Chapter 16

Setelah itu, mereka berdua berjanji akan bertemu kembali beberapa hari kemudian karena mulai besok, akhir minggu sudah dimulai.

Lin saat itu sudah berpamitan dan baru akan memegang gagang pintu, ketika ia merasakan ada tarikan pelan pada lengan bajunya.

Menoleh, ia melihat tangan Nate ternyata telah memegang ujung lengan kemejanya. Mata pria itu menunduk, ekspresinya tampak sedikit takjub dengan hal yang sedang dilakukannya.

"Nate?" Wanita itu bertanya, ketika melihat Nate hanya memandangi tangannya saja tanpa bersuara.

"Lin..." Suara Nate terdengar lirih. Ia pun akhirnya mengangkat wajahnya.

Deg!

Jantung Lin berdetak sedikit lebih cepat. Mata Nate telah menghitam, membuat wanita itu baru menyadari bahwa ternyata mereka berdiri cukup dekat.

Tapi ekspresi pria di depannya ini membuat kecemasan Lin perlahan mulai mencair. Pria itu tersenyum dengan tulus padanya.

"Lin. Terima kasih kamu percaya padaku."

Nate pun akhirnya melepaskan tangan wanita itu. "Sampai ketemu senin nanti."

Terpana dengan apa yang sedang dilihatnya, Lin pun hanya bisa mengangguk kaku.

"Iya. Sampai jumpa lagi. Aku pergi."

Wanita itu pun keluar ruangan meninggalkan Nate yang terlihat sangat lega. Pria itu sama sekali tidak menyadari perubahan di warna matanya.

Saat ini yang ada di pikirannya adalah, betapa ia sangat bersyukur dapat sempat bertemu dengan seseorang seperti Lin, dalam rentang masa hidupnya yang cukup panjang.

Setidaknya saat ini, dirinya mulai merasa ada tujuan hidup lagi saat ia bersama dengan wanita itu. Ia merasa bahagia saat bersamanya.

Sementara itu di dalam lift, Lin kembali menyenderkan kepalanya di dinding. Situasi ini membuatnya cukup bingung sebenarnya.

Baru kali ini, ia bertemu dengan seseorang dari kaum V. Selama ini, ia selalu mencari mereka. Mencari seseorang tepatnya, dan tidak pernah berhasil.

Mereka termasuk bangsa yang soliter. Independen. Tidak mau terekspos. Dan yang Lin tahu, kebanyakan dari mereka adalah orang yang justru berada di belakang tokoh-tokoh penting.

Kaum V jarang berkumpul bila tidak ada tujuan. Mereka yang telah berpasangan pun, akan memilih untuk memisahkan diri dari kaumnya. Membuat pencarian Lin menjadi lebih sulit.

Lin selama ini, sama sekali tidak memiliki akses untuk menemui mereka dan hampir tidak ada seorang pun yang bisa ditanya. Pengetahuan yang ia dapat hanya dari ibunya yang telah tiada.

Tidak semua manusia sadar dengan keberadaan mereka, sehingga dia sendiri pun harus sangat berhati-hati ketika mencari informasi.

Dan sekarang, secara kebetulan takdir mempertemukannya dengan salah satu dari mereka. Dan orang itu, bukanlah orang sembarangan.

Wanita itu mulai menggigiti kuku jarinya. Ia harus memikirkan keputusannya baik-baik.

Beranikah ia langsung pergi meninggalkan kota ini tanpa petunjuk apapun untuk yang sedang dicarinya? Atau justru menetap lebih lama dan mencoba menggali informasi dari pria itu?

Secara logika, tentu ia akan memilih pilihan kedua. Masalahnya hatinya merasa dilematis, karena hal ini berarti ia akan memanfaatkan Nate untuk kepentingan pribadinya.

Mampukah ia memanfaatkan kesepian pria itu untuk keuntungannya sendiri? Saat ini, Lin masih belum tahu jawabannya.

Pada saat yang bersamaan, Nate baru mulai duduk di meja kerjanya ketika ketukan kembali terdengar di pintunya.

Marcus tampak masuk ke dalam ruangan. Ia memegang sesuatu di tangan kirinya.

"Tuan."

"Marcus!" Nate menyapa pria dingin itu dengan gembira.

Ekspresi atasannya yang sama sekali tidak pernah dilihatnya, membuat Marcus sedikit terpaku di tempatnya. Apa yang telah terjadi?

"Apa yang kamu bawa, Marc?"

Pria di depannya terlihat bersemangat seperti anak kecil di balik meja kerjanya.

Mengerjapkan matanya, pria dingin itu berusaha mengontrol nada suaranya.

"Felix ternyata bisa lebih cepat memberikan informasi tambahan."

"Ya. Aku sudah tahu. Dia meneleponku tadi. Katanya ada hal yang menarik?"

Nate menerima dokumen dari tangan Marcus dan memakai kacamata yang tadi sempat dilepasnya saat bersama Lin.

Marcus menunggu atasannya membaca dokumen di tangannya. Ia melihat ekspresinya berubah serius dan dahinya sedikit mengernyit.

Perlahan, Nate meletakkan dokumen itu di atas mejanya. Pria itu tampak termenung.

"Kamu yakin dengan informasi ini, Marc?"

Marcus menganggukkan kepalanya sekali. Badannya terlihat sedikit tegang.

"Felix sendiri yang menggalinya. Ia juga cukup terkejut ketika tahu."

Mata Nate kembali menunduk, melihat pada berkas yang ada di depannya.

"Tapi ini..."

Informasi yang tertera di berkas tersebut sedikit banyak telah dapat menjawab pertanyaan pria itu selama ini, tapi ada beberapa hal yang masih belum jelas. Masih kabur.

Pria itu mengepalkan tangannya di atas meja. Ia harus bertemu langsung dengan Felix.

"Marcus. Tolong atur pertemuanku dengan Tuan Felix. Segera. Tertutup."

"Baik. Saya akan segera mengaturnya."

Sedangkan di tempat lain, Lin tampak sedang memegang mug yang berisi susu panas.

Wanita itu sedang duduk di sofa di apartemennya. Ia mengangkat kedua kakinya dan menumpukan dagunya di sana.

Sambil memutar-mutar mug yang ada di tangannya, matanya tampak menerawang ke masa lalunya. Ia mengingat-ingat masa hidup yang sudah dijalaninya selama ini.

Meletakkan mugnya ke meja, ia pun melihat kedua telapak tangannya yang memerah karena panas dari gelas tersebut.

Menggosok-gosokkan kedua tangannya, Lin tiba-tiba teringat kejadian beberapa waktu lalu.

Memandang tangannya, ia masih bisa merasakan ketika jari-jemarinya menggenggam erat dada pria di bawahnya. Ia dapat merasakan otot-ototnya yang kencang di balik rompinya.

Secara bersamaan, ia juga teringat aroma pria itu ketika ia berada di lehernya. Aromanya kuat dan sangat maskulin di hidung Lin. Itu adalah pertama kalinya ia mencium bau seorang pria tanpa harus merasakan mual.

Tanpa diinginkannya, pipi Lin mulai memerah ketika mengingat kejadian tersebut.

Selama hidupnya, ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya. Kejadian dengan Nate adalah yang pertama kalinya dapat membuat Lin merasa sedikit tergetar.

Ada beberapa pria yang memang mencoba mendekatinya, termasuk Lionel. Tapi Lin anehnya, sama sekali tidak merasakan perasaan apapun pada mereka.

Awalnya ia menyangka, kalau ia mungkin memang belum bertemu dengan seseorang yang disukainya. Sehingga mengganggap itu hal yang wajar.

Tapi seiring berjalannya waktu, ia telah bertemu dengan banyak orang. Puluhan sampai ratusan. Tua-muda, kaya-miskin, dari yang tampan sampai dengan yang biasa-biasa saja.

Ia bahkan mencoba untuk berkencan dengan beberapa dari mereka, tapi selalu pulang dalam keadaan pusing. Ia selalu merasa mual berada di dekat para pria terlalu lama, terutama ketika mulai mencium hawa n*fsu mereka terhadap dirinya.

Ia sudah sampai pada suatu titik tidak ingin mencoba lagi. Apalagi ketika di usianya yang semakin bertambah, ia juga mulai menemukan beberapa keanehan dalam dirinya.

Ibunya yang telah tiada memang sempat mengungkapkan beberapa hal padanya sebelum ia meninggal, tapi tadinya Lin tidak pernah menganggap serius ucapan ibunya.

Wanita yang telah melahirkannya itu hampir selalu tampak depresi dan selama tahun-tahun masa kecilnya, dihabiskan Lin untuk berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya.

Mereka bahkan terkadang mengganti identitas dirinya, tanpa Lin ketahui sebabnya.

Seumur hidupnya, Lin telah kehilangan masa kecil dan masa remajanya. Dan meski ia adalah seorang yang berprestasi baik di sekolah maupun masa kuliahnya, tapi tidak ada yang pernah memberikan kesan mendalam karena setelahnya ia pun harus berpindah tempat lagi.

Lin sendiri tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Ia hanya tahu bahwa ayahnya meninggalkan mereka saat ia masih di kandungan. Ibunya bahkan sama sekali tidak pernah mau memberikan gambaran mengenai ciri-ciri fisiknya.

Sejak remaja, Lin sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri dan juga ibunya. Hal ini karena pada saat berumur 16 tahun, ibunya sudah tidak mampu menafkahi mereka lagi, membuat Lin harus mulai bekerja secara part-time dan berjuang untuk kehidupannya.

Wanita itu akhirnya menyenderkan kepalanya ke kepala sofa dan menarik nafas panjang. Ia memandang langit-langit di atasnya.

Bisa dikatakan bahwa Lin sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang normal dari ibunya. Membuat pribadinya menjadi kuat, independen dan tidak mudah menyerah.

Ketika usianya 21 tahun, ibunya pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Dan pada saat itulah, ibunya akhirnya mengungkapkan suatu kenyataan.

Kenyataan yang cukup membuat hidup Lin berantakan, karena ia sama sekali tidak memiliki pegangan dan tempat bersadar untuk membantunya melewati masa kritis itu.

Ia hampir saja kehilangan arah, jika pada saat itu ia tidak mengingat perkataan ibunya bahwa ayahnya ternyata masih hidup. Dan masih mencarinya sampai sekarang.

Lin pernah berada dalam fase sangat membenci ibunya, yang dengan teganya memisahkan dia dari ayahnya. Selama hidupnya, Lin mempercayai kalau ayahnya membencinya dan tidak pernah menginginkan dirinya. Tapi ternyata?

Tapi tetap saja, ketika ibunya meninggal, Lin tetap merasakan kehilangan. Ia kehilangan satu-satunya orang yang dapat menerima dirinya apa adanya.

Mengingat hal itu, membuat air mata Lin perlahan menetes, mengalir di pipinya.

Selama 21 tahun dalam kehidupannya, ia mempercayai sesuatu yang ternyata bukan suatu realita. Ketika ia akhirnya mengetahui kenyataan sebenarnya, ia juga tidak bisa semudah itu untuk menerimanya begitu saja.

Perlu waktu puluhan tahun untuknya beradaptasi dan dapat menerima dirinya apa adanya. Bukan waktu yang mudah bagi Lin, karena ia pun tidak pernah memiliki seseorang di sampingnya kecuali ibunya.

Selama lebih dari 20 tahun kehidupannya, Lin selalu berusaha untuk kabur. Kabur dari kenyataan yang mengejarnya.

Bahwa ia bukanlah wanita yang normal. Bahwa ia terlahir dari sebuah perjanjian. Bahwa ia adalah keturunan dari sesuatu yang telah mengutuknya menjadi seperti sekarang ini.

Dan entah mengapa, ketika ia menginjakkan kaki di kota ini lebih dari 3 tahun yang lalu, Lin pun memutuskan untuk menetap dan pada akhirnya menggunakan nama lahirnya.

Wajah Nate tiba-tiba membayang di pelupuk matanya, membuat Lin mengerjap.

Sejenak, ia terlihat berfikir dan tidak lama menegakkan badannya.

Ini adalah satu-satunya kesempatan yang ada di depan matanya. Apakah ia akan melewatkannya? Tentu saja tidak.

Setidaknya ia harus mendapatkan jawaban dari pertanyaannya selama ini. Setidaknya ia harus tahu tujuannya dilahirkan di dunia ini. Dan Lin merasa, bahwa di usianya sekarang, ia sudah lebih dari siap untuk menerima apapun kenyataan yang akan dihadapinya nanti.

Menarik nafasnya panjang, Lin sudah memutuskan. Maaf Nate, tapi sepertinya aku memang harus memanfaatkanmu untuk kepentinganku.

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

and Nate says....ga papa lin, manfaatkan aku sebanyak yg kamu mau

2022-01-25

0

another Aquarian

another Aquarian

Iya.. Terkuak sedikit demi sedikit.. Lanjuuuttt ahhh..

2022-01-16

0

jnxdoe

jnxdoe

Makasih komentarnya ❤️😊

2022-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Blurb & Disclaimer
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chalter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Epilog
82 Pengumuman
83 Promo Karya Baru
84 Pengumuman karya baru
85 Promo Karya Terbaru 2023
86 Promo karya Januari 2024
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Blurb & Disclaimer
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chalter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Epilog
82
Pengumuman
83
Promo Karya Baru
84
Pengumuman karya baru
85
Promo Karya Terbaru 2023
86
Promo karya Januari 2024

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!