Bagian-03

Luna terbangun dengan rasa sakit luar biasa di kepalanya. Pandangannya kabur, dan butuh beberapa detik hingga ia dapat melihat dengan jelas.

Ruangan itu asing.

Dinding bercat hitam dan lampu gantung yang berkilau memancarkan cahaya temaram, membuat suasananya semakin mencekam.

Ia memegang pelipisnya yang berdenyut sambil bergumam, "Di mana aku?"

Tangan dan kakinya masih terasa lemah, tapi ia memaksa bangkit. Baru saja hendak turun dari ranjang, pintu bercat coklat di ruangan itu terbuka perlahan, mengungkapkan seorang pria berjas hitam. Wajahnya tersenyum percaya diri, dan langkahnya mantap menuju Luna.

"Kamu sudah bangun, sayang," sapa pria itu dengan nada ringan, seolah mereka sudah saling mengenal lama.

Luna mengerutkan dahi, matanya melotot. “Kau siapa? Dan kenapa aku ada di sini?” tanyanya tajam.

Pria itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia duduk di sisi ranjang, matanya menatap Luna seolah menilai sesuatu.

“Apa kau tahu, aku menunggu saat seperti ini begitu lama,” ucapnya sambil menyentuh dagunya dengan ujung jari.

Sentuhan itu membuat Luna mengentak mundur. “Hei! Jangan sentuh aku, Om! Apa kau menculikku? Kalau kau mau uang, aku tidak punya!” Luna berteriak keras dengan nada penuh amarah.

Pria itu hanya terkekeh pelan. “Oh, aku tidak butuh uangmu, sayang. Aku hanya ingin kau di sini... bersamaku.”

Luna semakin marah. “Gila! Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Om?!”

Tanpa peringatan, pria itu mendorong bahunya hingga Luna kembali terduduk di ranjang. “Aku ingin memilikimu, Al. Sepenuhnya,” ucapnya dengan nada rendah, namun sarat akan ancaman.

Luna berusaha melawan, tangannya mendorong keras dada pria itu, tapi usahanya sia-sia. Pria itu terlalu kuat. “Kau gila! Aku bukan milikmu! Menjauh dariku Om-om mesum!” Luna berteriak, air matanya mulai mengalir.

Namun pria itu hanya tersenyum. “Kau pikir aku akan berhenti hanya karena kau menangis? Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan. Malam ini, kau milikku,” bisiknya tepat di telinganya.

Luna menggigit bibirnya keras, mencoba menahan ketakutan yang merayapi tubuhnya. Ia mendongak, menatap pria itu dengan tajam. “Kalau kau berani menyentuhku, aku bersumpah akan membuatmu menyesal seumur hidup!”

Pria itu menggelengkan kepala, matanya gelap. “Kau boleh mencoba. Tapi malam ini, nikmati dulu kehadiranku, sayang,” katanya sebelum mencium rambutnya.

“Gila!” umpat Luna reflek.

Andrew terkekeh lagi, ia pun mendorong tubuh Luna kuat sehingga gadis itu kembali tertidur di ranjang. Dengan gerak cepat penuh perhitungan, Andrew pun melepas pakaian atasnya dan menindih tubuh Luna di bawahnya.

Mata Luna seketika melotot, “Heh! Apa yang kau lakukan!? Menjauh dariku!!!” Pekiknya dengan mendorong bahu Andrew yang semakin mendekat.

Andrew tersenyum miring dengan kepala yang telah berada di antara cerukan leher Luna. “Diamlah sayang. Memberontak seperti ini malah membuatku semakin bergairah,” bisiknya sembari mengecup cuping Luna pelan.

Luna berpaling dengan bibir bawah yang digigit kuat. Ia tak lagi mendorong bahu Andrew di atasnya karna tenaga lelaki itu lebih kuat darinya. “Aku bukan p*lacur! Tolong jangan lakukan ini, Om.”

Setetes cairan bening dari sudut mata Luna jatuh secara bebas mengenai punggung tangan Andrew.

Namun lelaki itu tak bergeming sama sekali. Ia meresa tak ada yang salah dengan tindakannya saat ini, “Sssstttt. Aku akan bersikap sangat lembut, jadi kau tak perlu takut. Aku juga tidak akan memintamu bangun untuk melayaniku, biar aku yang memberikan pelayanan untukmu.”

Senyum Andrew dengan satu kerlingan.

Ia pun membelai rambut Luna lembut lalu menyesap aroma Vanilla dari rambut gadis itu dalam dalam.

Luna merinding. Ia menatap mata hitam pekat milik Andrew sekali lagi, “Menjauh dariku atau kau akan kubuat mati secara mengenaskan!” teriak Luna penuh ancaman.

Ia memang bertekad untuk menyewa beberapa pembunuh bayaran jika Andrew berani menyentuhnya.

Andrew terkekeh lucu, “Sebelum kau membuatku mati secara mengenaskan, biarkan aku membuatmu merasakan kenikmatan yang mematikan terlebih dahulu sayang,” ucap Pria itu penuh tekad sembari menjilati bibir bawahnya sendiri dengan gerakan menggoda.

“Gila! Berhenti. Aku akan memotong lidahmu jika— ahhhh...”

“Memotong lidahku? Kalau begitu banyak kenikmatan yang tak bisa kau rasakan nantinya. Biarkan aku membuatmu merasakan nikmat dunia malam ini. Oh ya, jangan berani untuk melupakan itu!” tegas Andrew lagi.

Setelahnya Pria itu benar-benar membuktikan perkataannya tadi.

•••

Pagi harinya, Luna terbangun dengan rasa sakit di seluruh tubuh. Ia membuka selimutnya dan menemukan dirinya hanya mengenakan pakaian dalam. Pandangannya langsung beralih ke sudut ruangan. Semua yang terjadi semalam terulang dalam pikirannya, membuat air matanya kembali jatuh tanpa kendali.

“Dasar b*rengsek!” Maki Luna keras, “Dia memp*rkosaku!” lanjutnya lagi dengan tangan terkepal setelah melihat ke dalam selimut dan mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.

Tangisnya pecah. Tak terbayang jika hal yang di jaganya selama ini di renggut paksa oleh seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.

Dengan tubuh gemetar, ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya. Setiap gerakan terasa menyiksa, tapi ia memaksa dirinya untuk bergerak. "Aku harus keluar dari tempat ini," gumamnya penuh tekad.

Gadis itu tertatih saat akan menuruni ranjang, ia bertekad akan membunuh Andrew detik ini juga.

Namun Luna kembali terduduk di ranjang empuk tersebut dengan ringisan perih akibat rasa sakit yang berasal dari pangkal pahanya.

Sial.

Umpatnya sembari memukul udara. “Apa salahku?” tanyanya pada ruang kosong yang penuh akan barang mewah tersebut.

Mengatur pernafasannya berulang kali, Luna pun kembali mencoba untuk berjalan meskipun dengan langkah yang di seret.

Luna membuka pintu dan menemukan koridor mewah yang panjang dengan beberapa pelayan berdiri di dekat pintu. Salah satu pelayan mendekatinya dengan hormat. “Selamat pagi, nona. Apa yang bisa kami bantu?”

Luna menatap mereka dengan pandangan penuh kebencian. “Di mana pria itu?! Aku ingin bicara dengannya sekarang!”

Pelayan itu menunduk. “Tuan sedang tidak ada di rumah. Beliau meminta Anda untuk tinggal dengan tenang.”

Luna mendengus. “Kau pikir aku akan tinggal di sini?! Aku ingin pergi! Sekarang!” teriaknya sambil berlari menuju pintu utama. Namun, langkahnya terhenti ketika dua pria berbadan tegap berdiri menghadang.

“Maaf, nona. Anda tidak diizinkan keluar,” ucap salah satu dari mereka tegas.

Luna merasakan amarahnya memuncak. “Minggir! Kalau tidak, aku akan—” Kalimatnya terputus ketika salah satu pria mengangkat tubuhnya dan membawanya kembali ke kamar.

Setelah dikunci di kamar, Luna menggedor pintu dengan keras. “Kalian tidak bisa memperlakukan aku seperti ini! Lepaskan aku!”

Namun, tidak ada yang menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke meja di samping ranjang dan melihat tasnya. Dengan cepat, ia meraih ponselnya. “Baterainya hampir habis!” keluhnya, tetapi ia segera mengetik nomor yang ia hafal di luar kepala.

Setelah beberapa nada sambung, suara di seberang akhirnya menjawab.

📞 “Hallo? Siapa ini?”

“Sagi, ini aku—Alluna. Tolong aku! Aku diculik! Aku tidak tahu di mana aku sekarang. Mereka mengancamku!” ucap Luna tergesa.

Namun suara di seberang malah terkekeh.

📞 “Adik ipar? Bukankah sudah kubilang jangan menghubungiku secara pribadi? Aku tidak mau Lea salah paham.”

Luna menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. “Gi, kumohon. Ini bukan tentang itu! Aku benar-benar butuh bantuanmu!”

📞 “Kenapa aku harus peduli? Kau selalu membawa masalah. Kalau kau benar-benar diculik, selamat tinggal saja, Al.” Suaranya terdengar dingin dan tanpa belas kasih.

Air mata Luna mengalir deras. Ia memutuskan panggilan dan menatap ponselnya yang mati total.

“Aku sendirian…” bisiknya, tubuhnya terjatuh di lantai dengan isak tangis yang menyayat hati.

Di luar kamar, pria itu berdiri, mendengarkan semuanya dengan tatapan penuh tekad. “Kali ini, kau tidak akan pergi ke mana-mana, Al. Kau hanya milikku.”

Sementara Sagi ditempatnya langsung terdiam. Ada sesuatu yang membuat jantungnya serasa di remas. Dan sialnya, entah mengapa ia ingin sekali menangis.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

ini tindakan pemerkosaan lho... krn ada unsur keterpaksaan dan ketidakdayaan dari wanita

2024-12-13

0

martina melati

martina melati

apa sagi mengalami amnesia???
ato pencucian otak hingga lupa hub dg alluna?

2024-12-13

0

💋𝓜𝓲𝓼𝓼 𝓻𝓲𝓫𝓮𝓽𝓕𝓔𝓐💋

💋𝓜𝓲𝓼𝓼 𝓻𝓲𝓫𝓮𝓽𝓕𝓔𝓐💋

enak kalau dipaksa🙈🙈😂

2021-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!