Chapter 15

Keesokan malamnya di waktu yang sama, Lin kembali mengetuk pintu ruangan Nate dan menunggu sampai pria itu menyahut dari dalam.

Ketika itu, Nate baru selesai menjawab ponselnya dan berbalik menghadap wanita itu. Ia masih mengenakan kacamata bacanya dan langsung tersenyum lebar.

"Lin."

"Malam, Nate."

Wanita itu balas tersenyum dan masuk ke dalam ruangan.

"Duduklah, Lin."

Pria itu duduk di sofa terpisah dan mengarahkan Lin untuk duduk di sofa panjang yang berada di sampingnya.

"Jadi, apa rencanamu malam ini?"

"Aku mau mencoba sesuatu."

Nate memperhatikan Lin merogoh sesuatu dari saku celana panjangnya. Wanita itu pun mengulurkan benda itu di atas meja, mendorongnya sedikit ke arah pria di depannya.

Mengernyit, pria itu mengambil benda yang diberikan oleh Lin.

"Apa ini?"

Pria itu bertanya, ketika menyadari bahwa benda yang ada di tangannya adalah seutas kain panjang hitam, yang bahannya cukup tebal. Ia juga mencium aroma parfum yang cukup kuat.

"Aku ingin mengetes indera penciumanmu."

Wanita itu sedikit berdebar di dalam hati. Ia ingin menguji kecurigaannya terhadap pria itu.

Memandang Lin, Nate tampak bingung. "Bagaimana caranya?"

"Kamu menutup matamu dengan kain itu, dan aku akan mendekatimu."

Pria itu terdiam. Sejujurnya, ada sedikit kekhawatiran di hatinya kalau Lin akan mencurigai sesuatu tentang dirinya nanti. Indera Nate jauh lebih sensitif dibanding kebanyakan orang, bahkan jauh sebelum ia menjadi seperti saat ini.

Dengan penciumannya yang lebih tajam sekarang, aroma parfum di kain itu tidak akan dapat dengan sempurna menutupi aroma tubuh wanita itu yang sebenarnya.

"Aku ingin tahu, seberapa jauh kamu dapat mencium bauku bila tercampur dengan aroma lain. Siapa tahu, ini bisa jadi salah satu solusi untuk masalahmu."

Lin berusaha memberikan penjelasan, khawatir kalau pria itu akan mencurigai sesuatu.

Pria itu bukanlah orang bodoh, tentu ia akan dapat dengan cepat menangkap tanda-tanda yang mencurigakan kalau wanita itu tidak hati-hati.

Berfikir untuk menghargai usaha Lin, Nate pun menelan ludahnya pelan. Pria itu akhirnya setuju dengan usul wanita itu.

"Baiklah. Tapi aku harap kamu lebih berhati-hati, karena aku tidak melihatmu langsung jadi kamu tidak dapat melihat perubahan mataku."

"Iya. Aku akan hati-hati."

Tampak kalau Nate masih tidak yakin ketika menimbang kain di tangannya.

"Kamu yakin, Lin?"

"Aku yakin. Ayo, cepatlah dipakai."

"Baiklah."

Perlahan, Nate meletakkan kacamatanya di atas meja dan melilitkan kain itu ke seputar matanya. Tampak pria itu mengikatnya erat di belakang kepalanya.

Setelah terpasang, Nate ragu-ragu bertanya, "Apakah aku harus duduk, atau berdiri?"

"Kamu duduk saja. Seperti kemarin, aku yang akan menghampirimu."

Terdengar suara wanita itu menjawabnya.

"Kalau kamu merasa mulai kehilangan kendali, tolong pegang erat lengan kursimu atau kamu bisa bilang langsung padaku. Bagaimana?"

Nate menganggukkan kepalanya, menyetujui. "Oke."

Kedua tangannya ia posisikan di tangan sofanya. Jari-jarinya tampak sedikit mencengkeram.

"Santai, oke?"

"Oke."

Tanpa bersuara, Lin melepaskan sepatu haknya di atas karpet. Ia sudah berusaha mempersiapkan hari ini sebaik mungkin.

Ia akan mengambil kesempatan ini dan menendang pria itu sekuat mungkin. Ia masih ingin membalaskan dendamnya.

"Apakah kamu bisa melihatku, Nate?" Lin melambaikan tangannya. Memastikan.

Pria di depannya menggeleng pelan. "Tidak."

Kain yang menutupi matanya cukup tebal dan ia melilitkannya tiga kali, membuatnya tidak bisa melihat apapun.

"Baiklah. Aku akan mulai."

Nate pun menunggu di kursinya. Setelah beberapa lama, pria itu tidak mendengar suara apapun lagi dari wanita di depannya.

Ia mulai menajamkan pendengarannya dan hanya mendengar suara nafas wanita itu yang mulai terdengar sedikit lebih cepat. Posisinya masih cukup jauh dari dirinya.

"Lin? Kamu masih di sana?"

Tiba-tiba, Nate merasakan hembusan angin yang cukup kuat datang dari arah depannya. Dengan instingnya, ia pun langsung berdiri dan mundur, mencari jarak aman.

Belum sempat ia berdiri dengan sempurna, datang lagi hempasan angin kencang dari arah sampingnya. Otomatis ia menangkis serangan itu dan berusaha untuk mundur kembali.

"Eh, Lin?"

Nate sadar yang menyerangnya adalah Lin, karena ia dapat mencium aroma kuat wanita itu.

Saat serangan ketiga Lin, Nate pun terburu-buru mundur dan tanpa sengaja tersandung karpet di belakangnya.

Sepertinya karpet memang kesialan kedua orang itu.

Lin yang sedang dalam posisi menyerang di depannya kaget dan sebelum sempat memperbaiki ancang-ancangnya, akhirnya harus terjatuh menimpa tubuh Nate.

Wajah Lin terbenam di leher pria itu. Tubuh mereka pun menempel sempurna, dengan salah satu tangan wanita itu yang mencengkeram dada Nate.

Sejenak keduanya membeku dalam posisi tersebut. Sampai Lin mulai mendengar suara geraman tertahan dari dada lelaki di bawahnya.

Sadar dengan situasi yang mulai berbahaya, Lin pun segera mendorong dada Nate dan menjauhinya secepat mungkin.

Lin dengan cepat mengambil posisi di balik meja kerja Nate, berusaha mencari tempat berlindung yang cukup aman dari pria di seberangnya.

Lelaki itu pun dengan perlahan bangun dari posisi tidurnya. Kain hitam di matanya tampak masih terlilit erat, tapi dari gerakannya, Lin tahu kalau Nate sudah mulai kehilangan kendali.

Indera penciumannya tampak meningkat tajam, karena saat Lin berpindah posisi sedikit, maka kepala Nate terlihat mengikuti arah pergerakannya.

Secara perlahan, darah di muka Lin mulai menghilang dan digantikan oleh rasa ketakutan yang kuat. Ia menyadari 'apa' lelaki di depannya ini.

Kecurigaannya ternyata benar. Oh Tuhan.

Tanpa diinginkannya, tubuhnya mulai gemetar. Ia benar-benar salah perhitungan dengannya. Sekarang, apa yang akan terjadi padanya?

"Lin?" Tiba-tiba terdengar suara Nate.

Tergesa, pria itu melepaskan kain di matanya. Ketika lilitan itu terbuka, kedua matanya tampak hitam, tapi ekspresinya terlihat berbeda.

"Lin? Kamu tidak apa-apa?"

Lin mengerjapkan matanya, saat melihat Nate menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Lin?"

Pria itu bertanya lagi dan sedikit mendekatinya. Tapi kemudian berhenti pada posisi aman.

"Nate?"

Akhirnya wanita itu dapat bersuara. Nadanya terdengar heran.

Lega, Nate bertanya lagi, "Kamu tidak apa-apa, kan?"

Menggeleng, Lin malah meneliti wajah pria di seberangnya yang tampak seperti biasanya. Hanya matanya saja yang menghitam.

"Kamu sadar, Nate?" Lin malah balik bertanya, heran.

"Ya. Aku tadi memang sempat hilang kontrol, tapi ketika merasakanmu-" Ia terdiam.

Hampir saja Nate menjelaskan sesuatu yang pasti akan sangat mencurigakan bagi wanita itu. Ia tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Ia masih ingin bersama dengan Lin.

"Nate?" Tanya Lin kembali ketika melihat pria di depannya tiba-tiba terdiam.

Lelaki itu hanya menatapnya dalam diam, dan secara perlahan Lin melihat matanya kembali ke warna asalnya. Ia telah sadar sepenuhnya.

"Lin? Kamu tidak takut padaku, kan?" Pria itu bertanya pelan.

Mendengar pertanyaan Nate, Lin menatapnya tepat di matanya.

"Terus terang, aku tidak tahu Nate. Karena aku sudah tahu kamu itu 'apa'."

Perkataan wanita itu membuat Nate menutup matanya. Kekhawatirannya telah terjadi.

Pria itu mencoba keberuntungannya sekali lagi, ia tidak mau gagabah dalam menafsirkan perkataan Lin. Siapa tahu...

"Aku tidak mengerti maksudmu, Lin." Nate memalingkan mukanya.

"Kaum V. Kamu salah satu dari mereka, kan?"

Pria itu tidak mau memandang wanita di depannya. "Sejak kapan kamu tahu?"

"Sejak awal, saat kamu pertama menyentuhku. Aku sudah melihat gelagatmu yang aneh."

Menghela nafas, Nate pun melemparkan pelan kain hitam itu ke atas meja. Kepalanya terlihat menunduk. Ia masih belum mau memandang wanita itu.

"Aku mengerti."

Lin mengeryitkan dahinya. "Mengerti apa?"

"Kalau kamu tidak mau bertemu denganku lagi."

Nate menoleh dan membuang pandangannya ke luar jendela. Hatinya terasa sakit. Sepertinya ia memang ditakdirkan akan selalu sendiri, sampai ia mati nanti.

Melihat kekecewaan yang jelas tergurat di wajah pria itu, membuat hati Lin terenyuh sedih. Ia tahu pasti yang dirasakan oleh Nate, karena ia juga merasakannya sepanjang hidupnya.

Wanita itu tahu bahwa kaum V memiliki masa hidup yang sangat panjang, dan kebanyakan dari mereka hidup dalam kesepian sampai kematian datang menjemputnya.

"Sejujurnya, tadi aku memang takut padamu, Nate."

Nate mengepalkan kedua tangannya erat. Ia masih memandang ke kegelapan malam di luar.

"Aku tahu. Aku merasakannya tadi."

Wanita itu memandang Nate dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kenapa kamu bisa sadar?"

Pria itu hanya menggeleng singkat. "Aku tidak tahu. Tapi saat aku merasa kamu sangat ketakutan, tiba-tiba kesadaranku kembali begitu saja."

"Oh! Jadi itu sebabnya."

Seruan Lin yang tiba-tiba, membuat Nate menoleh padanya. "Sebabnya?"

Wajah wanita di depannya terlihat cerah dan bersemangat.

"Kamu ingat Nate? Saat peristiwa kedua, kamu tiba-tiba berhenti menyentuhku, padahal aku tidak mengatakan apapun."

"Kamu menangis saat itu." Pria itu berkata muram.

"Itu maksudku! Sama dengan kejadian yang ketiga, kamu juga mundur ketika aku gemetar dan menyebut namamu, kan?"

"Ya..." Pria itu menjawab pelan. Sebenarnya ia tidak mau mengingat peristiwa itu lagi.

"Berarti kamu orang baik, Nate. Insting melindungimu lebih besar dibanding naluri liarmu."

Lin tampak tersenyum lebar padanya. Wajahnya terlihat sangat cantik di mata Nate, membuat pria itu tidak bisa berkata apa-apa.

Saat itu, keduanya hanya saling memandang dalam diam.

Perlahan, senyum mulai terbit dari bibir Nate. Sepertinya, akan masih ada harapan baginya. Wanita ini benar-benar luar biasa.

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

jangàn cepat putus asa nate

2022-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Blurb & Disclaimer
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chalter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Epilog
82 Pengumuman
83 Promo Karya Baru
84 Pengumuman karya baru
85 Promo Karya Terbaru 2023
86 Promo karya Januari 2024
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Blurb & Disclaimer
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chalter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Epilog
82
Pengumuman
83
Promo Karya Baru
84
Pengumuman karya baru
85
Promo Karya Terbaru 2023
86
Promo karya Januari 2024

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!