mereka juga disambut oleh orang besar yang sama.
Berbeda dengan sebelumnya, ruangan itu terlihat kosong. Tidak ada sama sekali orang yang ada di dalamnya kecuali mereka bertiga.
Selesai mengantarkan kedua tamunya ke ruangan owner, sang pria besar pun meninggalkan mereka dan kembali ke posnya.
Kedua pria itu langsung berhadapan dengan pria berambut pirang dengan mata berwarna biru terang. Ia tampak tersenyum dan bangkit menghampiri tamunya.
"Tuan Nathanael."
"Tuan Felixander."
Kedua pria itu berjabat tangan erat dan sebelum melepaskan tangannya, pria bermata biru terang itu menyempatkan diri untuk menoleh pada Marcus. Mengejek.
"Lihatlah, tuannya ternyata lebih berkelas dibanding anak buahnya."
Marcus yang mendengarnya hanya mendengus dan membuang mukanya.
Terkekeh, Felix pun membawa kedua tamunya untuk duduk di sofa.
Setelah merasa rileks dengan posisinya masing-masing, Felix menoleh pada Nate yang duduk di sofa tunggal di sampingnya. Ia mengacungkan gelas tingginya yang berisi anggur mahal.
"Minum?"
Mendengarnya, Nate hanya menggeleng dan tersenyum. Hal ini membuat Felix tertawa kembali di duduknya.
"Kau dan teh hijaumu. Meski sudah puluhan tahun, aku tetap masih tidak mengerti."
"Ratusan tahun, Felix." Ralat Marcus.
Perkataan pria dingin itu membuat Felix cemberut.
"Aku tidak suka diingatkan dengan usiaku, Marcus."
"Tapi kenyataannya, kau memang sudah tua."
Bukannya marah, pria itu malah merapihkan rambut pirangnya dan menatap Nate. Ia memperlihatkan gelas anggurnya di depan para tamunya.
"Dan seperti anggur. Semakin tua usianya, maka akan semakin lezat rasanya." Ia pun meminum anggurnya dengan khidmat.
Marcus harus mengakui, bahwa Felix bukanlah orang yang mudah terpancing kemarahannya. Ia selalu bisa menemukan celah-celah untuk membuat para tamunya merasa nyaman. Hal inilah yang membuatnya bisa bertahan di profesinya sekian lama.
Meletakkan gelas anggurnya di meja, Felix pun menyenderkan punggungnya di sofa. Ia meletakkan kedua lengannya memanjang di kedua sisi kepala sofanya.
"Jadi, ada apa kalian tiba-tiba mau bertemu denganku?"
"Mengenai informasi yang kau sampaikan kemarin malam. Apakah benar?" Tanya Nate tanpa basa basi.
Terbiasa dengan sifat klien di depannya ini, Felix hanya tersenyum dan mengangguk.
"Benar. Aku yang menggalinya sendiri."
"Tapi bagaimana bisa-"
"Seperti yang kau tahu, kaum kita tidak bisa bereproduksi. Bila sampai ada yang mencobanya pada manusia, maka bisa dipastikan bahwa manusia itu akan mati. Dan yang melakukannya, akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih sakit dari pada kematian itu sendiri."
Nate memandang Felix dan mengangguk. "Ya. Itu yang aku tahu. Dari dulu."
Pria berambut pirang itu terdiam. Ia tiba-tiba bangkit dari duduknya. "Aku butuh cerutu."
Hal ini membuat Nate dan Marcus saling berpandangan. Menyadari bahwa informasi yang akan diberikan oleh pria itu tampaknya penting, dan membuatnya sedikit tidak nyaman.
Tidak berapa lama, pria bermata biru itu kembali ke sofanya dan dengan cerutu yang sudah menyala di mulutnya.
Penuh dengan satu tarikan nafas, Felix mengisap cerutu itu dalam. Dan ketika mengeluarkannya, asap yang sangat tebal keluar dari mulut dan kedua lubang hidungnya. Menyebarkan bau wangi yang khas ke seluruh ruangan.
Sangat terlihat bahwa pria itu terlihat galau dan tidak tenang.
"Felix?" Dengan pelan, Nate bertanya.
Sejujurnya, ia tidak akan pernah memaksa pria itu bercerita bila memang tidak mau.
"Ada satu pengecualian."
Tanpa menatap kedua tamunya, Felix memulai.
"Kecuali salah satu dari The Masters sendiri yang menginginkannya."
Informasi itu membuat kedua pria di depannya terpaku. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar tentang hal ini.
"Maksudmu Alina..."
"Dia adalah putri salah satu dari The Masters."
Nate terpaku di sofanya. Ia masih belum bisa menyerap dengan baik informasi baru ini.
"Sebentar Felix. Aku sama sekali belum pernah mendengar tentang hal ini. Seumur hidupku."
Terdengar suara serak Marcus yang memecah keheningan.
Pria bercerutu itu malah terkekeh mendengarnya. Ia memandang Marcus tajam.
"Kalau usiamu sudah mencapai usiaku, tentu kau akan mendengar banyak hal, Marcus."
Itu adalah fakta. Meski Felix memiliki perawakan yang terlihat masih berusia 40 tahun, tapi usia pria itu sebenarnya sudah mencapai 800 tahun lebih.
Dalam kurun waktu kurang dari 2 abad lagi, ia akan mencapai batas usianya. Dan ia sudah siap untuk menyambutnya. Felix sudah merasa cukup puas menjalani kehidupannya selama ini.
Di tahun-tahun awal kehidupannya, Felixander Osborne adalah seorang prajurit dengan karir militer yang cemerlang. Dan sama seperti Nate, ia juga adalah seorang strategist.
Namun berbeda dengannya, Felix jarang terjun langsung ke peperangan dan lebih banyak melakukan perencanaan di balik layar.
Setelah itu, ia banyak menghabiskan tahun-tahunnya untuk menjadi mata-mata bagi negara dengan nama alias The O'x. Ia pun cukup terkenal di bidangnya, sampai akhirnya memutuskan untuk pensiun dan menjadi seorang pencari fakta. Profesi yang digelutinya sampai sekarang.
"Tapi... Siapa...? Kenapa?"
Tampang Nate terlihat bingung. Kalau memang Lin adalah anak dari salah satu The Masters, maka hal ini justru menimbulkan banyak pertanyaan lain.
Felix menyenderkan punggungnya ke sofa. Menengadah, ia menyemburkan asap cerutunya ke langit-langit ruangan.
"Sejauh mana kalian tahu tentang The Masters?"
Kedua pria di depannya saling memandang, dan Nate memutuskan untuk menjadi yang pertama berbicara.
"Aku hanya tahu bahwa jumlah mereka ada 8 orang. Dan hanya merekalah yang mampu menciptakan seorang V, sekaligus memusnahkannya bila mereka mau. Tidak ada yang pernah tahu mereka itu siapa, atau apa, dan dari mana datangnya."
"Benar sekali."
Felix menyentakkan abu cerutunya di asbak, dan baru menyadari bahwa batang cerutunya hanya tinggal setengah lagi. Menghela nafas sedih, ia pun menghisapnya kembali.
Matanya yang biru terang ganti memandang Marcus. "Kalau kau? Apa yang kau tahu?"
"Usiaku dan Tuan hampir sama. Aku juga hanya mengetahui sampai sejauh itu."
Felix mengangguk-anggukkan kepalanya. Meletakkan cerutunya di asbak, pria itu ganti meraih gelas anggurnya dan menenggaknya sedikit.
Mengangkat gelas tingginya, ia bergantian memandang Nate dan Marcus dari balik gelas itu.
"Informasi yang kalian ketahui benar. Tapi kurang akurat."
Nate dan Marcus menunggu pria di depan mereka untuk melanjutkan.
"Jumlah The Masters saat ini hanya tinggal 5 orang. Dua diantaranya sedang meregang nyawa karena masa usia mereka yang sebentar lagi akan habis di bumi ini."
Hal itu membuat kedua pria di depannya kaget. Nate dan Marcus merasakan jantung mereka mulai berdebar kuat. Apakah salah satunya Master mereka?
Dapat merasakan kecemasan kedua orang di depannya, Felix tersenyum miring.
"Salah satunya adalah orang yang telah menciptakan kalian berdua."
Kejutan ini membuat Nate mengepalkan kedua tangannya. Ia kembali teringat pada pertemuan terakhirnya dengan pria tua itu.
"Aku tidak bisa mengatakannya secara langsung karena terikat kode etik, tapi..."
Felix melirik pada Nate yang ada di sampingnya.
"Benih dari dirinyalah yang menghasilkan seorang Alina Johan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
YuWie
aq vote thor
2022-01-25
0
another Aquarian
Dari awal udah tertebak sieh, nama marganya Lin udah sama dg master Johan..
Tp gpp thor, aku tetep like kok 😍😍😍😍😍
2022-01-16
0