Bagian-11

***************

Happy reading

***************

.

.

.

“Kenapa kau tak langsung menemuiku?!”

Lelaki di depan Sagi tersenyum setengah di balik gelas kaca berisi martini. “Kau kira aku tak mencoba?!” cibirnya membuat Sagi berdecak kesal.

Sial! Umpat Sagi.

“Sepertinya ia sudah mengetahui rencanamu, Gi. Selama tiga tahun terakhir ini pun banyak mata-matanya di sekitarku. Aku tak mampu berbuat banyak.” lanjut lelaki itu lagi — Joshua, salah satu sahabat Sagi.

“Mengetahui rencanaku?! Heh.” tawa sinis Sagi keluar, lelaki itu menatap Joshua penuh cemooh. “tetap saja ia tak akan berhasil membuat Luna mengingatnya! Dokter yang membuat Luna melupakannya adalah Dokter terbaik yang tak ada tandingannya, Jo!” tawa Sagi lagi. Ia teringat bagaimana ingatan Luna tentang Andrew yang tak juga kembali hingga detik ini.

Joshua menghela nafas sejenak, lalu menaruh gelas kaca di genggamannya secara perlahan. “Itu dia masalahnya, Gi.” ujar Joshua menatap Sagi lekat, “Dokter yang menghipnotis Luna— menghilang 2 tahun yang lalu. Aku sudah mencarinya kemana-mana, tetapi tetap saja tak berhasil. Ku rasa Dokter Gerald bersama Pamanmu.” sambung Joshua membuat gigi Sagi beradu. Tangannya terkepal kuat dengan kilat mata penuh dendam.

“Brengsek!” umpat Pria itu lagi.

Masih dengan kilatan mata marah, Sagi pun meneguk habis martini di gelasnya. Ia terdiam lama sebelum sudut bibirnya tertarik tinggi. “Kau ingat plan B yang dulu ku rencanakan jika plan A tak berhasil?!” tanya Sagi kepada Joshua.

Lelaki itu terdiam sejenak, sebelum mata sipitnya berkilau sadis. “Ya aku ingat.” jawabnya membuat Sagi menarik sebelah bibirnya tinggi.

“Jalankan plan B!” suruhnya yang langsung di sanggupi oleh Joshua.

“Apapun itu, kau akan tetap menjadi milikku, Alluna Viviane!” batin Sagi dalam hati.

***

Sepanjang perjalanan, Luna terus diam dengan tangan yang memangku dagu menatap keluar jendela. Ia tengah menahan kesal karena merasa telah di bohongi oleh lelaki di sebelahnya — Andrew Kilburn.

Bagaimana tidak?! Tadi pagi ketika matanya baru saja terbuka, pemandangan pertama yang dilihat Luna adalah senyum tampan nan rupawan milik Andrew. Lelaki itu telah siap dengan kemeja putih berbalut jaz mahal dan tatanan rambut klimis seperti biasa. Bukan baju karakter lucu yang diberinya kepada Andrew semalam.

Tentu saja Luna merasa kesal karna telah di bohongi.

Di sebelah Luna, Andrew kembali menghela nafas berat. Ia telah membujuk Luna dengan berbagai macam cara, namun nihil. Alluna tetap tidak mau berbicara sepatah katapun padanya. Padahal Andrew telah menurunkan gengsinya dengan melakukan aegyo yang membuat Mahesya— supir sekaligus asisten kepercayaannya menahan tawa.

Mahesya atau dalam dunia bisnis lebih di kenal dengan nama Suga itu merasa begitu beruntung karna bisa melihat tingkah kekanakan Masternya yang terkenal dingin dan sadis. Ternyata orang seperti Andrew juga bisa mengalah demi Cinta. Pikirnya.

“Ini.”

Andrew menyodorkan ponsel pintarnya kearah Luna setelah sebelumnya mengotak-atik benda pipih itu yang kemudian di terima Luna dengan berat hati. Ia baru akan melempar ponsel Andrew kejalanan ketika sudut irisnya menatap layar ponsel tersebut.

Foto Andrew dengan baju karakter yang di berinya semalam, terpampang di layar. Pipi Luna berkerut menahan tawa, ia menatap Andrew dari samping yang tampak pasrah. Lalu ketika bibir sexy Andrew mencibir, tawa lepas Luna pecah tak lagi bisa ia tahan.

Melihat Luna tertawa lepas membuat Mahesya mencuri lihat melalui kaca spion. Hal itu pun langsung di ketahui oleh Andrew. Lelaki dengan nama Kilburn dibelakangnya itu pun tak segan segan memberikan tatapan tajam kearah Mahesya.

“Pelit sekali.” cibir Pria itu yang hanya di balas dengusan oleh Andrew.

“Jadi, apa kau akan datang ke kantorku siang ini sayang?!” tanya Andrew kepada Luna yang masih sibuk menghentikan tawanya.

Gadis itu melihat Andrew sekilas sebelum mengangguk cepat tanpa berpikir dua kali.

“Tentu. Mari makan siang bersama seperti katamu tadi — babe.” kerling Luna iseng membuat pipi Andrew seketika memanas.

“Bisa kamu panggil aku seperti itu sekali lagi?!” Aku merindukan panggilan itu, sayang. Sambung Andrew lirih dalam hati.

Namun Luna hanya menjulurkan lidah dan menggeleng singkat. “Aku akan terlambat jika seperti itu.” ucap Luna melangkah turun dari mobil karna ia telah sampai di depan rumah sakit, “terimakasih atas tumpangannya. Aku akan menghubungimu nanti.” sambung Luna lagi sembari melambai singkat kearah Andrew.

Pria itu balas melambai kearah Luna. “Akan ku tunggu kedatanganmu, sayang. Apa kamu ingin aku menggelar red carpet untuk menyambut kedatangan mu?!” canda Andrew yang hanya di balas kekehan ringan dari gadis itu.

Selepas kepergian Luna, Andrew terdiam dengan pandangan mata sendu. Ia memejamkan mata dan kilasan masa lalu kembali terputar bagai kaset rusak di pikirannya. Masa masa bahagia bersama Luna, sebelum gadis itu melupakannya. Melupakan semua kenangan tentang mereka.

Flashback...

Sore itu, Andrew baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya. Ia berniat memberi kejutan untuk Luna — wanita yang telah resmi menjadi kekasihnya 1 tahun yang lalu.

Langkah kaki Andrew yang lebar, pertanda jika ia begitu merindukan pujaan hatinya tersebut harus terhenti ketika irisnya menangkap siluet sang kekasih tengah berpelukan mesra dengan seorang Pria. Andrew tak tahu itu siapa akibat posisi Pria tersebut yang membelakanginya. Namun ketika Luna menggumamkan nama Pria itu, tangan Andrew langsung terkepal kuat.

Bagaimana mungkin kekasihnya bermain api dengan keponakannya sendiri?! Padahal ia baru pergi seminggu yang lalu.

“Oh. And — Paman!” sapa Sagi yang tak sengaja menangkap keberadaan Andrew.

Andrew masih memandang tajam keduanya dari jauh, namun Luna — kekasihnya itu hanya memandangnya dengan tatapan seolah ingin tahu.

“Siapa dia, Gi?!” tanya Luna membuat Sagi sedikit tergagap.

“Dia pamanku.” jawab Sagi lembut lengkap dengan senyum kotak andalannya.

Merasa tak puas dengan jawaban Sagi barusan, terlebih melihat Andrew yang langsung berlari menjauh membuat Luna merasa ada yang aneh dengan jantungnya sendiri. Ia ingin sekali mengejar Andrew, meski tak tahu kenapa.

Setelah itu Andrew tak lagi menemui Luna. Ia hanya menyuruh orang orang kepercayaannya untuk terus menyelidiki keanehan gadisnya. Dan fakta bahwa Sagi membawa Luna untuk melakukan terapi (hipnotis) untuk menghapus ingatan tentangnya membuat lelaki yang juga memiliki aliran darah yang sama itu murka.

Meski Sagi adalah keponakannya, tapi Luna adalah wanita yang di cintainya. Dan Sagi telah merebut gadisnya dengan cara kotor.

Andrew tak tahu jika dengan membawa Luna ke pertemuan keluarganya waktu itu membangkitkan sisi gelap seorang Emanuel Sagi Pratu.

Flashback off.

.

.

.

***

Di lain tempat, di waktu yang tengah bersamaan. Syailea baru saja memasuki sebuah cafe ternama bernama 89 mansion. Terletak di daerah Kemayoran Jakarta membuat cafe dengan konsep Dinning itu di gandrungi anak muda.

Tak hanya cafe, 89 mansion ini juga memiliki sebuah restoran mewah di lantai dua yang menyediakan berbagai macam makanan serta dessert kelas atas. Lea mengedarkan pandangnya menatap interior cafe tersebut yang di dominasi warna hitam dan juga putih.

“Lea! ”

Panggil seseorang disudut ruangan dekat kaca yang terbuka. Pria yang memakai hoodie hitam serta masker hitam itu melambai heboh ketika irisnya menangkap keberadaan Irene. Irene tersenyum lebar dan bergegas mendatangi pria tersebut.

“Kamu sudah lama?!” tanya gadis itu langsung ketika baru mendudukkan pantatnya, ia memperhatikan Pria yang menggunakan masker hitam di depannya ini lekat.

Pria itu menggeleng pelan, “Aku juga baru sampai.” ucap Pria itu singkat.

Lea kembali tersenyum, mata hitamnya menatap sekeliling dengan awas. Ia merasa ada pasang mata yang memperhatikan gerak geriknya sedari tadi.

“Kenapa?!” tanya Pria di depan Lea, ikut memperhatikan sekeliling.

Lea menggeleng singkat, tak lupa pula memberikan senyuman kecil pertanda ia baik baik saja.

“Tak ada. Hanya interior cafe ini begitu unik.” jelas Lea membuat Pria itu mengagguk membenarkan. “Bagaimana rencana kita?! Kamu sudah menemukan buktinya?!” tanya Lea dengan sedikit berbisik.

Pria itu menghela nafas sebelum gelengan lemahnya membuat bahu Irene meluruh dengan tangan terkepal.

“Kita harus bergerak cepat, mas Roy.”

.

.

.

Setelah pertemuan Lea dengan Roy barusan, gadis itu langsung menuju kantor sang Ayah. Kaki jenjangnya baru saja akan memasuki gedung bertingkat itu sebelum seseorang memanggil nama Lea dari belakang.

“Syailea.”

Tubuh Lea mengejang kuat dengan mata melebar. Tangannya terkepal kuat hingga buku buku jarinya memutih. Suara itu — mungkinkah ia terlambat?!

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

ada typo nih, irene atau syailea.

baca nama andrew kilburn jd seolah baca kibulin 😁

2024-12-12

1

ef_ef⭑ᵉᶥᶠ

ef_ef⭑ᵉᶥᶠ

🌊대박🤧

2020-11-13

1

👊🅼🅳💫

👊🅼🅳💫

sp lg tu Roy,,

2020-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!