*****************
Happy reading
**************
.
.
.
Andrew terbangun saat matahati telah tinggi. Mata tajamnya menyipit mengedar mencari keberadaan Alluna yang tak di temukannya ketika pertama kali membuka mata tadi. Masih belum ingin beranjak dari ranjangnya, Andrew pun menguap lebar, saat itulah iris hitamnya tak sengaja menangkap sesuatu yang mencurigakan di atas meja.
Melangkah perlahan, sudut bibirnya tertarik tinggi ketika melihat sepiring waffle lengkap dengan secangkir kopi hitam yang tertata manis dengan selembar kertas terhimpit di bawah piring putih tersebut.
Ia pun menarik kursi dan mendudukkan diri dengan nyaman. Tangannya terulur untuk menggapai lembar kertas itu, lalu kerkekeh geli sebelum membacanya.
******Dear Ahjusshi...
Ketika kau bangun nanti, makanlah ini. Aku khusus membuatkannya untukmu. Kau harus menghabiskannya, ingat! 😤****
“Astaga! Lucu sekali.” kekeh Andrew melipat kecil note tersebut dan menyimpannya di dalam dompet.
***
Hari ini langit begitu cerah setelah gempa yang mengguncang Painan kemarin pagi. Tawa riang segerombolan anak kecil yang sedang bermain, serta kehangatan keluarga yang saling mengucap syukur karna selamat, memenuhi tenda pengungsian tempat Luna berpijak. Sudut bibirnya terangkat haru, tak lupa dirinya ikut mengucap syukur untuk keluarga-keluarga tersebut.
“Apa kita mulai sekarang, Dok?!”. Tanya Laila dengan mata mengerjap lucu.
Luna tersenyum sembari mengangguk singkat. Kakinya melangkah ringan di ikuti pula oleh Laila dari belakang. Namun baru beberapa langkah, ponsel di saku jaz putihnya bergetar lembut pertanda ada panggilan masuk.
Dahi mulus Luna mengernyit ketika melihat ID si penelpon yang tak lain adalah Syailea — kakaknya tersebut.
“Tumben?! ”. Gumam gadis itu dengan perasaan tak enak.
Ia menoleh sebentar kearah Laila yang ikut berhenti tak jauh darinya, “Duluanlah. Aku akan menerima panggilan ini sebentar.” ucapnya yang di anggukki dengan segara oleh Laila.
“Hallo, mbak?”. Sapa Luna langsung.
“Eoh. Al?! Bisakah kau mendengarku?!”.
Dahi mulus Luna kembali mengernyit ketika mendengar suara ribut di seberang, “Ya, mbak. Ada apa kau menelepon ku?! ”. Tanya Luna yang sekarang telah menjauhkan diri dari keramaian agar dapat mendengar suara Lea dengan jelas.
“Apa kau bertemu Sagi?! ”.
Meski suara Lea terdengar tegas dan jelas, tapi Luna yakin ada yang salah dengan gadis itu. Maka dari itu, ia menggeleng secara reflek walaupun Lea tak dapat melihatnya.
“Tidak. Aku sedang tak berada di Jakarta sekarang. Ada apa?! Aku tak pernah lagi mengganggunya.” yakin Luna menggigiti bibir bawahnya sendiri.
Lea di seberang sana menghela nafas lega. “Tidak. Hanya jika kau bertemu dengannya, kau harus menghindar! Mengerti?! Dia itu suamiku, aku tak ingin kau berhubungan dengannya.” ketus Lea dan langsung memutuskan panggilan secara sepihak.
Namun sebelum Lea benar benar memutuskan panggilan tersebut, Luna dapat mendengar bunyi pecahan sesuatu di seberang sana.
“Hallo, mbak! Kau baik-baik saja?!” panik Luna, namun hanya terdengar bunyi tut berkepanjangan saja. “Ada apa ini?! Kenapa perasaanku tak enak?! Apa mbak Lea baik-baik saja?! ”. Menghela nafas, “apa sebaiknya aku menghubungi Ayah saja?! ”. monolog Luna.
Namun belum sempat ia mendial nomor sang Ayah, Laila sudah lebih dulu tiba dengan pemberitahuan jika ada seorang pria yang tengah mencari dirinya. Membuat Luna seketika lupa akan niatnya untuk menghubungi sang Ayah dan memilih menemui pria yang dikira nya Andrew itu.
“Oom! ”. Girang Luna ketika melihat punggung lebar Andrew yang membelakanginya perlahan mulai membalikkan badan. Namun senyum merekah Luna tadi, perlahan menghilang setelah melihat siapa orang tersebut.
Emanuel Sagi?!
.
.
.
“Apa itu. Kau tak senang jika aku yang datang berkunjung?! ”.
Luna menggeleng cepat ketika mendengar suara rajukan Sagi. Mereka sedang berada di tanah lapang yang dulunya adalah sebuah taman, duduk berdampingan dengan tangan memegang minuman soda kaleng.
“Tidak! Hanya ku kira kau adalah orang lain.” ringis Luna merasa canggung.
Sagi yang melihat itupun tersenyum tipis. Ia memainkan pinggiran minuman kalengnya pelan, “Maafkan aku.” ucapnya dengan suara melirih membuat Luna menoleh bingung kearah Sagi yang sekarang tengah menunduk dalam.
“Untuk apa?!”.
“Melupakanmu.” ucapnya cepat, “seharusnya aku tak melupakanmu. Mungkin sekarang, kau tak akan mengharapkan kedatangan lelaki lain.” sambung Sagi tersenyum kecut.
Ia membuang pandang kearah langit biru, lalu mata gelapnya kembali menatap Luna yang terdiam. “Kembalilah padaku, Al. Aku janji tak akan lagi melupakanmu.” ungkap Sagi sungguh-sungguh. Ia pun menggapai jemari Luna untuk di genggam.
“Ini tidak benar, Gi.” tepis Luna lembut, “Kau adalah suami kakakku — lelaki yang di cintainya. Mana mungkin kita masih bisa bersama dengan keadaan seperti sekarang.” lanjut Luna dengan senyum segaris.
Ia telah mengikhlaskan semua sehingga bisa sampai ke tahap ini.
“Cobalah untuk melupakanku lagi. Dan kau bisa belajar mencintai mbak Lea. Bukankah kalian telah bersama untuk waktu yang cukup lama?! ”.
Sagi terdiam. Namun tangannya telah terkepal erat di sebalik tubuhnya sendiri, “Melupakan?! Kau bercanda?!” berang Sagi tiba-tiba. “ku bilang aku mencintaimu, Alluna Viviane! Kau hanya perlu membalas cintaku saja. Kenapa kau berkata hal menjijikkan seperti demikian, hah?! Aku tak pernah mencintai Syailea seberapa lama pun waktu yang kami habiskan! Aku hanya bisa mencintaimu saja, Al. Baik dalam keadaan sadar maupun tidak.” bentak Sagi menunjuk-nunjuk kearah Luna.
Gadis itu sungguh terkejut melihat bagaimana perubahan Sagi yang tiba-tiba itu. Setahunya, Emanuel Sagi Pratu bahkan tak pernah membentaknya dengan nada menyeramkan seperti tadi. Apa ingatannya tentang Sagi adalah kebohongan?! Siapa lelaki di depannya saat ini?!
“Gi—”
“Apa kau sudah jatuh cinta pada pria itu?! Andrew?! ”. Remeh Sagi yang sekarang telah berada tepat di depan Luna.
Alluna terpaksa menggeleng karena tidak ingin membuat Sagi semakin marah. “Gi tenanglah. Aku—”
Sagi berdecak dengan senyum miring, “Sepertinya kau sudah kembali mencintainya. Iyakan?!” tebak Pria itu sarkas.
Kembali?!
“Apa maksudmu, Gi—”
“Aku tak akan membiarkan itu terjadi.” sinis Sagi semakin mengikis jarak antara dirinya juga Luna.
Ia ingin menculik gadis itu dan mengurungnya untuk dirinya sendiri. Namun belum sempat niatnya terlaksana, suara seseorang memanggil Luna membuat langkah gila Sagi terhenti.
“Dokter Al, pasien telah menunggu.” ungkap Laila yang meringis takut setelah mendapati tatapan tajam Sagi menghunusnya.
Luna menghela nafas lega, lalu mata karamelnya menatap Sagi liar. “Maaf sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa”. Pamit gadis itu yang tak menunggu jawaban dari Sagi.
Sial.
***
Di lain tempat. Gadis dengan tangan dan kaki terikat di kursi duduk itu meringis pelan ketika kulit halusnya terasa perih akibat tarikan yang ia lakukan. Sementara lelaki pucat di depannya, terus mengamati ekspresi gadis itu dengan senyum merekah lebar dan rokok yang terhimpit di antara bibir tebal nan sexy nya.
Lelaki itu — Joshua, menyesap dalam dalam putung rokoknya lalu menghembuskan asapnya secara kasar kearah wajah gadis itu yang tak lain adalah Syailea. Membuat Lea terbatuk sementara Joo tertawa puas.
“Uh. Memohonlah padaku, Sya. Mungkin aku akan melepaskanmu, dan kita bisa bersenang-senang.” kikik Joo membuat Lea membuang ludah ke samping.
Jika saja ia tak tertangkap saat sedang menelpon Luna tadi, mungkin sekarang lelaki di depannya ini telah membusuk di penjara karna tuduhan yang telah di buat Roynald — kekasih Lea yang bekerja sebagai pengacara.
“Dalam mimpimu berengsek! ”. Pekik Lea.
Joo mengangkat pantatnya tinggi, lalu berjalan memutari Lea. Ia menelusuri wajah cantik wanita itu dengan sebelah jari, lalu berhenti tepat di bibir merah merekah milik wanita itu. “Bagaimana rasanya?! Apa kau juga sama penasarannya denganku?! ”. Tanya Joo menyamakan tinggi mereka.
Lea mendengus, “Tanyakan jika kau sudah berada di neraka berengsek! ”.
Tawa Joo pecah seketika. Sejak dulu ia memang sudah menyukai Syailea karna sifat dan sikap gadis itu yang pemberani. Namun Joo tak menyangka akan semakin menyukai gadis itu di detik detik terakhir seperti sekarang.
“Ah, bagaimana ini?! Ku rasa aku semakin menyukaimu saja.” kerling Joo membuat Lea mendadak mual, “apa kekasihmu itu sudah pernah mencicipimu?! Tapi aku tetap berharap jika aku tetaplah yang pertama.” Joo menjilat bibir bawahnya dengan gerakan sensual, membuat Lea merinding sekaligus mual.
“A-apa yang kau lakukan?! ”.
“Ohoooo~ apa kau mulai takut sayang?! ” Mata sipit Joo semakin menyipit ketika melihat ketakutan di wajah cantik Lea, “tenanglah. Aku akan bersikap lembut.” kerling Joo memegang dagu Lea.
Cantik.
Senyum Joo dan mulai mendekatkan wajahnya kearah wajah Lea yang sudah berpaling, namun Joo tetap tak gentar dengan menekan wajah wanita itu agar tak dapat bergerak. Ketika jarak mereka tinggal sedikit lagi, pintu tempat di mana Lea di sekap terdorong keras dari luar membuat Joo mengumpat.
Sial.
Wajah Sagi yang tampak menyeramkan muncul dari balik pintu itu dan langsung menatap Lea dengan sudut bibirnya terangkat sebelah, “Ah. Istriku! Apa kau sedang menunggu ke pulanganku?! ”. Sagi memasang wajah haru yang di buat buat.
“Ber*ngsek! Lepaskan aku.” pekik Lea yang hanya di balas tawa renyah oleh Sagi.
Lelaki berperawakan tinggi itu berjalan perlahan kearah Lea dan langsung mengambil ponsel gadis itu. “Aku hanya akan melepaskanmu jika wanitaku telah di sini.” senyum Sagi sembari menggoyangkan ponsel Lea di tangannya.
Lalu Pria itu pun mulai mendial nomor seseorang yang sudah di hapalnya di luar kepala.. Ia menunggu sampai suara lembut di seberang sana mengangkat panggilannya di dering ke tiga dengan nada panik.
“Datanglah sendiri ke gedung tua dekat tengah kota Al, kau akan kembali melihat kakakmu. Jangan memberitahu siapapun jika ingin kakakmu tetap hidup. Dan ingat, kau harus memakai gaun putih untuk pesta pernikahan kita”.
“Dimana mbak Lea?! Apa yang kau lakukan padanya, Sagi!? Aku tak ingin menikah denganmu. Lepaskan mbak Lea sekarang atau—”
Senyum Sagi mengembang, “Atau?! Kau tidak berhak mengancamku, sayang. Hanya aku yang berhak! Jika kau tak menuruti kemauan ku ini, akan ku pastikan kau akan menyesal, Alluna. Dan untuk sekarang — mungkin aku hanya akan menyiksanya sedikit. Tapi jika kau belum juga sampai kesini dalam waktu 60 menit.” Sagi sengaja menjeda dengan senyum sinis terpatri saat Lea menatapnya tajam, “mungkin kau akan menjadi satu satunya putri di keluarga Abdullah.” lanjut Sagi yang langsung mendapat umpatan kasar dari Luna.
“Slowly babe. Kau harus belajar menghormati suamimu mulai dari sekarang.” kekeh Sagi menimpali, “bersiaplah. Akan ada sebuah van yang akan menjemputmu nanti.” suruh Pria itu lagi.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
kok sagi bisa secepat itu kembalu, bukannya td dengan luna, emang jarak tempat dekatkah? terus si om kmn ini, kan semalam dengan luna, kok ga nongol2
2024-12-13
0
🍒⃞⃟🦅 Dinul𝐙⃝🦜
apanehhhhhh
2021-06-21
1
👊🅼🅳💫
andrew kmn,klo diharepin mlh g nongol
2020-09-10
1