Keseharian hari ini membuat senam jantung antara senang dan bahagia.
Bahagia melihat sang mantan menahan amarah.
Bisa dibilang dari cara Elang menatap dirinya yang tidak biasa ia tahu itu
Tidak menyangka pertemuan sore hari ini ditutup oleh kehadiran sosok Desi yang telah menghancurkan rumah tangganya secara tidak langsung.
Bahkan ia merutuki kebodohan sang Desi tsb tidakkah ia tahu jika perpisahannya membawa luka dan drama di kehidupan masa lalunya dan kini?
Wanita yang terlalu berarti untuk sang mantan suami.
Saat hendak melangkahkan kakinya ke main unitnya, ia melihat sosok yang sedari pagi mendominasi kesibukannya hari ini.
Pria yang mengeraskan rahangnya dan ingin meledakkan amarah padanya.
ia tahu seribu cara ia akan lakukan agar mencari unit tempat tinggalnya.
" Wah… sebuah kejutan sekali seorang mantan suami mau mendatangi sosok mantan istrinya."
" Apa maumu?"
" Maksudnya?"
" Kau ingin bermain main denganku?"
Almira tersenyum hanya saja bagi Elang, senyumnya memiliki makna tersirat
Senyuman iblis berselubung sosok wanita.
" Sebuah tawaran?"
" Kamu akan menyesal Almira."
Almira menanggapinya dengan santai, tidak dengan Elang yang selalu menyulut emosi.
Tidak akan ia tersulut emosi akan merugikan dirinya
Almira mendekat dan menatap manik coklat milik sang mantan.
" Inilah aku, Almira Sharman yang sudah kamu buang, apa kau lupa?"
Nafas yang sangat terasa di wajah Elang Daniswara dan dengan tanpa permisi, memegang rahang keras milik mantan suami dan dengan santainya mengecup bagian rahang yang sedari dulu menjadi bagian favoritnya.
" Bagaimana jika malam ini?"
Elang mengepalkan tangannya dengan erat menyisakkan buku kulit tangan yang memutih.
" Beginilah dahulu caramu menggodaku dahulu delapan tahun lalu?"
Jika boleh, Elang ingin melenyapkan iblis berselimut wanita didepannya ini, melemparnya menuju Antartika agar tidak lagi datang ke kehidupan normalnya.
Seperti yang telah terjadi saat ini.
Elang Daniswara tahu, dirinya bukan Almira yang dahulu
Almira yang mudah dihancurkan
Melihat sisi berbeda tidak seperti sembilan tahun lalu.
Aku tahu kamu kembali untuk apa
Tujuanmu untuk apa
Namun tidak kubiarkan kau menghancurkan segalanya
Termasuk mengusik Desi nya.
**********
Elang Daniswara mengetahui tempat tinggalnya bukanlah perkara sulit baginya karna kekuasaan nya dikota Jakarta ini cukup luas korelasinya.
tentu saja Almira masih bersikap tenang apalagi amunisnya belum ia gunakan sekalipun.
jika Elang Daniswara menggali waktu, justru Almira menjerat sang mantan.
dikamarnya, ia melihat sosok gadis kecil cantik yang sudah nampak tidur pulas sedang asik dalam buaian mimpinya.
bahkan bukan parasnya saja, saat tertidur pulas pun sangat mirip sekali.
mirip dengan pria yang sama sekali tidak menginginkan kehadiran malaikat kecil nya itu.
kau menjebakku
kau merencanakannya
dasar jala*ng murahan bisa bisa nya kau melakukan itu padaku
kenapa memangnya? kita sudah sah sebagai suami istri aku berhak menerima itu.
aku tidak menginginkannya, jika terjadi sesuatu padamu maka jangan mencariku jangan meminta pertanggung jawabanku karna ini kehendakmu bukan keinginanku
kata kata itu terus saja terngiang dalam diri Almira tatkala membesarkan sang buah hati, mengingat naas ya kehidupan pelik yang ia lalui
pejaman mata tidak berhasil mengusir sekelibat bayangan masa lalu yang pahit selalu terngiang dalam ingatannya dalam hatinya.
malam itu, malam yang harusnya indah dan manis berubah menjadi terasa hambar.
menjedakan pemikiran sang pemilik tubuh, ia peluk sebentar sang putri kecil agar dapat terpejam dengan rasa lelah dan penat.
sial
tidak berhasil justru semakin malam semakin kemana mana pikirannya.
kata kata pedas itu, terlontar dari bibir seksi sang mantan suami tanpa ampun.
kau yang menginginkannya kau yang bertanggung jawab, jika nanti ada sesuatu dalam dirimu meski itu titisan Daniswara, maka jangan cari aku jangan meminta pertanggung jawaban padaku.
ya, titisan itu sudah datang dan besar, sedang dalam dekapan sang ibu, titisan yang sangat mirip segalanya oleh seseorang yang tidak menginginkan kehadirannya.
wali nasab nya, titisan Daniswara yang tidak diinginkan.
memandang sang malaikat kecilnya terkadang mengingatkan luka olehnya, namun rasa sayang tentu sangat mendominasi.
wajah yang dimiliki oleh Gauri Sharman, mengingatkan segala penolakan yang ia dapatkan dari dulu bahkan kini.
namun ia sejujurnya tidak akan pernah menyesal mengandung seorang Gauri Sharman terlebih baginya untuk saat ini, energi terbesarnya ada padanya.
apapun akan Almira lakukan demi sang penerus.
**********
rutinitas terbaru yang Almira lakukan adalah menemani sang buah hati sarapan dan menunggu kehadiran guru home schooling datang, meski ada asisten, ia tidak mau kehilangan momen yang bisa ia ciptakan pada anak tunggalnya, ia akan pergi meninggalkan setelah gurunya sudah datang.
bukan tanpa alasan dirinya memilih home schooling sebagai jalan utama, selain anaknya tidak pandai bergaul, pendidikan disini dengan di Washington jauh berbeda tidak bisa disamakan.
baginya tidak masalah selama anaknya mendapatkan pendidikan yang layak.
selain pemilih, Gauri memiliki sebuah penyakit yang apa nama ya lupa. tapi dia bukan seorang autis, daya ingat terlalu kuat dan pemikirannya terlalu kritis membuat sang ibu terkadang kualahan menjawab maupun menanggapi apa saja yang dipikirkan sang anak.
iya, sifat itu jelas sekali temurun dari sekarang Daniswara grup
bukankah ia hanya memiliki satu teman hidup?
bukankah dia hanya mementingkan dirinya?
tidak mau berbaur jika tidak terpaksa?
semua terjadi karena keterpaksaan
dan semua itu tidak ada dalam diri Almira.
" aku hanya ingin belajar dengan pembelajaran yang baru karna bagiku mengulang sesuatu secara terus menerus bukan pembelajaran yang menyenangkan.
lihatlah
" oke adalagi yang mau ditanyakan?"
" no, hanya itu."
semangmuk sereal yang berenang bersama susu dan ditemani beberapa lembar roti menemani sarapan bersama.
" aku kembali ke kamar," pamit dirinya ke dalam kamar memberikan satu kecupan manis untuk sang mama.
" jangan lupa bawakan aku seorang ayah yang impresif dan berkualitas." tidak pernah bosan sang anak memberi amanat dan Almira hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkah laku sang buah hati.
pernahkah kalian bertanya mengapa sang buah hati selalu memberikan pesan yang penuh dengan makna tersirat itu? jawabannya adalah
" aku hanya ingin memiliki ayah yang mau mengakui anak ya sebagai darah dagingnya dan tidak meninggalkan mama dalam keadaan apapun."
ketika menjawab itu, Almira hanya tertawa meski sesaat namun terdiam menyadari betapa jeniusnya anak nya itu.
pernah ia bertanya dimana sang papa? dan tentu saja Almira menjawab dengan sedikit bumbu kebohongan
" papa mencari uang untuk membeli apa yang Gauri inginkan, jika Gauri jadi anak yang baik, maka papa akan segera kembali." diusianya yang tiga tahun namun sayang, apa yang ia rasa dengan apa yang mamanya ucap berbanding terbalik
" jangan memberi harapan kepadaku ma, jika memang papa tidak menganggap ku ada, maka aku tidak mengharapkan kehadirannya juga."
" apa kita keluarga? keluarga yang Gauri tahu ada papa, mama, aku dan adik ini hanya ada aku dan mama saja, apa kita disebut keluarga juga?"
lamunan terurai saat bersamaan dengan sang guru privat datang untuk mengajar.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments