"Kau!"
Lin berteriak marah ketika ia menemukan pria yang dicarinya sedang berdiri di tengah ruangan besar itu. Ia segera bergerak menghampiri dengan posisi mengancam.
Nate bergerak mundur dengan cepat, namun langkahnya tertahan meja kerjanya sendiri di belakang, membuatnya terpaksa berhenti.
Pria itu benar-benar merasa sangat sial hari ini. Tidak sengaja ia menjatuhkan bolpoinnya saat sedang mengamati Lin. Dan Lin, tidak seperti wanita lainnya, bukannya lari ketakutan tapi malah menghampirnya. Hal ini tidak sesuai dengan perkiraan Nate sebelumnya.
Melihat Lin tidak ragu untuk menghampirinya, Nate mengangkat satu tangannya, mencoba menyuruh wanita itu berhenti.
"Tu-Tunggu. Jangan mendekat lagi."
"Kenapa? Takut?" Tantang Lin. Hari ini ia bertekad akan menghajar pria kurang ajar itu.
Mendengar tantangan itu, membuat dahi Nate berkerut dalam. Apa? Takut?
Seumur hidupnya, ia tidak pernah takut pada kematian. Hampir setengah dari masa hidupnya, ia habiskan di medan perang. Berjuang untuk sesuatu yang bahkan ia tidak memahami atau mempedulikannya. Ia justru mengejar datangnya kematian itu sendiri.
Perkataan Lin sedikit membuat harga dirinya terusik.
"Takut? Kenapa mesti takut?" Pria itu tersenyum miring, mengejek.
Kuping dan emosi Lin terasa panas saat ini. Pria di depannya ini benar-benar membuatnya naik darah. Dengan marah, ia pun segera menyerang pria di depannya.
Hanya dalam beberapa langkah, pria itu membalikkan serangannya dengan mudah dan membuat posisi Lin menjadi di depan tubuhnya dengan jepitan di bagian lehernya.
Wajah Nate berada di atas kepala Lin. Posisi yang terlambat disadari Nate, ternyata merugikan dirinya sendiri.
Pria itu mulai merasakan pengaruh yang sama seperti waktu itu, ketika ia mencium aroma rambut wanita di depannya.
"Ugh..."
Sedikit terhuyung, Nate melepaskan Lin dan mundur ke belakang. Ia mulai merasa kontrol dirinya mulai meninggalkannya. Bahaya.
Tapi Lin yang melihat kesempatan, malah mendorong kasar pria itu ke arah meja, sehingga badan Nate jatuh terlentang di meja dengan tubuh Lin di atasnya. Keduanya saling menempel.
Nafas keduanya mulai terasa berat. Yang wanita dengan perasaan marah, sedangkan sang pria mulai merasakan kewarasannya meninggalkan otaknya dengan cepat.
Ia harus segera melepaskan diri dari wanita ini!
Lin duduk di atas perut Nate, menekan kedua lengan pria itu di kedua sisi kepalanya. Membuat Nate tidak bisa bergerak dengan bebas, tanpa harus menyakiti wanita di atasnya.
"Sekarang kau tidak akan kemana-mana!" Kata Lin dengan penuh rasa geram.
"Le-Lepas..." Suara pria itu terdengar lirih. Ia memalingkan kepalanya, mencoba mencari cara untuk kabur.
Mendengar suara lirih itu, Lin mengernyitkan dahinya. Ada apa lagi dengan pria ini?
Saat pria itu kembali menatap dirinya, Lin memperhatikan bahwa pupilnya semakin membesar dengan cepat dan tidak wajar, yang pada akhirnya menutupi keseluruhan iris matanya yang awalnya berwarna kelabu muda.
Wanita itu merasakan tubuh pria di bawahnya mulai bergetar pelan, dan dahinya terlihat berkeringat. Ia juga melihat bahwa tatapannya mulai berubah, yang tadinya terlihat cemas menjadi... penuh n*fsu?
Mencium adanya bahaya, Lin segera melompat dan menjauhi tubuh pria itu.
Ketika ia melihat pria itu berdiri, terlihat ekspresinya yang jauh berbeda dari sebelumnya. Lin memperhatikan bahwa mata pria itu telah menghitam, dan tatapan matanya terlihat lapar, mengarah pada dirinya sendiri.
Raut muka Lin mulai memucat. Ia menyadari sesuatu. Pria ini akan menyakitinya.
Dengan cepat, Lin bergerak menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri.
Tapi pria itu entah bagaimana, sudah berada di belakangnya dan menutup pintunya dengan keras. Tubuhnya yang besar menghalangi wanita itu untuk bergerak kemana pun.
Kedua kakinya telah dijepit oleh kaki panjang pria di belakangnya, membuatnya terjebak dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Tangan-tangan pria di belakangnya mulai naik dan mengelusnya dengan perlahan.
Lin memejamkan kedua matanya dengan erat ketika merasakan kedua tangan besar pria itu bergerak dari arah bokongnya dan menuju dadanya. Dia mulai meremasnya. Oh Tuhan.
Lelaki itu meletakkan dagunya di bahu Lin dan saat menggeram, Lin bisa merasakan hawa panasnya yang kuat. Pria ini sudah dikuasai oleh naluri liarnya.
Ia mulai menciumi telinga dan leher wanita di depannya. Nafasnya terdengar memburu.
Salah satu tangan pria itu turun mengusap perutnya yang rata, dan menuruni pinggulnya menuju area pribadinya.
Tubuh Lin mulai meremang, ketika menyadari bahwa tangan lelaki itu memasuki roknya dan mulai menuju ke arah pakaian dalamnya.
"Ja-Jangan..."
Lin berusaha untuk bergerak dan menolak, tapi tubuhnya benar-benar terhalang oleh kekuatan pria itu. Ia tidak bisa kemana-mana.
Tanda disadarinya, wanita itu mulai menangis ketika merasakan bahwa area pribadinya telah dijamah oleh lelaki asing. Lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Jari-jemari lelaki itu dengan perlahan bergerak memasuki area pakaian dalamnya.
"Ti- Tidak! Hentikan!"
Sekuat tenaga Lin berusaha menggerakkan tubuhnya, tapi tubuh pria di belakangnya sama sekali tidak bergeming. Tolong!
Nate bisa merasakan tubuh wanita di pelukannya bergetar pelan.
Dan entah karena apa, tiba-tiba kesadaran Nate secara perlahan mulai kembali.
Ia tersentak dari kegiatannya menciumi leher wanita di depannya, dan segera menarik tangannya keluar.
Pria itu segera mundur dan menjauhi wanita di depannya.
Menyadari pria itu tidak menempel dibelakangnya lagi, Lin memegang kedua kerah bajunya dengan erat dan segera lari untuk keluar dari ruangan itu tanpa menoleh lagi.
Nate yang saat itu bersandar pada meja di belakangnya, hanya bisa memandang kepergian wanita itu dan menatap nanar kedua tangannya yang gemetar. Oh Tuhan. Apa yang telah kulakukan padanya?
Pria itu masih mematung dalam posisinya selama beberapa waktu. Bingung dengan keadaan yang menimpanya saat ini.
Sementara itu, telah terjadi kehebohan di ruang rapat direksi. Mereka menyaksikan sang owner di dorong dengan paksa ke mejanya dan bahkan ditindih oleh seorang wanita.
Dan kejadian itu sangat cepat, setelah itu keduanya pun berubah posisi lagi. Dan layar kembali menampilkan gambar meja kerja kosong seperti sebelumnya.
Meski tidak bisa melihat ekspresi keduanya karena terhalang tubuh mereka sendiri, tapi para petinggi menjadi khawatir dengan keselamatan sang owner.
"Pak Marcus. Apa tidak sebaiknya Anda menghubungi Tuan Axelle? Ia mungkin berada dalam bahaya."
Salah satu dari mereka akhirnya berani untuk bersuara.
"Benar Pak." Yang lainnya mengiyakan serempak.
Saat itu, tidak ada yang bisa membaca ekspresi pria dingin di depan mereka. Tidak ada yang tahu bahwa Marcus juga sedang bingung dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Sejujurnya, ia juga cukup shock dengan kejadian ini.
Selama ia berada di sisi atasannya, belum pernah sekalipun pria itu terlibat dengan seorang wanita, apalagi wanita manusia. Marcus bahkan tidak pernah tahu bagaimana cara pria itu untuk memuaskan kebutuhan lahiriahnya selama ini.
Yang patut ia syukuri dari kejadian ini adalah, Nate sempat mematikan suara dari laptopnya, membuat semua orang tidak dapat mendengar pembicaraan mereka.
Meski Marcus tidak tahu apa isi pembicaraan antara Nate dengan wanita itu, tapi yang pasti bukan hal yang baik untuk menjadi konsumsi publik.
Menghela nafasnya pelan, pria dingin itu akhirnya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
"Tuan Axelle akan baik-baik saja. Sebaiknya sekarang kita masuk ke risalah agar meeting dapat segera diakhiri hari ini."
Para petinggi saling berpandangan, tapi tidak ada yang berani membantah instruksi itu. Mereka juga sebenarnya sudah cukup lelah seharian ini.
Secara perlahan, masing-masing menempati posisinya dan mulai membahas satu per satu hal-hal yang menjadi kesimpulan meeting dan rencana yang akan mereka jalankan untuk 3 bulan ke depan.
Marcus benar-benar berusaha memfokuskan fikirannya saat ini. Benaknya berkecamuk dengan berbagai pertanyaan dan juga kekhawatiran mengenai keadaan atasannya. Ia harus sesegera mungkin mengakhiri pertemuan hari ini.
Dengan tidak sabar, pria itu beberapa kali melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17.00. Cepatlah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Win_dha88
masih penasaran dengan Aroma V....
apakah aroma V BTS ...🤔
2022-01-20
0
Gadjahdior
Sejauh ini bagus, aku suka alurnya thor.. Semangat yaaa, pasti nanti banyak yang like n komen.. 😍😍😍
2022-01-16
0