BSM : Episode 3

Luka yang menganga jika diberi garam akan sangat menyakitkan namun justru itu yang membuat berpikir keras bagaimana caranya agar luka tidak kembali menganga.

Happy reading gaes 💜💜💜💜💜

Mata indah Almira ikut melirik sekilas Adiwilaga ke tuan Daniswara, wajah yang dahulu selalu dilihat, kini kembali tertangkap.

Pertemuan satu Minggu lalu baginya sangatlah tidak berkesan selain keberanian Almira mencium pipi sang tuan muda Daniswara.

Bertekad tidak akan menyia nyiakan keadaan ini.

"Tentu, tuan Sasongko Wijoyo sudah memberitahu jauh jauh hari."

Adiwilaga mengangguk, senyuman dan tatapan mautnya tidak pernah terlepas dari wajah cantik yang sedang dihidangkan dihadapannya tidak akan ia sia siakan sajian gratis ini.

" Apa tidak apa apa jika asisten anda tidak turut andil dalam meeting kali ini?" 

Mata Almira kembali pada tuan muda Daniswara, kulit kening laki laki berusia tiga puluh delapan tahun itu membentuk beberapa lipatan serta mata tajam menghunus seperti tombak yang siap meluncur ke sang korban namun tentu tidak membuat Almira gentar justru senyum manis yang terbit di bibir Almira yang membentuk lengkungan. Sekaligus Almira dapatkan sosok rasa bencinya yang didapat sembilan tahun silam.

" Tentu tidak memang kenapa? Apa tuan muda Daniswara mau asisten saya ikut?"

" Tentu saya tidak meragukan anda nyonya Almira hanya saja, mengenai produk detile yang akan dikembangkan Ciputri grup seharusnya melibatkan tuan Sasongko yang seharusnya datang." 

Cukup tahu diri jika tuan muda Daniswara tidak menginginkan kehadirannya, Almira memasang wajah baik baik saja, lagi pula ia memang baik baik saja, hanya pria dewasa itu yang tidak menginginkan kehadirannya dan ini tempat Almira dan alasan Elang tidak menyurutkan keinginan Almira.

" Saya rasa undangan pelantikan sudah disebar dan diberikan kepada masing masing petinggi dan relasi, apa tuan Daniswara tidak mendapatkannya?"

Mood Almira kembali membaik setelah memberikan amunisi mood tidak baik kepada Elang Daniswara, ia hanya tersenyum dan menatanya dengan intens perubahan raut wajah itu.

Proyek yang akan dibahas mengenai detile proyek properti yang sebelumnya sudah dibicarakan sebelum kedatangan Almira, bagaimana wanita itu bisa menyelesaikannya dengan baik ketika pembicaraan sebelumnya ia tidak turut andil? Apakah Toshaba mempertaruhkan project penting nya?

Sekilas Elang Daniswara saat sang sekretaris memberitahu mengenai meeting yang akan dihadiri Almira dan kabar tersebut ia dapatkan tatkala dirinya sudah berada di privat room.

Tolong jelaskan bagaimana caranya agar Elang bisa pergi dari sini sebelum bertemu dengannya andai ia bisa namun sebisa mungkin ia mempersingkat waktu apapun yang dicapai kata kesepakatan.

"Kalau ibu Almira, emm sepertinya akan lebih singkat jika aku memanggil Mira apakah boleh?"

Dasar pemain sekali pemain tetap saja citra pemainnya tidak akan pernah hilang ditelan waktu

" Tentu, senyaman ya saja."

" Baiklah jika dilihat, sepertinya pak Daniswara bukan type orang yang memiliki banyak waktu, jadi kita mulai saja mengenai kelanjutan proyek ini." 

Tidak ada bantahan dari ketiganya memang ketiga perusahaan tersebut sudah lama menjalin kerjasama apalagi untuk seorang Elang Daniswara ia tidak mau terlalu lama bergelut dengan sang mantan.

Niatan mempersingkat waktu nyatanya tidak dapat terbantahkan yang artinya sudah tiga jam dari arloji saat ia awal masuk memulai pertemuan menyaksikan grafik dan denah berskala tsb.

Saat meeting selesai, Adiwilaga menerima panggilan masuk dan mengasingkan diri di pojokan ruangan dan kini hanya tersisa dua orang berbeda jenis kelamin yang sudah sedari awal memang saling menghindar.

Lebih tepatnya Elang Daniswara yang menghindar.

Keduanya sibuk memainkan layar pipih dengan besar sekitar lima setengah sampai enam inci tersebut dalam hening 

Namun bukan Almira namanya jika membiarkan keheningan tercipta, misinya baru saja dimulai.

" Saya rasa, menduda bukan sebuah status yang ingin ditanggalkan dalam waktu cepat, buktinya anda lebih nyaman dalam menyandang status tsb."

Berbicara dengan nada datar namun tidak melihat lawan bicara tentu merasa sedang diajak bicara tatkala hanya ada dirinya yang berada didekatnya apalagi saat membawa status 

Duda

" Kalo kamu berpikir aku tengah menunggumu mohon maaf dengan sangat, ucapan mu terlalu percaya diri."

" Masih sama aturan sembilan tahunmu itu misalnya Desi mu itu?" 

Senyum Almira mengembang sempurna saat Elang berdiri dan keluar dari ruangan tanpa mengindahkan ucapan Adiwilaga yang masih menelpon tsb.

Terlebih mendengar degum pintu kaca dengan jelas membuat Adiwilaga mengikuti langkah cepat seorang Elang Daniswara tanpa melupakan tatapan genit pada Almira Sharman.

Keduanya menghilang dibalik kaca bening yang ditutup skotlite buram, senyum Almira mengembang sempurna dan menggelengkan kepalanya.

Sangat mudah membuat emosi seorang Elang Daniswara, menyebut nama yang tidak sengaja diucap saat tengah tertidur.

Cukup tahu ia, satu tahun pernikahan yang diarunginya membuat ia tahu bagaimana sifat dan karakter yang dimiliki.

" Mungkin dia yang pertama, tapi aku yang dipilih, sadar atau tidak kamu sama saja sedang menggali lubangmu makammu sendiri tuan Elang Daniswara."

**********

" So,,, jadi gimana? Ketemu sama elang?" 

" Hmmm."

" Trus??"

" Yaa.. biasa aja,"

" Trus dia enggak nanya soal…"

" Please deh Adelia sayang, aku kesini enggak mau bahas dia."

Almira geram niat ingin curhat mengenai kepulangan dan pekerjaan yang dapat disini, justru berimbas pada cerita pelik pertemuan dirinya dengan sang mantan suami.

Ah ia saja saat bertemu dengannya justru memperlihatkan raut wajah sangat amat tidak suka tapi Almira menyukainya.

Machiato yang sedang ia nikmati di sebuah cafe tak jauh dari kantor menemani perbincangan antara dirinya dengan Adelia, salah satu orang yang berada disampingnya saat dirinya terbuang oleh sang mantan.

Dirinya terpaksa menemui sang sahabat yang sangat bawel namun baik hati itu.

Perpaduan wajah Jawa dan bule dari sang mamah mendominasi wajah sang sahabat, Adelia Wilhelmina.

" Aku denger dia masih sendiri."

Menaikkan alis, Almira mengerti arah perbincangannya " masa bodo ia masih sendiri atau tlah bersama aku kembali bukan untuknya juga."

" Heii… aku hanya membagi informasi mungkin saja berguna ataupun bermanfaat untukmu."

a

" Tidak ada faedahnya," Almira kembali menyeruput machiato  itu memang hal menyenangkan setelah berkutat dengan pusingnya deadline maupun penatnya pekerjaan adalah menikmati sensasi pahit campur manis dari segelas minuman kopi tak tetlalu kuat itu.

Merasa sudah lama, padahal tidak ada satu jam bercengkrama namun gerah mendominasi ingin pulang lantaran ada buah hati yang menunggunya namun Adelia mendudukkan kembali dirinya.

" Duduk.."

" Hah?"

" Duduk, ada pemandangan indah pasti Lo bakal suka." Mau tidak mau Almira duduk kembali.

" Arah jam sembilan," dengan refleks, Almira menatap yang dimaksud Adelia.

Senyum sinis mengembang dan ini waktu yang tepat tatkala melihat dua sejoli sedang duduk manis sambil tersenyum menatap penuh cinta.

" The show time gaes…"

Tbc.

Terpopuler

Comments

WeenezDe

WeenezDe

elang sama desi?

2022-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!