3 tahun berlalu setelah Li Hui dan kedua orang tuanya tiba didesa daun.
Suara seruling yang indah dan merdu diiringi suara aliran air, menghiasi suasana sejuk disiang hari dipinggir sungai. Terlihat dua orang anak yang kira-kira berusia 7 – 8 tahun, sedang duduk dan rebahan dibawah pohon rindang 3 meter dari tepi sungai.
Salah satu dari mereka terlihat sedang memainkan seruling dengan serius, anak muda itu adalah Li Hui. sedangkan satu orang lagi yang bernama Shi Hao, sedang menutup mata sembari rebahan menikmati alunan nada seruling Li Hui.
“keahlian bersulingmu sudah meningkat sejak terakhir aku mendengarnya Hui” Shi Hao mengeluarkan suaranya untuk memuji Li Hui, tapi kedua matanya masih tertutup.
Li Hui tidak membalas pujian Shi Hao, melainkan terus meniup seruling bambunya sembari menggerakkan jari-jarinya untuk menghasilkan nada merdu.
10 menit kemudian, bunyi yang keluar dari seruling Li Hui berhenti, kemudian pemuda itu membuka kedua matanya dan memperlihatkan irisnya yang berwarna emas.
“ini berkat ayahmu saudara Hao” suara singkat terdengar dari mulut Li Hui.
“bagaimana mungkin ini karena ayahku? Dia bahkan tidak pernah mengajarimu cara memainkan seruling.” Ucap Shi Hao sambil menegakkan punggungnya.
“dia memang tidak pernah mengajariku, tapi dengan memainkan serulingnya didepanku sudah sangat membantu”
“huuuh. Aku iri padamu Hui”
Shi Hao menghembuskan nafasnya dengan berat, sangat jelas bahwa dia cemburu dengan bakat Li Hui dalam memainkan seruling. Bagaimana tidak?, dia yang setiap hari menerima pelatihan dari ayahnya untuk bermain seruling, hanya bisa memainkan bagian dasar saja. Tetapi Li Hui yang bahkan tidak pernah dilatih ayahnya bermain seruling, sudah melampauinya hanya dengan memperhatikan saja tanpa mendengar penjelasan-penjelasan yang sangat membosankan dari ayahnya. Kalau bukan bakat, ini disebut apa?.
Dia sudah pernah meminta ayahnya untuk ikut mengajari Li Hui bermain seruling, tapi ayahnya menolak dengan mengatakan "dengan sekali lihat ayah sudah tahu bahwa anak itu memiliki bakat, jadi tidak ada gunanya ayah mengajarinya karena itu akan menghambat perkembangannya. Biarkan dia belajar sendiri maka pengetahuannya akan terus bertambah seiring berlalunya waktu".
Tentu perkataan ayahnya itu membuat Shi Hao semakin iri, tapi iri hatinya tidak sampai membuatnya benci kepada Li Hui, karena dia adalah satu-satunya sahabatnya didesa ini.
“ayo kembali, sepertinya para pemburu sudah kembali dari hutan.”
Li HUi bangkit berdiri yang diikuti Shi Hao. Kedua anak muda itu kemudian berjalan kearah desa mereka.
‘Flashback on’
“apakah ini desa yang kamu maksud suamiku?” suara merdu Yang Yu terdengar.
Langit sudah sangat gelap saat mereka tiba disebuah gerbang desa. Desa itu tidak terlalu besar tapi terlihat ramai karena peletakan obor yang ada dimana-mana. Ditengah gerbang itu tertulis ‘Desa Daun’.
“dari nama desa yang tertulis digerbang, sepertinya benar” jawab Li Fan. “tunggu disini biar aku masuk terlebih dahulu”
Li Fan memajukan kudanya masuk kedalam desa. Setelah dia melewati gerbang, pemuda itu mendapati warga desa yang sedang berkumpul mengelilingi api unggun. Suasana itu terlihat sangat menyenangkan karena senyuman dan tawa riang melingkupi mereka.
Hingga seorang pria paruh baya yang sedang tertawa, secara tak sengaja melihat Li Fan. Jadi tawa pria paruh baya itu segera berhenti. Merasa heran, orang yang tertawa bersamanya, mengikuti arah tatapan pria paruh baya itu dan dia juga berhenti.
Kedua orang itu segera berdiri, dan berjalan kearah Li Fan. Hal itu membuat semua warga desa yang berkumpul langsung diam dan selanjutnya berdiri dari duduknya dan mereka terlihat waspada melihat Li Fan.
Li Fan segera turun dari kudanya, dan berjalan mendekat. Dia menampilkan sikap yang ramah dengan senyuman dibibirnya.
“maaf karena menganggu kegiatan saudara sekalian, saya hanya ingin bertanya apakah desa ini menerima pendatang baru?. Aku dan keluargaku datang dari tempat yang jauh dan ingin menetap disuatu desa dan sejujurnya saya memutuskan desa ini, karena saya pernah kedesa ini sebelumnya.”
Ucap Li Fan dengan nada sopan. Semua perkataanya adalah kebenaran, sebelumnya dia pernah datang kedesa ini beberapa tahun yang lalu. dalam sekali pandang, dia sudah terpana dengan desa ini karena warganya sangat ramah.
Merasa tidak ada ancaman yang datang dari Li Fan, kedua orang itu segera tersenyum dan mulai memperlakukan Li Fan dan keluarganya dengan ramah.
Kegiatan warga desa itu kembali berlanjut dan bertambah meriah, karena suasana hati mereka semakin senang melihat warga baru mereka.
Saat tengah malam, Li Fan dan Yang Yu tiba disebuah rumah sederhana. Rumah itu adalah milik kepala desa yang dikhususkan bagi pendatang baru yang ingin menetap sebelum rumah mereka dibangun.
Yang Yu membaringkan Li Hui ditempat tidur yang terbuat dari papan, meskipun ini pertama kalinya mereka tidur ditempat tidur seperti itu, mereka tidak protes karena itu sudah lebih dari cukup.
Hari berlalu dengan cepat, dalam hari-hari itu Li Hui sudah mulai bergaul dengan anak-anak yang seusia dengannya, tapi hanya Shi hao yang dianggapnya sebagai teman karena anak itu cocok dengan kepribadiannya.
Warga setempat saling bahu membahu untuk membangun rumah baru keluarga Li Hui. Dan sesekali Li Fan juga ikut dalam kegiatan berburu untuk persediaan makanan seluruh warga desa.
‘Flashback Off’
Sesampainya mereka didesa, Li Hui dan Shi Hao langsung berpisah, Li Hui menuju rumahnya yang berada disebelah timur, dan Shi Hao berjalan kearah utara.
Li Hui berjalan dengan tenang sembari memainkan seruling bambu ditangan kirinya. Ketika dia bertemu warga desa, dia akan tersenyum dan menyapa mereka.
Setelah 5 menit berjalan, Li Hui akhirnya sampai didepan rumahnya. Terlihat Li Fan dan Yang Yu sedang duduk dikursi bamboo yang dibuat didepan rumah.
“ayah ibu!” teriak Li Hui yang berhasil mengalihkan perhatian Li Fan dan Yang Yu.
“akhirnya kamu pulang juga, kami sudah lama menunggumu Hui’er.” Ucap Li Fan.
“kenapa ayah dan ibu menungguku?, bukankah aku sudah biasa pulang jam segini?” Tanya Li Hui sambil duduk diantara kedua orangtuanya itu.
Li Hui memiliki kepribadian yang unik, dia akan sangat marah pada orang yang menganggunya, dia juga bisa menjadi pendiam, dan akan berubah menjadi anak yang baik serta manis kepada orang-orang yang dia sayangi atau orang yang dekat dengannya.
Tetapi kepribadian yang sering dia tampilkan diluar rumah adalah sifat pendiamnya. Hal itu yang membuat tidak banyak anak seumurannya bergaul dengannya. Tapi Li Hui tidak menghiraukan mereka dan terus menjalani kesehariannya dengan baik, meski beberapa kali anak-anak itu akan menganggunya dan Shi Hao.
“tentu saja kami harus menunggumu, bukankah hari ini adalah hari special?” Yang Yu mengusap rambut putih Li Hui.
“hari special? Hmm..bukankah hari ini adalah hari ulang tahunku!?” teriak Li Hui sambil berdiri.
“hahahaha. Selamat ulang tahun Hui’er” ucap Li Fan dan Yang Yu bersamaan.
“terimakasih ayah ibu” Ucap Li Hui sambil memeluk Yang Yu.
Kedua orang dewasa itu tidak menjawab perkataan Li Hui, mereka hanya tersenyum manis melihatnya.
“oi oi oi, apakah ayah tidak mendapat pelukan?”
“hm, aku tidak akan memeluk ayah, sebelum ayah memberikan hadiahku” Li Hui menatap Li Fan.
“hahaha, ternyata anakku sangat licik” Li Fan tertawa menanggapi perkataan Li Hui.
“bukankah itu berasal darimu?” ucap Yang Yu membuat tawa Li Fan berhenti dan menatap istrinya, seolah bertanya ‘dariku?’.
“hmm, baiklah, karena anakku sudah berumur 7 tahun, ayah akan memberikanmu hadiah ini.”
Li Fan mengangkat tangan kanannya yang kosong, lalu tiba-tiba sebuah pedang tipis berwarna hitam yang masih bersarang disarungnya muncul ditelapak tangannya.
“waaah, ayah serius memberikanku pedang ini?”
“tentu saja, pedang ini adalah Spirit tool Mortal Tier, meskipun kelasnya rendah untuk seorang Cultivator, tetapi untukmu ini sudah sangat bagus karena pedang ini jauh lebih kuat dari pedang biasa.”
Li Fan menjelaskan dengan semangat, begitu juga dengan Li Hui yang mendengarkan penuh semangat.
“meskipun tadinya aku berharap ayah memberikanku seruling baru, tapi ini sudah sangat berharga. Terimakasih ayah!!”
“seruling?, apakah kau ingin seruling baru?”
“tidak perlu ayah, pedang ini sudah cukup. Tapi, apakah aku bisa meminta sesuatu kepada ayah dan ibu?”
“tentu saja, apa yang kamu minta Hui’er” balas Yang Yu.
“hmm, aku ingin menjadi cultivator seperti ayah dan ibu. Bisakah kalian melatihku?”
Li Fan dan Yang Yu saling bertatapan cukup lama, seolah sedang berbincang dalam tatapan.
“tanpa kamu minta, ayah akan tetap membuatmu menjadi cultivator Hui’er. Jadi karena kini umur kamu sudah cukup, maka mulai besok ayah akan melatihmu.”
“Benarkah ayah?.. Terimakasih ayah!” Li Hui langsung menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Li Fan. Sedangkan Li Fan dan Yang Yu tertawa bahagia melihat tingkah anak semata wayangnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Asal Bae
ngopi dlu thor
2021-06-28
1
first
199
2021-06-16
1
heri surianto
boleh juga
2021-05-22
0