*****************
Happy reading
****************
.
.
.
Sagi berjalan terburu-buru setelah mendapat pesan dari Joshua. Padahal tadinya, ia masih ingin berlama-lama di perusahaan Andrew untuk memancing amarah lelaki itu. Namun pesan dari Joshua membuat Sagi terpaksa harus pergi.
“Kau sudah datang?! ”. Sapa Joshua tersenyum tampan ketika Sagi menarik sebuah kursi di depannya.
Mereka sedang berada di cafe sekarang, namun Joshua memilih letak paling sudut dan gelap di cafe ini. Tempat yang tak banyak di lirik oleh orang lain.
“Cepat katakan. Jangan terlalu banyak membuang waktuku! ” datar Sagi membuat Joshua terkekeh kecil, lelaki berwajah chinese pun itu menyeruput coffenya pelan.
“Santai sedikitlah. Kau bisa cepat tua jika tak bersantai dalam hidup.” canda Joshua yang hanya di tanggapi putaran mata oleh Sagi.
“Aku mengikuti Syaile — istrimu. Sepertinya ia bertemu dengan seseorang, tapi aku tak tahu itu siapa. Istrimu hanya memanggilnya dengan sebutan yang terdengar mesra sekali.”
Sagi mendengus keras, “jangan menyebutnya sebagai istriku, Joo. Hanya Luna lah yang kelak boleh di panggil seperti itu.” senyum Sagi terbayang akan wajah cantik Luna, kekasihnya.
Ah. Ngomong - ngomong tentang gadis itu, Sagi jadi sulit sekali untuk menemuinya akhir akhir ini. Alluna seperti sengaja menghindarinya. Apa jangan jangan — gadis itu sudah mengingat semuanya?!
Tidak. Tidak. Luna tak mungkin sudah mengingat semuanya. Gadis itu di hipnotis oleh Dokter Brain, selain pria itu sendiri yang menyembuhkannya — Luna tak akan mungkin bisa kembali mengingat semua. Tak ada satu Dokter pun yang bisa menandingi Dokter Brain.
Joshua mengerutkan dahinya ketika melihat Sagi menggelengkan kepalanya heboh, “Kau baik-baik saja, Gi?! ” tanya Joshua.
“Eoh?! Ya, aku baik baik saja.” balas Sagi sedikit linglung.
“Baiklah jika begitu.” angguk Joshua mengangkat bahunya acuh, “aku sudah menghubungi beberapa pembunuh bayaran — eits tenang brother. Pekerjaan mereka bersih.” Joshua mengangkat jari jempolnya ketika mata Sagi sempat melotot.
“Jadi, bagaimana hasilnya?! ”.
Joshua sedikit memajukan duduknya kearah Sagi, ia pun memberi isyarat agar lelaki berkulit sawo itu semakin mendekat kearahnya. “Mereka setuju! ”. Girang Joshua kembali duduk ke posisi awalnya.
“Tapi, mereka meminta bayaran yang cukup besar.” lanjut Joshua lagi.
Sagi tersenyum puas, ia menatap Joshua bangga. “Tak masalah. Kurasa itu cukup setimpal dengan mendapatkan Luna kembali. Pastikan itu berhasil. Jika aku tak dapat memiliki Alluna dengan cara halus, maka aku harus mendapatkannya dengan cara paksa — membunuh Paman agar Luna hanya bisa menjadi milikku seorang.” tawa Sagi pun menggelegar seram, membuat beberapa pengunjung di depan mereka reflek menoleh.
Dia pasti gila! Umpat seorang pria berkaca mata yang di dengar jelas oleh Sagi.
Lelaki itu hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap Joshua penuh senyum.
***
Andrew membawa Luna ke sebuah restoran berbintang lima. Ia terus menatap wajah Luna yang menekuk akibat ulahnya tadi. Memberi kissmark yang sangat ketara di leher putih gadis itu.
Membuat gadis bertubuh ramping itu pun terpaksa menggerai rambut panjangnya.
“Kau ingin memesan apa, sayang?!” tanya Andrew lembut ketika seorang pelayan mendatangi mereka.
Alluna masih memasang wajah permusuhan terhadap Andrew, ia menyilangkan kaki dan melipat tangannya di depan dada. Ingin bergaya angkuh namun malah terlihat begitu imut di mata Andrew.
“Aku ingin memakan semua hidangan terbaik di restoran ini! ”. seru Luna membuat pelayan wanita itu mengernyit, sementara Andrew hanya mengulum senyum susah payah.
“Ya?! ” . Kata pelayan itu, ia takut ada yang salah dengan pendengarannya.
Masalahnya, bukan pelayan itu berpikir jika mereka tak sanggup membayar semua tagihan, tapi lebih ke badan Luna yang sangat langsing. Apa gadis itu sanggup memakan semua dengan tubuh sekecil itu?! Apa Luna tak takut dengan timbangannya nanti?!
Sayangnya Luna adalah type wanita yang tak akan gendut hanya karna makan. Itu membuat porsi makan Luna sangat besar.
“Kau tak salah mendengar nona. Aku memang meminta semua hidangan terbaik dari restoran ini.” jelas Luna sedikit ketus, pasalnya ia berpikir pasti pelayan itu tengah mengejeknya dalam hati.
Andrew berdehem singkat, membuat pelayan serta Luna memfokuskan pandang kearahnya. “Aku pesan bistecca alla fiorentina dan Zuppa Toscana. Untuk minumannya, Yerobeam Chateau Mouton-Rothschild. Pleasee.” ucap Andrew membuat mata Luna membola seketika.
Yerobeam Chateau Mounton Rothschild adalah anggur termahal nomer dua setelah anggur Chateau Lafite 1787. Anggur yang dibeli di Perancis oleh Thomas Jefferson — presiden ketiga Amerika serikat.
Dan untuk sebotol anggur yang di pesan oleh Andrew barusan bisa mencapai $114.614 bahkan lebih, mengingat Anggur itu sangat langka. Alluna tak bisa membayangkan betapa kayanya lelaki di depannya ini.
“Masih marah sayang?! ”. Tanya Andrew ketika pelayan itu telah pergi.
Luna hanya menghela nafas sejenak sebelum menatap Andrew lama. Mengapa saat bersama Pria itu, tak ada perasaan canggung atau aneh sedikitpun?! Jika ia tengah kesal kepada lelaki tua di depannya ini, Luna selalu merasa tak terbiasa.
Kau sebenarnya siapa, Oom?! Berani beraninya membuat perasaanku aneh tak karuan. Batin Luna.
Kedua alis Andrew bertaut, ia memiringkan sedikit kepalanya lalu menggapai jemari Luna yang tergeletak bebas di atas meja. “Maafkan aku, ya?! Aku janji tak akan membuat tanda di tempat yang terlihat lagi. Ya. Ya. Ya??? ” bujuk Andrew dengan memasang wajah puppy andalannya.
Alluna menahan tawa sembari menepis tangan Andrew lalu mengangguk acuh setelahnya.
Andrew ingin sekali menarik tangan Luna lagi, namun tak jadi karna pelayan yang sudah datang. Butuh 3 orang untuk menata pesanan Luna di atas meja. Sementara satu orang yang di ketahui Andrew sebagai koki di restoran ini, tengah membawa sesuatu dengan trolly. Terlihat begitu hati-hati.
“Pesanan anda tuan.” koki tersebut tersenyum ramah ketika meletakkan Anggur pesanan Andrew beserta keranjang es nya.
Andrew balas tersenyum segaris sebagai bentuk formalitas. Setelah pesanan makannya di tata oleh pelayan, Andrew kembali menatap Luna lembut. Gadis itu sudah memegang pisau beserta garpu di tangannya.
“Punya mu terlihat lebih enak, Oom.” tunjuk Luna kearah bistik Andrew.
Andrew mengikuti telunjuk Luna yang mengarah ke makanannya lalu terkekeh ganteng setelahnya, “Ingin bertukar dengan punyaku?! ” tawarnya yang di balas gelengan langsung dari Luna.
“Punyaku sepertinya juga tak buruk.” komen Luna, mulai melahap makanannya.
Lagi lagi, Andrew hanya bisa terkekeh ganteng.
***
Di hari libur seperti sekarang, Boy memilih pulang ke kampung halamannya di Painan. Ia baru saja sampai beberapa jam yang lalu, dan sekarang ia tengah mengamati sosok teman lama yang telah lama tak bersua.
“Kau terlihat bersemangat, Bang.” sapa Boy membuat lelaki di depannya terlonjak kaget.
Lelaki itu menghapus keringat di dahinya sebelum meninggalkan pekerjaannya untuk memeluk Boy singkat. “Lama tak berjumpa Boy. Kau jadi semakin tampan saja.” canda Lukman yang di balas kekehan langsung oleh Boy. “Ayo duduk di sana.” tunjuk Lukman menggiring Boy kearah bangku rotan yang sudah terlihat lusuh.
“Bagaimana kabar putrimu?! ” tanya Boy membuat Lukman mendengus singkat.
“Jauh-jauh kemari dan kau hanya bertanya tentang putriku?! Huh. Aku tak akan merestui kalian jika kau memikirkan untuk melamarnya.” sungut Lukman membuat Boy menggeleng geli.
Ia tak mungkin menyukai anak Lukman yang masih berumur 10 tahun itu, meski Brayta Dielya Lukman terlihat cantik seperti ibunya yang telah tiada, tapi Boy bukanlah seorang pedofil. Istri dari Lukman itu meninggal saat melahirkan putri mereka.
“Kau ada ada saja.” balas Boy. Ia menatap penampilan Lukman yang tampak lusuh karna pekerjaan lelaki itu adalah otomotif.
“Astaga! Ada apa dengan tanganmu, Boy?! ”. Shock Lukman ketika melihat goresan panjang nan cukup dalam antara lengan hingga pangkal lengan lelaki itu.
Boy meringis dengan mengangkat bahunya, “Biasa. Kesalahanku.” jawab Pria itu sekenanya.
Lukman menyentuh bekas luka Boy, membuat lelaki itu meringis pelan. “Kenapa kau tak berhenti saja sih?! ”. Rutuk Lukman kesal.
Boy terkekeh lucu, itu membuat lubang di pipinya terlihat. “Selain temperamennya yang buruk. Bos ku cukup baik, dan gajinya sangat besar.” kerling Pria itu membuat Lukman mendengus dengan kepala menggeleng tak habis pikir.
“Kau juga.” ucap Boy tiba-tiba membuat Lukman menoleh, “sudah tahu otomotif bukan bidang mu. Tapi masih tetap memilih pekerjaan itu dari pada Dokter.” sungut Boy membuat Lukman terdiam.
“Kau tak tahu jika menjadi Dokter bisa mencelakai anakku, Boy. Maaf tak bisa memberitahu mu tentang masalalu ku.” batin Lukman dalam hati.
Lelaki bernama lengkap Brain Lukman Abraham itu memilih berhenti dari pekerjaannya dan mengisolasi diri dari kota demi sang buah hati.
Brayta Dielya Lukman — putri kecilnya bersama Krystina Dielya.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
wah wah ternyata dr brian ada di pelosok ya mengasingkan diri...
eh anaknya dr brian siapa ya?
2024-12-12
1
ef_ef⭑ᵉᶥᶠ
🌊🤔🤔🤔
2020-11-13
1
AK¹³_ncum🇵🇸❤️
penuh misteri harus baca dipojokan biat paham🤣
2020-09-08
3