****************
Happy reading
****************
.
.
.
Luna baru saja keluar dari lift ketika irisnya melihat keberadaan Sagi beberapa meter di depannya. Lelaki itu belum melihat Luna karna sibuk memainkan ponsel di genggamannya.
“Bagaimana ini?!”. Panik Luna menggigiti kuku penuh nail art peach miliknya.
Alluna tak ingin bertemu Sagi. Pasalnya setelah pernikahan lelaki itu dengan sang kakak, Sagi menjadi sedikit aneh. Pria itu sering memandang Luna intens, membuat Luna merasa sangat tak nyaman. Padahal dulu Sagi tak pernah menatapnya seperti itu, lelaki itu cendrung menatap Luna dengan lembut penuh kasih sayang.
Mata Luna menatap sebuah ruangan yang sedikit terbuka. Tampa pikir panjang, kaki gadis itu telah memasuki ruangan tersebut dengan tergesa gesa.
“Ya, ampun! semoga Sagi tak sempat melihatku.” rapal Luna sedikit melongokkan kepalanya, mengintip keberadaan Sagi yang telah berjalan semakin menjauh.
Baru saja Luna menghela nafas lega karna berhasil menghindar dari Sagi mata caramelnya kembali melebar. Ia melihat Andrew di ikuti oleh beberapa pria berjas tengah menuju ke ruangan tempat persembunyiannya tersebut.
Dengan menggerutu kesal, Luna kembali berlari mencari tempat persembunyian lain. Matanya mengedar liar, namun tetap tak menemukan apapun yang bisa menyembunyikan tubuh mungilnya. Alhasil gadis itu memilih memasuki kolong meja bundar tempat biasa rapat di adakan.
Cklek.
Pintu terbuka membuat Luna semakin menekuk tubuhnya sendiri, gadis itu bahkan sempat menahan nafas ketika seseorang mengambil duduk di depannya.
“Baiklah. Mari kita mulai rapat bulanan ini sekarang.” suara bariton itu cukup membuat Luna semakin memojokkan tubuhnya ke belakang.
Kapan ini berakhir?! Batinnya memijit pelan tungkai yang mulai mati rasa.
Bangku di depan Luna bergeser pelan, sementara rapat masih terus berjalan. Ia menegakkan badannya reflek saat seseorang tiba-tiba melongokkan kepala ke bawah meja.
Orang itu adalah Andrew yang sekarang tengah tersenyum tampan kearah Luna. “Lelah?! ”. Bisik Andrew membuat Luna menganggukkan kepalanya cepat.
Andrew mengerling sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, seolah mengisyaratkan agar Luna tetap tak bersuara.
Bagaimana dia bisa mengetahui tempat persembunyian ku?! Heran gadis itu dengan pipi menggembung lucu.
“Meeting hari ini sampai di sini saja! ”. Ujar Andrew tiba-tiba membuat semua mata tertuju kepada pria itu. Termasuk Luna yang sekarang tengah mendongakkan kepalanya untuk dapat melihat ekspresi kaku di wajah tampan Andrew.
“Tapi direktur, kita —”.
“Kau tak mendengar perkataanku?!” potong Andrew datar, sepertinya lelaki itu baru saja memberi tatapan mematikan kepada pria yang tadi menyela omongannya.
Hening.
Tak ada yang bersuara lagi, semua sibuk dengan berkas dan laptop di meja mereka masing-masing. Sementara Andrew, ia menghintung setiap detiknya dalam hati, tangannya terangkat untuk mengelus surai cokelat milik Luna di bawah meja.
Tubuh Luna bergetar. Antara kebas dan juga nyaman secara bersamaan. Wajahnya bahkan merona sangking panasnya.
“Semua sudah pergi. Keluarlah.” ucap Andrew sembari mengulurkan sebelah tangannya yang bebas. Sementara tangan yang di pakainya untuk mengelus rambut Luna tadi, sekarang telah berpindah ke atas kepala gadis itu, menjaga agar kepala Luna tak terantuk oleh meja.
“Berapa lama kau disana?! ” heran Andrew masih memegangi lengan Luna yang gemetar.
Gadis itu meringis dengan bibir bawah yang di gigitnya pelan, “Sudah 30 menit ku rasa.” jawabnya sedikit limbung ketika Andrew sengaja melepas pegangannya.
Lelaki itu memilih untuk kembali duduk dan menarik pinggang Luna agar ikut duduk di pangkuannya.
“Apa yang kau lakukan!? ” jerit Luna dengan wajah memanas karna posisinya yang mengangkangi Andrew.
Andrew tersenyum lagi, wajahnya sedikit memaju membuat Luna reflek memundurkan kepalanya.
“Aku hanya sedang berpikir, bagaimana kau akan mengucapkan terimakasih kepadaku. Bagaimana pun juga, aku telah menyelamatkan mu hari ini.” senyum Andrew mengerling.
Alluna memasang wajah berpikir dengan melarikan mata dari jerat hitam milik Andrew. Apapun asal jangan mata lelaki itu. Ia serasa di tarik oleh sesuatu jika menatap mata Andrew terlalu lama.
“Aku akan mentraktirmu makan enak.” ucap Luna dengan wajah merona. Jantungnya berdebar kuat saat ini.
Andrew terkekeh renyah, ia semakin menarik pinggang Luna agar merapat ke dada keras miliknya. “Itu terlalu murah sayang. Kekayaan ku bahkan terlalu berlimpah hanya untuk sekedar makanan enak.” cibir Andrew membuat Luna mendengus dalam hati.
benar juga!
“Lalu kau ingin apa, Oom?! Aku tak bisa menawarkan yang lain, karna kau pasti sudah mempunyai segalanya.” ketus Luna, namun Andrew hanya tersenyum masam tanpa sepengetahuan gadis itu.
“Benar juga. Aku sudah memiliki segalanya.” mata Andrew tampak kosong kala mengucapkan kata itu, Luna sampai tertegun dengan perasaan bersalah. Ia baru saja ingin meminta maaf ketika suara Andrew kembali menghantamnya kuat. “jika begitu, bayar aku dengan tubuhmu.” andai membunuh itu tak di larang, mungkin Luna sudah memutilasi Andrew sejak pertama kali mereka bertemu.
“Kau bercanda!?”
Pria itu terkekeh sembari mengerlingkan sebelah matanya, “Iya. Aku hanya bercanda, sayang.” balasnya membuat Luna mendengus.
“Candaanmu sungguh lucu sekali pak tua!” cibir Luna.
“Seperti itulah.” jawab Andrew dengan mengangkat bahu acuh. “bagaimana dengan sebuah ciuman?!” sambungnya sembari menatap mata Luna lekat.
“Ci-ciuman?! ”.
Andrew mengangguk yakin, ia mengetuk keningnya dua kali dengan mata yang tetap memandang Luna lekat. “Cium aku di sini.” suruhnya.
Ciuman?! Baiklah Alluna Vivienne, kau bisa melakukannya. Hanya sebuah ciuman di kening! Kalian bahkan pernah melakukan lebih dari itu. Setan Luna berbicara sembari tertawa jahat.
Perang batin Luna membuat Andrew lantas tersenyum dengan tangan mengusap dagunya lembut, “Kau tak mau?!” cetus Andrew.
“Ha?! ”.
“Jika kau tak mau mencium keningku, kau bisa mencium pipiku.” tawar Andrew lagi, “Ah. Tiba-tiba aku berubah pikiran. Sebaiknya kau mencium bibirku saja.” kerling Andrew dengan mengetuk bibirnya dua kali.
Sial. Kau hanya ingin mengerjaiku, eoh?! Pekik Luna tertahan, hanya dalam hati.
“Cepatlah. Aku mungkin akan kembali berubah pikiran. Misalnya — benar benar meminta tubuhmu?! ” kerling Andrew membuat Luna melotot ganas.
“Baiklah! Dasar lelaki tua, aku akan mencium bibirmu. Kau puas?! ”. Sentak Luna berapi-api membuat tawa Andrew pecah seketika.
Tangan Luna terangkat untuk menyentuh pipi Andrew. Ia sedikit bergidik karna merasakan aliran darahnya yang seperti tersetrum, “Tutup matamu! ” perintah Luna yang langsung di angguki Andrew.
Luna masih memandang wajah Andrew lekat dengan jantung yang bertalu-talu. Dari jarak sedekat ini, ia takut jika Pria itu dapat mendengar suara berisik dari dalam dadanya.
“Kau tak boleh membuka matamu, mengerti?! ”.
Andrew hanya berdehem singkat. Jantungnya tak kalah ribut sekarang. Ia begitu menanti bibir Luna untuk menciumnya. Sudah lama sejak Luna yang berinisiatif menciumnya duluan, biasanya selalu Andrew lah yang mencium gadis itu.
Cupp.
Jantung keduanya serasa ingin meledak sekarang dengan Andrew yang masih menutup kedua matanya rapat ketika Luna menarik ciumannya.
“Aku sudah! ”. Ketus Luna membuang muka, namun sebenarnya ia hanya ingin menutupi rona merah yang sekarang telah menjalar ke telinganya.
Bibir Andrew merengut, “Apa itu?! Kau sebut itu ciuman?! Kau bahkan hanya menempelkan bibirmu kurang dari 3 detik!?”. Rungut lucu Andrew membuat Luna gelagapan, “I-itu ciuman! Terima sajalah tampa harus protes.”
“Kau bilang itu sebuah ciuman?! ”. Cibir Andrew dengan sebelah alis terangkat. “Bahkan anak SD pun tahu jika ciuman harus bermain lidah.” lanjutnya lagi membuat Luna membola.
Apa kata Oom tua, itu tadi!?
“Ya! Mesum!” pekik Luna membuat Andrew tertawa.
“Jika kau tak tahu, biar aku menunjukkan padamu — cara berciuman yang baik dan benar.” ucap Andrew, setelahnya menarik tengkuk Luna untuk mencium bibir gadis itu.
Andrew menjulurkan lidahnya, menyapu semua permukaan di bibir Luna dengan gerakan lembut. Sebelah tangannya mengambil tangan kanan Luna untuk di tuntun melingkar di lehernya. Luna yang terbuai dengan ciuman lembut Andrew, perlahan meremas rambut hitam Pria itu kuat. Seolah sedang menyuruh Andrew untuk memperdalam ciuman mereka.
Andrew tersenyum senang di sela sela ciumannya. Tangannya mulai berpindah menuju bokong padat Luna. Meremasnya pelan, lalu mulai menyusupkan tangan ke dalam blus yang di kenakan gadis itu.
“Ahhh.” lenguh Luna panjang ketika Andrew menyesap lehernya kuat.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
wadidaw si om andrew
2024-12-12
0
🍒⃞⃟🦅 Dinul𝐙⃝🦜
anjrot😆😆😆😆
2021-06-21
1
ef_ef⭑ᵉᶥᶠ
🌊ganas 🤧lanjot
2020-11-13
1