lelah itulah yang dirasakan sila saat ini, lelah berpikir tentang hidup yang menimpanya, tak di sangka laki - laki yang dicintainya semenjak kuliah tega berbuat seperti ini.
sakit tentu tak dapat diungkapkan dengan kata - kata, demi seorang ja****ng, ia rela menukar kebahagiaan keluarganya. ia ingin segera pulang menemui kedua anaknya, dan beristirahat melepas penat.
pukul lima sore ia melajukan mobilnya menuju rumah yang sepuluh tahun ini dihuninya, semenjak menikah dengan Aldi, mereka memutuskan membeli rumah secara kredit, dan sudah lunas lima tahun yang lalu.
", tumben ada di rumah jam segini", batinnya, melihat mobil Aldi berada di garasi.
dengan santai ia berjalan, dan membuka pintu rumahnya. pemandangan yang sungguh menyakitkan, dua manusia lak***t itu sedang bermesraan di sofa ruang tamu.
", oh... mantan istriku sudah datang rupanya", ucapnya sombong.
", apa maksudmu membawa wanita ini ke rumahku ", tanyanya nyalang.
", siapa bilang ini rumahmu, aku yang membayar seluruh kreditnya, kamu hanya membayar DP nya, itu ambil sebagai gantinya, dan mulai hari ini keluar dari rumah ini", ucapnya sambil melempar amplop coklat kepada sila.
sakit hati sila diperlakukan sedemikian rupa oleh laki - laki yang pernah ia cintai.
", dan bawa anak - anak bersama mu, bukan kah itu yang kau inginkan, dan jangan harap aku akan memberikan uang untuk biaya hidup kalian, kau sudah berani melawanku jadi jangan harapkan apapun dariku", jelasnya tanpa sedikit pun merasa kasihan kepada kedua anaknya.
", kau bre***k, laki - laki ib***s, dimana tanggung jawab mu sebagai seorang ayah dari kedua anakmu", teriaknya kesal memaki Aldi.
", ambil kembali uangmu, aku tak butuh belas kasihan mu, aku akan merawat dan membesarkan kedua anak ku sendiri, dan aku harap kau tak menyesal nanti", sila melempar kembali amplop coklat kepada Aldi dengan marah.
ia masuk membawa kedua anaknya, dan koper yang berisi baju miliknya dan kedua anaknya.
", papa jahat, papa gak sayang lagi sama kita, adit benci papa", serang adit marah pada Aldi.
dania hanya menangis, menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar, Sila membawa kedua anaknya masuk ke mobil miliknya, sila memeluk kedua anaknya dan berusaha menenangkannya.
", van.... aku di usir mas Aldi dari rumah beserta anak -anak", ia menghubungi sahabatnya, karena tak tahu harus kepada siapa lagi ia meminta bantuan.
Vania yang mendengarkan hal itu, sungguh tak menyangka jika Aldi akan berbuat hal itu.
", menginaplah di rumah ku sil, pintu rumahku terbuka untukmu", rayu vania kepada sahabatnya.
", gak usah van, aku cari hotel terdekat saja, aku gak mau ngerepotin kamu terus ", ungkapnya kepada sahabatnya.
", kalau begitu datanglah ke hotel xxxx, aku akan menemui mu nanti di sana", ucapnya pada sila.
Sila melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju hotel yang di rekomendasikan sahabatnya.
_______*******________
di kamar hotel, sila berusaha menenangkan putrinya, yang sedari tadi tidak berhenti menangis, sedangkan putra sulungnya hanya diam dengan sedih.
", dania sayang, mama mohon berhentilah menangis, mama akan ikut menangis jika adek nangis terus", rayunya yang juga ikut meneteskan air mata.
mereka berdua menangis bersama, sedangkan adit, ntahlah apakah dia malu atau memang tak memiliki air mata, sehingga hanya diam terpaku di sudut ranjang.
setelah puas dengan tangisnya, Sila menghapus air matanya dan juga putrinya, ia tatap putrinya dengan kasih dan sayang.
", sudah jangan sedih lagi, mama janji besok kita akan cari rumah untuk kita bertiga, kita akan hidup saling menyayangi ", ucapnya sambil mencium pucuk kepala putrinya.
perlahan Sila menghampiri putra sulungnya yang sedari tadi hanya diam, ia justru merasa takut jika putranya hanya diam saja. ia peluk putranya, dan mencium ubun - ubunnya.
", are you ok boy", tanyanya...
tak ada jawaban dari putranya, sila merasa kuatir dengan keadaan adit.
", adit.... adit... ", ia mengguncang tubuh putranya, sila berteriak mendapati putranya sudah tak sadarkan diri.
dania menangis memanggil abang, sila frustasi dengan apa yang menimpanya kini, dengan cepat ia menghubungi vania, yang kebetulan sudah berada di lobi hotel.
", adik kenapa sil", tanya panik.
", aku gak tau van, sejak dari rumah tadi ia hanya diam dan pandangannya kosong, aku tak begitu memperhatikannya karena fokus ku pada dania yang terus menangis" , jelasnya.
", ya sudah kita bawa ke rumah sakit saja", dengan cepat vania dan sila membawa putranya ke rumah sakit.
setelah dilakukan pemeriksaan yang mendetail oleh dokter, kebetulan dokter tersebut adalah dokter yang menanggani dania. sila diajak keruangan dokter guna menjelaskan keadaan adit.
", apakah ada kejadian yang membuat putra anda syok atau terpukul sebelum di bawa kesini nyonya", tanyanya pada sila dengan wajah serius.
", maksud dokter", sila tidak mengerti maksud dari pertanyaan dokter tersebut.
", Putra anda tertekan, syok, belum bisa menerima sebuah keadaan, sehingga membuat mental dan pikirannya sedikit terganggu", jelasnya pada Sila.
", kemaren putri anda juga mengalami hal yang sama, namun putra anda mengalami tekanan batin yang lebih parah dari putri anda, jika tidak di tangani dengan baik, bisa jadi putra anda akan mengalami depresi ", jelasnya lagi dengan penuh penekanan dan serius.
Sila tak dapat berkata apa - apa, air mata yang sedari tadi ditahannya, akhirnya tumpah juga. tak di sangka kedua anaknya mengalami hal seperti ini, karena ulah papanya. selama ini ia berusaha menjaga perasaan putra putrinya agar tidak terpukul atas perselisihannya dengan Aldi, namun nyatanya Aldi justru menorehkan luka yang dalam pada kedua buah hati mereka.
", nyonya.... nyonya.... ", panggil sang dokter membuyarkan lamunannya.
", eh... ya... panggil saya sila saja dok", ungkapnya.
", jadi apa yang harus saya lakukan untuk membuat kedua anak saya normal kembali dok", tanyanya dengan sedih.
dengan nafas berat, dokter itu memandangi ibu pasien yang ada di depannya, rasa kasihan menyelimuti hatinya, terlihat dimatanya menanggung beban yang berat, kedua anaknya mengalami masalah yang sama.
", hem... untuk mengobati kedua buah hati anda, yang dapat anda lakukan adalah mencari sebab mengapa anak anda seperti ini, berusahalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan apa yang mereka sukai, bisa apa saja, dan jika bisa hindari apa yang menyebabkan kedua anak anda mengalami hal ini", ungkapnya dengan panjang lebar.
", saya tidak tahu seberat apa masalah anda, tapi kesehatan mental anak anda adalah yang utama, jika kota ini memiliki kenangan yang buruk untuk kedua buah hati anda, alangkah baiknya untuk sementara waktu kalian meninggalkan kota ini, untuk kesembuhan kedua anak anda", lanjutnya lagi.
tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir sila, mendengar penjelasan sang dokter, ia bingung harus apa, pikirannya kosong tak memiliki ide sedikitpun hanya untuk sekedar menjawab apa yang dilontarkan oleh dokter. dengan langkah gontai ia meninggalkan dokter yang menanggani kedua anaknya, menuju ruangan dimana adit dirawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nur Aini
ceritanya seperti nyata...nyesek, suka 🥰 ma penasaran ma akhir cerita
2022-06-21
1
Ranny Yanti
😭😭😭 it sdh qu rasa'kan..tak dpat bicara ap" lg..mmg benar" crta in membuat hati wanita sngatt" sakit..ctra yg sngat drmatis penuh dgn air mata ..
2022-03-21
2
Desi Ummu Ihsan
Kasian anak2 mereka...Adit yang paling tertekan dengan semua ulah papanya. Semoga Sila kuat menghadapi semuanya...Semangat demi anak2..
2022-02-13
1